Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Renungan Sabtu, Feb 14, 2015

Posted by admin on February 13, 2015
Posted in renungan 

Pada hari ini kembali dibacakan dalam Misa kisah tentang tanda ajaib dari Yesus sebagai kelanjutan dari pewartaan mengenai datangnya kerajaan Allah yang dapat diamati dan bahkan dinikmati secara langsung oleh umat yang sangat merindukan datangnya Mesias sebagaimana mereka fahami dari kitab suci tentang janji Allah untuk menyelamatkan umatNya. Sekali lagi tanda-tanda ajaib dari Yesus itu bukanlah tujuan dari kedatanganNya. Umat diajak oleh Injil Markus untuk berani mendekati Yesus dan memohon pertolongan dari padaNya.

Kali ini yang dikisahkan dalam Injil Markus adalah mukjijat penggadaan roti dan ikan sedemikian rupa sehingga sebanyak empat ribu orang dapat menikmati makanan anugerah surgawi yang membuat mereka kenyang, bahkan masih ada sisa potongan roti sebanyak tujuh bakul. Dikatakan dalam Injil tadi bahwa sesudah para murid memberikan tujuh potong roti kepada Yesus, Ia mengucapkan berkat atas potongan-potongan roti itu dan kemudian entah bagaimana para murid membagikan potongan-potongan roti dan ikan itu kepada orang banyak dan mereka semua kebagian, makan sampai kenyang.

Bukankah kisah ini mengingatkan kita akan Perayaan Ekaristi? Entah bagaimana, kita tidak tahu, hosti yang diberkati imam sesudah imam mengucapkan doa atas nama umat memohon agar Roh Kudus dicurahkan atas roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yang mengenyangkan kita baik secara rohani maupun jasmani. Yang saya maksud adalah bahwa entah bagaimana Perayaan Ekaristi mengubah, menopang dan menguatkan tubuh dan jiwa, kita tidak mengetahui. Dan kita baru akan menyadari kekuatan Perayaan Ekaristi ini kalau kita tidak melibatkan diri dalam perayaan Ekaristi.

Sebagai perbandingan, ijinkan saya membagikan pengalaman saya bertemu dengan seorang bapak, veteran Vietnam di sebuah paroki, yang memiliki penyakit minum alcohol terus-menerus. Namun setelah ia menghadiri AA seminggu sekali di aula paroki, ia merasakan perubahan yang luar biasa, tidak ada lagi keinginan untuk minum alcohol. Ia mengungkapkan bahwa setiap kali ia hadir, ia hanya akan membagikan pengalaman yang sama dan mendengarkan sebagian besar pengalaman yang sama dari peserta AA yang lain. Meskipun hal-hal yang sama dan diulang-ulang yang muncul dalam pertemuan AA seminggu sekali, ia tahu bahwa kalau ia tidak datang ke AA, ia akan jatuh lagi ke dalam pelukan botol-botol minuman keras.

Dalam batas-batas tertentu kisah seorang veteran Vietnam tadi membantu kita untuk tekun dan setia seminggu sekali bahkan kalau bisa setiap hari menghadiri perayaan Ekaristi. Meskipun yang kita rayakan adalah hal yang sama dan diulang-ulang, namun kalau kita tidak datang, kita mengetahui konsekwensinya, yakni kita bisa jatuh dalam pelukan dosa.

Renungan hari Jumat , Feb13, 2015

Posted by admin on February 12, 2015
Posted in renungan 

Dikisahkan di dalam Injil yang dibacakan di dalam Misa hari ini (Mrk 7:31-37) bagaimana Yesus menjelajahi daerah pantai barat menuju ke pantai timur laut danau Galilea. Markus kiranya hendak mengajak pendengarnya untuk belajar dari Yesus tentang hal menguasai medan karya. Menguasai bukan dalam arti menginjak-injak medan karya melainkan mengenali kebutuhan medan karya dan menjawab kebutuhan di medan karya melalui karya-karya yang kreatif yakni menghidupkan iman.

Sesampainya di daerah Dekapolis (Deka artinya sepuluh dan Polis artinya kota), ada seorang tuli dan gagap yang dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan. Cara Yesus menyembuhkan kiranya bisa dikatakan bahwa Ia melakukan sebuah ritual penyembuhan. Ritual itu Yesus lakukan dengan pertama kali dengan memisahkan orang sakit itu dari orang banyak sehingga mereka sendirian. Kemudian dikisahkan bagaimana Yesus memasukkan jariNya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata, “Effata,” artinya: Terbukalah!

Dari ritual penyembuhan ini tampak bahwa yang dihadapi Yesus adalah kekuatan kegelapan yang mengurung orang tersebut. Ritual tersebut dimaksudkan oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa kedatanganNya kedunia ini untuk mewartakan kebenaran mengenai kedatangan Kerajaan Allah yang menjadi nyata dalam DiriNya. Dengan melaporkan ritual itu Markus mengajak para pendengarnya untuk tidak hanya terpesona pada kisah ajaib penyembuhan-penyembuhan, namun diharapkan agar para pembaca Injil Markus hendaknya tersentuh oleh pribadi Yesus Kristus sang penyelamat. Dan ini adalah kebenaran. Penyembuhan-penyembuhan ajaib adalah kelanjutan dari kebenaran itu.

Bagi kita orang Katolik di jaman ini hendaknya kita belajar untuk semakin bisa menguasai medan karya kita di dunia modern ini. Salah satu ciri dunia kita yang modern ini adalah sekularisme. Kita menjadi korban oleh kekuatan yang mengubah kekuasaan, uang dan sex menjadi idola dan andalan manusia. Dunia sekularisme mengajarkan kepada umat manusia bahwa kebenaran adalah apabila umat manusia sudah bisa menaklukan alam semesta dalam kekuasaan manusia. Jika umat manusia bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya merupakan tujuan hidup. Dan sex adalah satu-satunya hal yang harus dinikmati sebelum umat manusia mati.

Kita orang-orang Katolik, adalah orang-orang yang tidak mau menjadi korban dari dunia sekulerisme semacam ini. Yesus Kristus telah mengorbankan diri bagi kita, maka marilah kita bersedia juga berkorban bagi Kristus dengan merelakan diri untuk matiraga akan hal-hal duniawi. Dan Perayaan Ekaristi adalah sebuah ritual yang menopang hidup kita untuk setia pada Kristus dan membentengi kita supaya kita tidak menjadi korban oleh mereka yang menjadikan kekuasaan, uang dan sex sebagai idola.

Renungan hari Kamis, Feb 12,2015

Posted by admin on February 12, 2015
Posted in renungan 

Dikisahkan dalam Injil hari ini, bagaimana seorang ibu dari kebudayaan Yunani datang kepada Yesus memohon agar anaknya perempuan yang kerasukan roh jahat. Yesus menguji iman ibu itu. Dan ibu dari Yunani itu sangat gigih memperjuangkan kepentingan anak perempuannya karena ia yakin bahwa sang Nabi agung yang sudah mulai terkenal di daerah Galilea ini pasti bersedia membantunya.

Kegigihan usaha ibu itu dibenarkan oleh Yesus dengan kata-kataNya, Karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Yesus menyembuhkan anaknya perempuan meskipun Yesus tidak bertemu langsung dengan anak perempuan yang kerasukan roh jahat itu.

Hal ini diceriterakan oleh Markus (Mrk 7:24-30) dengan maksud agar para pendengar dan pembaca Injil semakin percaya pada Yesus, sang Anak Manusia yang kedatanganNya sangat ditunggu-tunggu untuk mewartakan kebenaran janji Allah untuk menyelamatkan umatNya. Pengusiran roh jahat atau setan itu merupakan kelanjutan bagaimana kebenaran karya penyelamatan Anak Manusia itu dapat dialami oleh umat manusia sehingga mereka tidak perlu lagi menunggu dan mencari-cari sang Mesias lagi. Janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia-tidak hanya bangsa Yahudi-telah digenapi sendiri oleh Putera Allah.

Bagi kita orang Katolik yang hidup dua ribu tahun sesudah Yesus wafat dan bangkit. Kisah injil yang dibacakan dalam misa hari ini tetap memiliki makna. Kita dipanggil untuk terus-menerus bersedia mendekati Yesus dan memohon pertolongannya. Hidup umat manusia dari jaman dulu maupun sekarang tetap dikurung oleh kekuatan kegelapan. Yesus Kristuslah satu-satunya andalan dan harapan kita untuk bisa dibebaskan dari kungkungan kuasa kegelapan.

Kuasa kegelapan tidak harus berupa manifestasi langsung setan dalam kehidupan kita. Namun yang sangat sering terjadi adalah manifestasi kehadiran roh jahat dalam hati kita yang menjerumuskan kita ke dalam kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Kebiasaan-kebiasaan yang buruk hanya bisa ditaklukan melalui hadirnya kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam hidup kita. Marilah kita upayakan lebih banyak lagi melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik seperti memperlakukan orang lain secara Kristiani tanpa membeda-bedakan warna kulit, suku dan agama.

Peringatan Bunda Maria dari Lourdes

Posted by admin on February 11, 2015
Posted in renungan 

imagesInjil hari ini yang dibacakan dalam rangka peringatan Bunda Maria dari Lourdes dan hari orang sakit sedunia, Yesus mengingatkan para muridnya untuk kembali kepada beberapa hal yang sangat pokok dalam pelayanan Yesus dan bagaimana mengikutiNya,

Kita sebagai orang katolik terus memperbaharui kebutuhan kita untuk senantiasa mendekati Yesus dan memohon pertolongannya untuk disembuhkan dari berbagai macam penyakit, juga di jaman modern ini melalui pendekatan kita kepada Pribadi Yesus-Tubuh Kristus- dalam perayaan Ekaristi. Tentu saja Allah berkarya melalui tangan-tangan para dokter, perawat, fasilitas Rumah sakit dan obat-obatan. Di dalam obat-obatan herbal dan orang-orang yang mengobati penyakit dengan cara traditional Allah berkarya untuk menyembuhkan. Kesulitan dengan cara-cara traditional adalah bagaimana kita bisa mengenali mereka yang membuka jasa penyembuhan itu bahwa mereka tidak mempergunakan kekuatan-kekuatan roh-roh jahat yang bukan dari Roh Kudus.

Kita juga diajak untuk menguasai medan pelayanan kita sebagai orang Katolik di tengah masyarakat. Yesus memberi contoh bagaimana Ia mampu menguasai medan di Galilea yang didatangi oleh banyak orang dari daerah-daerah lain untuk memperbaiki kehidupan mereka secara ekonomi. Di antara mereka yang datang ke Galilea ada juga orang-orang Farisi yang menyebarkan agama yang asli dan benar, karena menurut mereka kesetiaan orang-orang Galilea terhadap hukum dan adat istiadat nenek moyang mereka yang telah dijaga selama sekitar lima ratus tahun pantas dipertanyakan.

Dengan latar belakang inilah Yesus mengemukakan ajaranNya mengenai motivasi hidup beriman yang benar. Motivasi hidup orang beriman adalah mencintai Tuhan Allah Bapa dan sesama tanpa pamrih. Penghayatan agama termasuk tindakan kesalehan dengan melakukan apa yang diperintahkan dan menghindari larangan-larangan hukum memang penting untuk menjaga kemurnian penghayatan ajaran agama. Namun hendaknya orang tidak hanya berhenti sampai di sana, melainkan semakin berani maju menepaki medan iman yakni memiliki motivasi mencintai Tuhan Yesus sang Anak Manusia yang diutus untuk mewartakan kabar gembira. Di samping memiliki motivasi seperti di atas, orang Katolik diharapkan agar menguasai medan dengan tantangan-tantangan dan siap menanggapi tantangan-tantangan itu dengan mencontoh hidup Yesus.

 

Tetap menjaga Iman

Posted by admin on February 9, 2015
Posted in Podcast  | 2 Comments

2013070913284595669-3
Translate »