Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Renungan 21 November 2013

Posted by admin on November 21, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

 

Luke 19:41-44  
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,  42 kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.  43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,  44 dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Kalau suatu saat anda pergi ke Jerusalem, dan memandang ke arah bukit Zaitun, kita akan melihat gereja “Dominus Flevit” (Tuhan menangis). Gereja ini  menjadi pertanda saat Yesus hampir memasuki kota Yerusalem, dan Ia melihat dari kejauhan bagaimana orang-orang Yerusalem akan menolak dan menyalibkan dia. Yesus menangisi mereka!
Kisah Yesus yang menangis mengingatkan kita akan perjalanan Paus Fransiscus ke pulau Lamsedusa, Italia. Inilah pulau tempat imigran Afrika mencoba masuk ke wilayah Eropa. Paus datang ke tempat ini setelah beberapa kapal para imigran tenggelam dan nyawa mereka tak tertolong.  Paus berkata, “kita adalah komunitas yang telah melupakan pengalaman dari tangisan, dari penderitaan bersama. Globalisasi telah mengambil kemampuan kita untuk menagis!”
Paus mengajak umat untuk berdoa, “mari kita berdoa pada Allah untuk rahmat agar kita bisa menangis bagi dunia yang kejam, bagi mereka yang membuat keputusan social-ekonimi untuk terbuka bagi tragedy seperti ini! Siapa yang telah menangis?  Siapa di dunia ini sudah menangis?”
Paus ingin mengajak kita untuk lebih terbuka bagi penderitaan dunia. Orang sering hanya terkungkung pada masalah pribadi dan tidak mampu lagi melihat derita sekitar yang lebih kejam dan berat. Terlalu focus pada persoalan pribadi membuat orang menjadi self-center, kurang peka, dan tak bisa menangis bagi derita sesama.
Semoga hari ini kita bisa berprihatin dan menangis bagi kurban Typhoon di Philippine, kurban perang dan kekerasan di Timur Tengah, para imigran di Lampedusa, dan bagi orang-orang yang menderita di sekitar kita.

Renungan 20 November 2013

Posted by admin on November 20, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

Luke 19:11-28 

Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.  12 Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.  13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.  14 Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.  15 Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.  16 Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina.  17Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.  18 Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.  19Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.  20 Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan.  21 Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur.  22 Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur.  23 Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya.  24 Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.  25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.  26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.  27 Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”  28 Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

 

Bacaan hari ini masih berkisah soal perjalanan  Yesus ke Yerusalem. Dia memberi perumpamaan soal tuan yang mempercayakan harta benda pada para pegawainya. Salah satu poin penting dari perumpamaan itu : “Siapa yang memiliki banyak, akan diberi lebih banyak.”

Kata-kata ini sepertinya jargon yang berlaku dalam dunia bisnis. Orang yang punya modal banyak akan mendapat keuntungan semakin banyak. Sebaliknya, orang yang tak punya modal hanya akan menerima sedikit keuntungan, bahkan sering tak mendapat sama sekali.

Dalam kehidupan rohani, orang yang punya rasa cinta kasih, bila kasihnya dipraktekkan, ia akan semakin banyak punya rasa cinta. Orang yang terbiasa berdoa, semakin banyak keutamaan doa diberikan padanya. Dengan memakai apa yang kita punya, kita akan mampu mengembangkan dan membuatnya berlipat ganda.

Sebaliknya, Lukas juga mengingatkan bahwa “mereka yang tidak punya, apapun yang ada padanya akan diambil” (8:18). Orang yang tidak mau mengembangkan hidup rohaninya akan kehilangan juga potensi lain yang ada padanya. Tuhan tak mau mempercayakan hartaNya pada orang yang tak mau mengembangkan dan membuat berguna untuk sesama dan dirinya.

Mari kita bermenung, apa yang sudah Tuhan percayakan padaku dan aku kembangkan? Bagaimana aku menggunakannya, untuk kebaikan sesama?

 

Renungan 19 November 2013

Posted by admin on November 19, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

Luke 19:1-10
 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.  2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.  3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.  4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.  5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”  6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.  7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”  8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”  9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.  10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Kisah Zakeus adalah cerita yang brilliant kalau kita melihatnya dari cara Lukas bercerita. Ia berkisah dengan membandingkan dan membuat kotras antar tokoh didalamnya. Kalau dilihat dengan detail, cerita ini menjadi sangat menarik.
Pertama, Yesus sebenarnya tak berminat untuk singgah di kota ini, dia hanya ingin berjalan lewat dan melintasi kota (ayat 1). Namun Yesus berubah pikiran dan ia malah ingin menumpang di rumah Zakhesus (ayat 5). Mengapa ia mengubah rencana?
Yesus berjumpa dengan Zakeus, seorang kepala pemungut cukai, kaya raya. Namun si orang kaya ini digambarkan sebagai orang pendek. Ia ingin melihat Yesus dengan memanjat pohon ara karena orang tak memberi dia tempat di jalan untuk melihat. Lukas melukiskan kalau Zakeus seorang yang mampu secara ekonomi, tapi dia dipandang rendah oleh orang lain, “badannya pendek.” Bahkan orang tak memberi dia tempat untuk melihat Yesus. Dia tak punya teman yang memberi dia tempat untuk berdiri dan bisa melihat Yesus.
Zakeus tak menduga bahwa Yesus mau menumpang di rumahnya. Dia amat senang dan bahagia bahwa ada orang yang mau menumpang di rumahnya, mau menerima dia. Sebaliknya orang banyak bersungut-sungut karena Yesus menumpang di rumah orang Berdosa.
Sikap Zakeus berubah karena ada yang menerima dia, masih mau menghargai dirinya walau seorang pendosa sebagai kepala pemungut cukai. Penerimaan yang tulus hati membawa pada pertobatan dan perubahan hidup, “Tuhan semaruh dari milikku akan kuberikan pada orang lain!”
Apakah kita bisa menerima orang yang dipandang buruk oleh sesame? Namanya cacat di depan umum dan dianggap rendah oleh masyarakat? Apakah kita punya hati bagi sesama yang dicap tak baik oleh orang lain?

Renungan 18 November 2013

Posted by admin on November 18, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

Luke 18:35-43
 Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.  36 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?”  37 Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.”  38 Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”  39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”  40 Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:  41 “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!”  42 Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!”  43 Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.
Seluruh minggu ini bacaan Injil akan berkisah tentang Yesus yang memasuki kota Yerusalem sebagai tujuan akhir perjalanan misinya. Selama dalam perjalanan, Ia akan berjumpa dengan beberapa orang yang berubah hidupnya karena pertemuan dengan Dia. Salah satunya adalah seorang pengemis buta.
Orang buta ini berteriak keras dan meminta Yesus untuk menyembuhkannya, “Yesus, aku ingin melihat!” Dia tahu apa yang dia butuhkan karena dia tahu kelemahan dan penyakitnya. Secara jujur dia mengaku bahwa dia butuh pertolongan dan belas kasih.  Yesus menjawab bahwa “imanmu menyelamatkan engkau!” Yesus menghubungkan kesembuhan jasmani dengan hidup iman.
Iman yang benar akan membawa orang pada kesadaran akan kelemahan dan kelebihan. Orang akan bisa melihat kelemahan apa yang membuat kita buta terhadap kebutuhan sesama, buta akan dosa dan kekurangan sendiri. Iman yang sejati juga membuat orang sadar akan kelebihannya yang bisa dibagi untuk orang lain.
Semoga hari ini kita juga bisa berdoa seperti si pengemis buta di Yeriko, “Tuhan, buatlah aku bisa lebih melihat jelas, mengerti kekurangan dan kelebihanku, serta mengukuti kehendakMu! Amin!”

Renungan, 16 November 2013

Posted by admin on November 16, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

Sta. Margarita dr Skotlandia; St. Rochus Gonzales;?St. Yohanes de Castillo; St. Alphonsus Rodrigues; Sta. Getrudis dr Hefta

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.

Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.

Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.”

Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!

Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk 18:1-8)

Injil hari ini sangat menarik untuk dibaca karena Yesus bercerita tentang para muridNya, orang yang selalu bersama Dia, tetapi mereka pun masih butuh untuk berdoa.  Meskipun para murid secara lahiriah selalu berada bersama dengan Dia, makan denan Dia, pergi dengan Dia, mereka masih butuh untuk refleksi tentang Dia.

Berdasarkan cerita Yesus ini, berdoa akhirnya tidak hanya berbicara secara pribadi dengan Tuhan, selalu bersama dengan Tuhan, akan tetapi berdoa berarti memperhatikan dan merenungkan sabda Tuhan secara mendalam, dan melaksanakan setiap sabda sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus sendiri.

Tujuan berdoa bukan supaya Tuhan memahami dan mengerti siapa kita, akan tetapi supaya setiap udara yang kita hirup, setiap kata yang kita ucapkan, setiap perbuatan yang kita lakukan adalah  milikNya. Artinya setiap kata dan perbuatan yang kita lakukan bukan lagi berasal dari kita, sebaliknya kita hanyalah sarana dimana Tuhan boleh berkarya melalui kita.

Berdoa bukan komunikasi hanya satu arah dengan Tuhan. Berdoa bukan kesempatan dimana kita mengungkapkan apapun yang kita mau ungkapkan kepada Tuhan. Bukan seperti kita mengunjungi therapist atau counselor, dimana kita cemceritakan persoalan kita dan Tuhan setia mendengarkan dan mengerti persoalan kita. Berdoa lebih dari semua itu. Berdoa adalah waktu dimana kita berada di dalam Dia, berada bersama Dia dan Berada melalui Dia. Dengan kata lain berdoa berarti kita mau serupa dengan Dia.

Berdoa bukan sesuatu yang kita lakukan hanya pada moment-moment tertentu pada hari itu. Berdoa hendaklah seperti kita sedang bernapas, sesuatu yang kita bisa lakukan dimana saja kita berada. Kita bisa berdoa di rumah, di tempat kerja, di setiap peristiwa dalam hidup kita.

Dengan cara ini, berdoa menjadi bagian dari hidup kita yang tak terpisahkan sehingga apa pun yang terjadi, kita selalu ada dalam Tuhan dan bersama Tuhan.

Translate »