Luke 19:41-44  
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,  42 kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.  43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,  44 dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Kalau suatu saat anda pergi ke Jerusalem, dan memandang ke arah bukit Zaitun, kita akan melihat gereja “Dominus Flevit” (Tuhan menangis). Gereja ini  menjadi pertanda saat Yesus hampir memasuki kota Yerusalem, dan Ia melihat dari kejauhan bagaimana orang-orang Yerusalem akan menolak dan menyalibkan dia. Yesus menangisi mereka!
Kisah Yesus yang menangis mengingatkan kita akan perjalanan Paus Fransiscus ke pulau Lamsedusa, Italia. Inilah pulau tempat imigran Afrika mencoba masuk ke wilayah Eropa. Paus datang ke tempat ini setelah beberapa kapal para imigran tenggelam dan nyawa mereka tak tertolong.  Paus berkata, “kita adalah komunitas yang telah melupakan pengalaman dari tangisan, dari penderitaan bersama. Globalisasi telah mengambil kemampuan kita untuk menagis!”
Paus mengajak umat untuk berdoa, “mari kita berdoa pada Allah untuk rahmat agar kita bisa menangis bagi dunia yang kejam, bagi mereka yang membuat keputusan social-ekonimi untuk terbuka bagi tragedy seperti ini! Siapa yang telah menangis?  Siapa di dunia ini sudah menangis?”
Paus ingin mengajak kita untuk lebih terbuka bagi penderitaan dunia. Orang sering hanya terkungkung pada masalah pribadi dan tidak mampu lagi melihat derita sekitar yang lebih kejam dan berat. Terlalu focus pada persoalan pribadi membuat orang menjadi self-center, kurang peka, dan tak bisa menangis bagi derita sesama.
Semoga hari ini kita bisa berprihatin dan menangis bagi kurban Typhoon di Philippine, kurban perang dan kekerasan di Timur Tengah, para imigran di Lampedusa, dan bagi orang-orang yang menderita di sekitar kita.