Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Renungan 22 November 2013

Posted by admin on November 22, 2013
Posted in renungan  | Tagged With: | 2 Comments

Luke 19:45 – 48
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ,  46 kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”  47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia,  48 tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Kita mudah membayangkan bagaimana ketika  orang merusak dan menistakan rumah ibadat, karena persoalan kebebasan beragama menjadi salah satu masalah besar di Indonesia. Hati kita teriris ketika orang membakar, merusak, dan menutup tempat ibadah karena mereka tidak suka dan menganggap tindakan itu sebagai hal yang benar.
Hari ini Yesus marah dan sedih ketika orang memakai tempat ibadah untuk berjualan dan melakukan transaksi bisnis. Orang mencari keuntungan ekonomi dengan menipu sehingga Yesus berkata kalau rumah ibadat telah dijadikan sebagai sarang penyamun.
Banyak orang terpikat pada kata-kata Yesus yang jujur dan tegas ini. Mereka ingin mendengarkan Yesus yang berbicara dan mengajar mengapa? Karena mereka menemukan sabda Allah dalam dirinya. Kata-katay ang didengarkan itu masuk dalam hati dan membuat orang meyakininya. Henri Nouwen berkata bahwa Hati manusia adalah pusat dari hidupnya, tempat suci bagi semua orang dimana Allah tinggal dan kita diundang hidup bersama Allah. Sebagaimana pikiran turun ke hati lewat kontemplasi dan meditasi, begitu juga inti identitas manusia dapat bergerak maju seturut gambar Allah. Lewat latihan spiritual dan doa, manusia masuk dalam pikiran dan hati Tuhan.
Hati adalah tempat pertemuan Allah dan manusia, pertemuan antara surga dan dunia, dimana hati manusia secara mistik disatukan dengan hati Allah. Ketika orang menemukan Allah dalam hati, ia akan melihat dunia dan orang lain dengan mata dan hati Allah. Hati dan mata Allah itu ditemukan dalam diri Yesus Kristus yang memberikan diri pada semua orang terutama pada orang yang miskin, tersingkir, dan tak terperhatikan.
Semoga sabda Allah juga memikat hati kita dan membuat kita berubah karena menemukan Allah dalam hidup ini.

Renungan 21 November 2013

Posted by admin on November 21, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

 

Luke 19:41-44  
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,  42 kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.  43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,  44 dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Kalau suatu saat anda pergi ke Jerusalem, dan memandang ke arah bukit Zaitun, kita akan melihat gereja “Dominus Flevit” (Tuhan menangis). Gereja ini  menjadi pertanda saat Yesus hampir memasuki kota Yerusalem, dan Ia melihat dari kejauhan bagaimana orang-orang Yerusalem akan menolak dan menyalibkan dia. Yesus menangisi mereka!
Kisah Yesus yang menangis mengingatkan kita akan perjalanan Paus Fransiscus ke pulau Lamsedusa, Italia. Inilah pulau tempat imigran Afrika mencoba masuk ke wilayah Eropa. Paus datang ke tempat ini setelah beberapa kapal para imigran tenggelam dan nyawa mereka tak tertolong.  Paus berkata, “kita adalah komunitas yang telah melupakan pengalaman dari tangisan, dari penderitaan bersama. Globalisasi telah mengambil kemampuan kita untuk menagis!”
Paus mengajak umat untuk berdoa, “mari kita berdoa pada Allah untuk rahmat agar kita bisa menangis bagi dunia yang kejam, bagi mereka yang membuat keputusan social-ekonimi untuk terbuka bagi tragedy seperti ini! Siapa yang telah menangis?  Siapa di dunia ini sudah menangis?”
Paus ingin mengajak kita untuk lebih terbuka bagi penderitaan dunia. Orang sering hanya terkungkung pada masalah pribadi dan tidak mampu lagi melihat derita sekitar yang lebih kejam dan berat. Terlalu focus pada persoalan pribadi membuat orang menjadi self-center, kurang peka, dan tak bisa menangis bagi derita sesama.
Semoga hari ini kita bisa berprihatin dan menangis bagi kurban Typhoon di Philippine, kurban perang dan kekerasan di Timur Tengah, para imigran di Lampedusa, dan bagi orang-orang yang menderita di sekitar kita.

Renungan 20 November 2013

Posted by admin on November 20, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

Luke 19:11-28 

Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.  12 Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.  13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.  14 Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.  15 Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.  16 Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina.  17Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.  18 Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.  19Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.  20 Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan.  21 Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur.  22 Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur.  23 Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya.  24 Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.  25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.  26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.  27 Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”  28 Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

 

Bacaan hari ini masih berkisah soal perjalanan  Yesus ke Yerusalem. Dia memberi perumpamaan soal tuan yang mempercayakan harta benda pada para pegawainya. Salah satu poin penting dari perumpamaan itu : “Siapa yang memiliki banyak, akan diberi lebih banyak.”

Kata-kata ini sepertinya jargon yang berlaku dalam dunia bisnis. Orang yang punya modal banyak akan mendapat keuntungan semakin banyak. Sebaliknya, orang yang tak punya modal hanya akan menerima sedikit keuntungan, bahkan sering tak mendapat sama sekali.

Dalam kehidupan rohani, orang yang punya rasa cinta kasih, bila kasihnya dipraktekkan, ia akan semakin banyak punya rasa cinta. Orang yang terbiasa berdoa, semakin banyak keutamaan doa diberikan padanya. Dengan memakai apa yang kita punya, kita akan mampu mengembangkan dan membuatnya berlipat ganda.

Sebaliknya, Lukas juga mengingatkan bahwa “mereka yang tidak punya, apapun yang ada padanya akan diambil” (8:18). Orang yang tidak mau mengembangkan hidup rohaninya akan kehilangan juga potensi lain yang ada padanya. Tuhan tak mau mempercayakan hartaNya pada orang yang tak mau mengembangkan dan membuat berguna untuk sesama dan dirinya.

Mari kita bermenung, apa yang sudah Tuhan percayakan padaku dan aku kembangkan? Bagaimana aku menggunakannya, untuk kebaikan sesama?

 

Renungan 19 November 2013

Posted by admin on November 19, 2013
Posted in renungan  | Tagged With:

Luke 19:1-10
 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.  2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.  3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.  4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.  5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”  6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.  7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”  8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”  9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.  10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Kisah Zakeus adalah cerita yang brilliant kalau kita melihatnya dari cara Lukas bercerita. Ia berkisah dengan membandingkan dan membuat kotras antar tokoh didalamnya. Kalau dilihat dengan detail, cerita ini menjadi sangat menarik.
Pertama, Yesus sebenarnya tak berminat untuk singgah di kota ini, dia hanya ingin berjalan lewat dan melintasi kota (ayat 1). Namun Yesus berubah pikiran dan ia malah ingin menumpang di rumah Zakhesus (ayat 5). Mengapa ia mengubah rencana?
Yesus berjumpa dengan Zakeus, seorang kepala pemungut cukai, kaya raya. Namun si orang kaya ini digambarkan sebagai orang pendek. Ia ingin melihat Yesus dengan memanjat pohon ara karena orang tak memberi dia tempat di jalan untuk melihat. Lukas melukiskan kalau Zakeus seorang yang mampu secara ekonomi, tapi dia dipandang rendah oleh orang lain, “badannya pendek.” Bahkan orang tak memberi dia tempat untuk melihat Yesus. Dia tak punya teman yang memberi dia tempat untuk berdiri dan bisa melihat Yesus.
Zakeus tak menduga bahwa Yesus mau menumpang di rumahnya. Dia amat senang dan bahagia bahwa ada orang yang mau menumpang di rumahnya, mau menerima dia. Sebaliknya orang banyak bersungut-sungut karena Yesus menumpang di rumah orang Berdosa.
Sikap Zakeus berubah karena ada yang menerima dia, masih mau menghargai dirinya walau seorang pendosa sebagai kepala pemungut cukai. Penerimaan yang tulus hati membawa pada pertobatan dan perubahan hidup, “Tuhan semaruh dari milikku akan kuberikan pada orang lain!”
Apakah kita bisa menerima orang yang dipandang buruk oleh sesame? Namanya cacat di depan umum dan dianggap rendah oleh masyarakat? Apakah kita punya hati bagi sesama yang dicap tak baik oleh orang lain?

Renungan, 9 November 2013

Posted by admin on November 9, 2013
Posted in renungan  | Tagged With: , , ,

Dedication to the Basilica Lateran

1 Corinthians 3:9-11  kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.  Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.  Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Basilika Lateran adalah salah satu dari 4 basilica terpeting di Roma. Gereja ini menjadi tempat resmi  uskup Roma menunaikan tugasnya sebagai uskup. Nama Lateran diambil dari nama keluarga Laterani, pemilik tanah dimana Basilika diresmikan pada tahun 321 oleh
Paus Silvester I.

Basilika ini dibangun 4 kali setelah dirusak oleh Vandal pada abad ke 5. Kerusakan besar terjadi setelah bangunan gereja rusak karena gempa. Dua kali api merusak Gereja pada abad ke 14. Salah satu bagian menarik dari basilica ini adalah Tangga Suci. Menurut tradisi Katolik, Santa Helena, ibu Konstantin I, membawa tangga dari pretorium Pontius Pilatus di Jerusamem ke Roma. Tangga kayu ini dipercaya menjadi tempat saat Yesus menerima hukuman mati dari Pilatus.

Apa hubungannya perayaan pemberkatan basilica di Roma dengan hidup kita? Bangunan Gereja adalah symbol dari komunitas hidup beriman yang percaya pada Allah. Paulus berkata dalam bacaan hari ini, kita adalah ladang Allah, dan diatas kita dibangun Gereja. Fondasi yang kuat harus dibangun agar bangunan iman kuat dan tahan terhadap segala ancaman.

Tiap orang harus memperhatikan bagaimana membangun fondasi bagi imannya. Tidak ada dasar lain bagi fondasi iman kita selain Yesus Kristus. Semoga bacaan hari ini mengingatkan kita bahwa saat kita memiliki fondasi iman yang kuat, kita tak akan mudah goyah dalam kesulitan dan godaan. Sebaliknya, bila fondasi lemah, bangunan akan mudah hancur.

Seberapa kuat fondasi iman kita?

 

Translate »