Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Renungan Oktober 17

Posted by admin on October 17, 2013
Posted in renungan 

Peringatan St Ignatius dari Antiokia
Lukas  11:47-54
Hari ini gereja memperingati Santo Ignatius dari Antiokia. Santo Ignatius dihormati tidak hanya dalam Gereja Katolik, tapi juga Gereja Ortodok, Gereja ritus Timur, Gereja Syria, dan Gereja Anglikan.

Menurut tradisi Bapa Gereja, Ignatius adalah salah satu murid dari Santo Yohanes Rasul, saat Yohanes berada di Efesus. Theoderet dari Cyrrhus melaporkan  bahwa Ignatius dipilih oleh Santo Petrus Rasul menjadi uskup di Antiokia, sekarang kota ini ada di Turki, 19 km dari perbatasan Turki – Syria.

Dari tulisan-tulisannya, kita mengetahui bagaimana para martir awal Gereja dihukum dan dibunuh dengan kejam menjadi makanan binatang buas di coliseum. Dalam surat Ignatius kepada umat Roma bab 5, ia menulis,” Bahkan dari Syria menuju Roma, aku bergulat dengan binatang buas, di laut dan di darat, siang dan malam, berada di tengah 10 singa, bahkan dikawal prajurit yang menjadi semakin kejam..”

Dalam perjalanannya menuju kematian di Roma, Ignatius menulis suratnya yang indah dan menyentuh hati, ketegaran jiwa seorang uskup yang akan dibunuh oleh Kaisar Trajan di Roma. Ia melukiskan kekuatan imannya dalam refleksi yang dalam:
“Aku adalah biji gandum Allah, dan harus jatuh ke tanah dimakan binatang l iar. Aku menulis untuk seluruh Gereja agar tahu bahwa aku bahagia mati untuk Allah jika kalian tetap berada di jalanku….Biarkan aku menjadi makanan binatang buas, karena mereka adalah jalanku menuju Allah. Aku adalah biji gandum Allah dan harus jatuh ke tanah sehingga oleh gigi mereka, aku menjadi roti yang putih.”

Kisah-kisah ketegaran dan kesetiaan pada iman Kristen membuat Gereja tetap hidup dan subur sampai sekarang. Gereja akan tetap hidup dan berkembang saat umat yang percaya pada Allah memiliki komitmen dan kesetiaan pada iman, walau banyak kesulitan dan hambatan. Sebaliknya, Gereja menjadi lemah dan kehilangan makna kehadirannya, saat umat yang percaya pada Allah tak punya komitmen untuk berkurban dan mempertahankan imannya.

Seberapa besar kita berani bertahan dalam iman akan Kristus? Apa yang sudah saya pertahankan demi iman kita? Apa yang kita harapkan dari kesetiaan ini? Semoga surat Ignatius menginspirasi kita untuk tetap setia dalam iman akan Kristus dalam Gereja Katolik!

Renungan Oktober 16

Posted by admin on October 16, 2013
Posted in renungan 

Roma 2:1-11

Dalam kehidupan sosial, sekolah, gereja, masyarakat, selalu ada atasan dan bawahan, pemimpin-pengikut, guru-murid, superior-subordinat. Kalau kita amati lebih teliti, ada relasi-relasi tertentu yang membuat sang pemimpin lebih suka orang tertentu, memilih teman tertentu, mempercayakan sesuatu pada orang yang ia sukai.

Relasi seseorang juga demikian, kita memilih teman dan sahabat yang kita suka, cocok, dan bisa kita ajak bicara. Dalam situasi demikian, semua orang memiliki preferensi, bias, dan cenderung memilih kelompok tertentu. Kita berkata, ini alamiah karena kita manusia.

Bacaan I hari ini dibagian akhir berkata, Tuhan mengasihi semua, ia tidak punya preferensial pada orang tertentu. Hal ini berarti, Dia mengasihi semua tanpa memandang apakah orang tersebut miskin atau kaya, berpengaruh atau berstatus tinggi. Ia tak membedakan karena ia memberi hujan pada semua orang tanpa pandang bulu.

Allah yang mengasihi semua ini mengajak kita untuk bisa bersikap fair dan bijak saat berhadapan dengan mereka yang tidak kita suka, tidak kita anggap teman, tidak kita sebut saudara.

Bacaan dari Kitab Roma mengatakan bahwa Allah akan mengasihi dan menghukum semua, orang Yahudi dan orang Yunani, tanpa memandang sebelah mata.
Semoga hari ini, kita juga bisa berdoa bagi orang yang jarang kita doakan, tak pernah kita sapa, dan bahkan mendoakan saudara yang kita benci! Ingat Allah memberi hujan dan matahari pada semua, tanpa kecuali.

Renungan Oktober 15

Posted by admin on October 15, 2013
Posted in renungan 

Lukas 11:37-41
The Lord said to him, “Oh you Pharisees!
Although you cleanse the outside of the cup and the dish,
inside you are filled with plunder and evil.
You fools!

Renungan ini dimulai dari kutipan wawancara Paus Fransiscus dengan pemimpin Koran La Repubblica, di Itali. Pendirinya bernama Eugenio Scalfari. Berikut kutipannya dalam bahasa Inggris

Eugenio Scalfari: However, as we said, Jesus told us that love for one’s neighbor is equal to what we have for ourselves. So what many call narcissism is recognized as valid, positive, to the same extent as the other. We’ve talked a lot about this aspect.

Pope Francis: “I don’t like the word narcissism”, the Pope said, “it indicates an excessive love for oneself and this is not good, it can produce serious damage not only to the soul of those affected but also in relationship with others, with the society in which one lives. The real trouble is that those most affected by this – which is actually a kind of mental disorder – are people who have a lot of power. Often bosses are narcissists”.

Eugenio Scalfari: Many church leaders have been.

Pope Francis: “You know what I think about this? Heads of the Church have often been narcissists, flattered and thrilled by their courtiers. The court is the leprosy of the papacy.”

Kata-kata Paus sangat tajam soal kekuasaan yang korup akan membuat orang narsis (mencintai diri terlalu sangat), dan juga menjadi penyakit yang sulit disembuhkan.

Kekuasaan itu bisa berbagai bentuk, tidak hanya dalam soal politik atau status social, tapi orang bisa merasa berkuasa karena merasa lebih banyak memilik pengetahuan, lebih berpengalaman, lebih bisa menafsirkan alkitab, mampu menterjemahkan tanda-tanda zaman.

Kekuasaan dalam bidang agama dan teologi juga menjadi berbahaya karena orang mengatasnamakan Tuhan untuk mencari keuntungan pribadi. Oleh karenanya, Yesus mengkritik ahli Taurat yang sungguh terpelajar dalam soal kitab suci. Namun mereka menafsirkan itu hanya untuk mencari keuntungan diri, membebani orang lain dengan nasehat dan aturan saleh, tapi dia sendiri tak mau menjalankannya.

Mari kita lihat dalam diri kita, kekuasaan dan kekuatan apa yang kita miliki? Apakah kita memakainya untuk mencari nama dan meninggikan diri? Ataukan kita memakainya untuk melayani sesame dan Tuhan lebih baik lagi? Kalau kita memakai kekuasaan dan otoritas hanya untuk kebutuhan diri, kita tak beda dengan ahli Taurat yang dikritik Yesus hari ini.

Renungan Oktober 14

Posted by admin on October 14, 2013
Posted in renungan 

Lukas 11:29-32, “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.”

Sering orang memohon pada Yesus, “Tuhan berilah aku tanda, agar aku makin percaya padamu!” Dan apa yang dia dapatkan kadang hanya tanda tanya, tak ada pertanda, dan kosong belaka.

Orang yang berhadapan dengan Yesus ini meminta suatu tanda yang spektakuler dari dia, sehingga membuat mereka terperangah dan takjub. Sensasi yang demikian ingin didapatkan orang disaat dia dihadapkan pada persoalan berat, dan saat doa-doanya seperti tidak dijawab oleh Allah.

Yesus tidak akan memberikan tanda, karena meski ia mengajar dan membuat mukjijat mereka, orang farisi dan ahli Taurat,  tetap saja tidak percaya padanya. Pertanda dalam berbagai bentuk seperti mukjijat dan penyembuhan memang bisa menguatkan iman orang. Namun tidak selalu bahwa hidup beriman itu harus dengan pertanda dan kisah kesaksian yang mengejutkan sekaligus membuat heran. Bahkan sebagian hidup iman kita adalah rutinitas harian bisa, namun disitulah sebenarnya Tuhan bekerja luar biasa.

Semoga iman kita bisa tetap dalam dan kuat walau kita tidak melihat pertanda yang hebat, tak menyaksikan mukjijat yang menggemparkan. Yesus sendiri bersabda, “berbahagialah mereka yang tidak melihat tapi percaya!”
Kita memohon, semoga dalam peristiwa sehari-hari yang remeh dan sederhana, kita bisa menemukan Tuhan bekerja dengan cara luar biasa. Amin.

Renungan Oktober 12

Posted by admin on October 12, 2013
Posted in renungan 

Lukas 11:27-28

“Berbahagialah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan, dan melaksanakannya”

Apakah salah satu kebanggaan seorang ibu? Ia akan sangat bahagia bila salah satu anaknya hidup sukses dan punya status social tinggi dalam masyarakat. Sang ibu gembira karena merasa bahwa jerih payahnya dalam mendidik anak membuahkan hasil, tidak sia-sia. Ia tidak hanya bangga akan anaknya, tapi bangga pada dirinya sendiri karena mampu menjadi seorang ibu yang berhasil mendidik anak.

Begitu pula kisah dalam injil hari ini, seorang ibu mendekati Yesus dan berkata, “Betapa bangga ibuMu, melihat apa yang telah Engkau lakukan saat ini. Terberkatilah dia karena ibuMu telah membesarkan engkau sejak kecil, dan kini ia melihat hasilnya saat engkau dikenal banyak orang”

Dalam masyarakat yang mementingkan identitas social, status social seorang anak yang tinggi dalam masyarakat akan mengangkat nama baik orang tuanya juga. Sebaliknya, bila sang anak menjadi sampah masyarakat, nama baik orangtuanya akan tercoreng, dan memalukan keluarga.

Namun Yesus mengubah paradigm dan cara berfikir sang perempuan yang menemuinya. Yang membuat bahagia seorang ibu dan keluarga, bukanlah status sosial anak, bukan jabatan yang dia dapat, bukan kesuksesan dalam berkarier, tapi lebih dalam, berbahagialah mereka yang mendengar sabda dan melakukannya.

Kebahagiaan ditemukan ketika seseorang mendengarkan sabda Allah, meresapkan, dan menjalankan dalam hidup. Ia menjadi pelaksana sabda, dan membuat sabda Allah hidup dalam tindakan setiap hari.

Sabda Allah apa yang telah kita laksanakan, dan membuat kita bahagia?

Translate »