Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Peringatan Arwah Semua Orang Beriman

Posted by admin on November 1, 2025
Posted in renungan  | No Comments yet, please leave one


(2Mak. 12:43-46; 1Kor. 15:20-24a.25-28; Yoh. 6:37-40)
Rm. Yohanes. Endi, Pr.
Hari ini, Gereja mengundang kita untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan
dan menatap keheningan abadi: mengingat, mendoakan, dan menyerahkan jiwa-jiwa
saudara-saudari kita yang telah berpulang ke rumah Bapa. Dalam suasana doa ini, kita
diajak menatap misteri kematian bukan dengan ketakutan, melainkan dengan iman
yang memberi terang di tengah duka. Sebab cinta tidak berakhir di liang lahat; kasih
tetap melintasi batas waktu dan ruang.
Bacaan pertama menampilkan sosok Yudas Makabe yang dengan hati penuh kasih
mengumpulkan persembahan untuk mendoakan mereka yang telah wafat. Ia percaya
bahwa doa bagi arwah adalah perbuatan suci yang menyatakan iman kepada Allah
yang berbelas kasih. Melalui kisah itu, kita diingatkan bahwa doa bukan hanya tanda
ingatan, tetapi jembatan kasih yang tetap menghubungkan kita dengan mereka yang
sudah mendahului. Dalam setiap doa yang kita ucapkan, seolah kita berbisik lembut
kepada mereka: “Engkau tidak kami lupakan; kami tetap bersamamu dalam Tuhan.”
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menegaskan bahwa Kristus
yang telah bangkit adalah yang sulung dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus
bukan sekadar peristiwa masa lalu, melainkan janji yang hidup bagi setiap kita.
Kematian bukanlah kekalahan, melainkan bagian dari jalan menuju kepenuhan hidup
bersama Allah. Inilah sumber penghiburan sejati bagi setiap hati yang berduka: bahwa
kasih Tuhan lebih kuat dari maut, dan di dalam Kristus, mereka yang telah pergi tidak
hilang, melainkan telah menemukan kehidupan yang tak berkesudahan.
Yesus berjanji, “Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang”. Dalam
perikop lainnya Yesus mengatakan bahwa barang siapa percaya kepada-Ku, akan
beroleh hidup yang kekal. Janji ini bagai pelukan hangat di tengah kesedihan. Kita
mungkin menangis karena kehilangan, namun air mata kita tidak sia-sia. Tuhan
menampung setiap tetesnya, menjadikannya doa yang lembut untuk mereka yang kita
cintai. Di dalam Ekaristi, kita selalu disatukan dengan Kristus yang hidup, dan dalam
Dia, kita juga disatukan dengan semua orang beriman, baik yang masih berjalan di
dunia maupun yang telah sampai ke pelukan kekal Allah.
Kematian memang sering menimbulkan rasa takut dan kehilangan, namun iman
menolong kita melihatnya dengan mata yang baru. Santo Agustinus pernah berkata,
“Tidak ada yang sungguh mati di hadapan Tuhan; hanya berpindah tempat dalam
kasih-Nya.” Artinya, kematian bukanlah pemisahan, melainkan perjalanan menuju
rumah abadi. Karena itu, kita diajak tidak sekadar mengenang mereka yang telah tiada,
tetapi juga mempersiapkan diri dengan hidup yang penuh kasih, pengampunan, dan
kebaikan. Ketika saat itu tiba bagi kita, semoga kita pun dapat melangkah dengan
damai, disambut oleh tangan Bapa yang terbuka.
Dalam kehidupan sehari-hari, mari kita wujudkan pengharapan ini dengan cara yang
sederhana: mendoakan arwah setiap kali kita berdoa, menghidupi kasih mereka
dengan melanjutkan kebaikan yang pernah mereka taburkan, dan menata hidup kita
agar semakin serupa dengan Kristus. Dengan begitu, hubungan kasih antara kita dan
mereka tidak terputus, melainkan menjadi semakin murni dalam doa dan iman.
Saudara-saudariku terkasih, sekali lagi saya tekankan bahwa kematian bukanlah
akhir, atau pun akhir dari cinta. Di hadapan Tuhan, segala kasih yang pernah kita
berikan dan terima akan ditemukan kembali dalam keindahan yang sempurna. Maka,
pada hari ini, mari kita bersyukur untuk hidup mereka yang telah berpulang, untuk
cinta, senyum, dan kenangan yang mereka tinggalkan. Mari kita persembahkan doa
bagi mereka, agar Tuhan memandang mereka dengan belas kasih dan membawa
mereka ke dalam terang yang abadi.
Semoga pula doa ini menguatkan hati kita yang masih berziarah di dunia ini. Ketika
duka terasa berat, pandanglah salib Kristus dan ingatlah janji-Nya: bahwa tidak satu
pun dari mereka yang diberikan kepada-Nya akan hilang, tetapi akan dibangkitkan
pada akhir zaman. Di sanalah, dalam rumah Bapa, kita semua akan berjumpa kembali
dalam sukacita tanpa akhir. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Kita rasakan Tuhan di pihak kita?

Posted by admin on October 29, 2025
Posted in Podcast 

Rm. Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

RENUNGAN LUBUK HATI 30 OKTOBER 2025 

Posted by admin on October 29, 2025
Posted in renungan 

LUK 13:31-35

Paus Leo XIV mengajak kita berdoa rosario selama bulan Oktober untuk perdamaian dunia. Besok hari terakhir di bulan Oktober, tanda-tanda perseteruan antar bangsa masih terjadi. Perdamaian dalam skal kecil mungkin sudah terjadi walaupun belum sempurna. Selama perdamaian belum terjadi, maka tugas kita terus berdoa mohon perdamaian di dalam keluarga, komunitas, masyarakat, bangsa dan negara di dunia ini.

Perseteruan semacam itu pula yang terjadi antara orang Farisi dan ahli Taurat dengan Yesus. Orang Farisi mengingatkan Yesus agar pergi, tidak lagi berkarya disitu dengna alasan Herodes ingin membunuh-Nya. Bagi Yesu situ bukanlah alasan yang tepat jika ingin pergi dan meninggalkan amanah Allah Bapa. Justru Ia datang untuk menyampaikan pesan Allah Bapa kepada umat yang dikasihi-Nya. Bahkan Ia siap dan bersedia mati di Yerusalem. Ia hendak menuntaskan misi dari Allah Bapa: mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, membebaskan orang tertawan. Ia mempunyai kerinduan besar, seperti halnya kerinduan Allah Bapa yang ingin mengumpulkan orang-orang yang dikasihi sebagai satu kawanan. Kerinduan yang mendalam dan melahirkan tangisan. Kerinduan yang tak pernah tercapai, malahan sebaliknya Yerusalem dihancurkan dan warganya tercerai berai dibuang, diasingkan ke berbagai tempat di muka bumi ini. Bangsa yang jatuh bangun dan sulit untuk bisa setia dan taat pada Allah.

Kehadiran Yesus sungguh-sungguh ditolak. Perkataan dan perbuatannya tidak didengar dan tidak diterima sama sekali. Penolakan demi penolakan dialami oleh Yesus. Kaum Farisi, ahli taurat dan massa lainnya dengan berbagai cara membungkam Yesus. Tidak sedikit Yesus mengalami ancaman dari para lawannya, yang tidak paham dengan jatidiri Yesus. Mereka yang menolak kehadiran Yesus dan mengancam-Nya, justru mengalami kehancuran di masa depan.

Kita lihat keteguhan hati Yesus dan integritas dirinya pada misi Allah Bapa. Tak ada sesuatupun yang membuat Yesus mundur. Integritas kesatuan pikiran dan perasaan, kata dan perbuatan sungguh dihidupi dan dibagikan pada banyak orang. Mampukah kita memiliki keteguhan hati dan integritas diri ketikan mengalami penolakan dan ancaman?Kejadian yang dialami oleh Yesus, bisa juga terjadi pada setiap orang yang memperjuangkan keadilan perdamaian dan keutuhan ciptaan, dan menjadikan bumi ini rumah bersama yang layak untuk dihuni oleh setiap insan sebagai sesama saudara. Tak terbilang banyaknya mereka mendapatkan ancaman agar menghentikan aktivitas dan misinya yang Tuhan percayakan pada mereka. Mereka tidak melarikan diri dan tetap bertahan dengan perjuangan yang diyakininya. Apakah sebenarnya yang membuat mereka tetap teguh bertahan? Kasih Kristus yang mewarnai hidup mereka dan pengalaman dikasihi oleh Allah yang membuat mereka teguh bertahan. Tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkan kasih Kristus dari kerasnya kehidupan ini. Semoga kita pun diberi rahmat Allah untuk tekun teguh dalam iman dan harapan dalam  memperjuangkan keadilan dan perdamaian, kesembuhan bagi yang sakit jasmani dan rohani, hidup yang berkeadilan di dalam Masyarakat. Tuhan memberkati pergumulan dan perjuangan hidup kita. (rm. Medyanto, O.Carm)

Kejarlah keselamatan itu

Posted by admin on October 28, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Translate »