Posted by admin on November 15, 2015
Posted in renungan
Posted by admin on November 13, 2015
Posted in renungan
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: “Ia akan segera membenarkan mereka . Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, l adakah Ia mendapati iman di bumi ?” (Lukas 18: 8)
Santo Agustinus dalam tulisan rohani mengajari para pengikutnya bagaimana menyiapkan diri untuk berdoa, dan apa yang perlu kita doakan.
Pertama, sebelum kita bertanya “Apa yang didoakan?”dan “Bagaimana kita berdoa?”, kita pertu bertanya “Bagaimana orang bisa menyiapkan diri agar bisa berdoa?” Agustinus mengakan kalau kita perlu ‘desolate in this world.’ Orang perlu berdiam dulu, memisahkan diri dari kesibukan dunia, dan ini dimulai dari mata. Jika kita tidak bisa melihat kebenaran, seluruh doa kita akan menjadi sia-sia.
Kedua, “Apa yang kita doakan?” Setiap orang perlu berdoa meminta untuk kebahagian dalam hidup. Apa yang membuat orang bahagia? Kenikmatan dan kesenangan membawa orang pada kebahagiaan. Tapi kalau kita teliti hati lebih dalam, semua itu membawa pada kebahagiaan yang tidak kekal. Yang membawa pada kebahagiaan mendalam ada di dalam Mazmur 27, “Satu hal saja yang aku minta, tinggal di rumah Tuhan sepanjang hidupku.” Itulah fundamental doa yang paling penting, kata Agustinus.
Bukan berarti kita tak butuh hal yang lain untuk kebahagiaan. Jika Tuhan menjadi sumber kehagaiaan hidup kita, dan berelasi dekat dengan Tuhan menjadi keinginan kita, pandangan ini akan membawa kita lebih tahu bagaimana kita meminta hal lain dan berdoa untuk mencapai kebahagiaan hidup.
Agustinus melanjutkan, jika kita berdoa, “Oh Tuhan, berilah saya pekerjaan sehingga aku tidak jatuh miskin!” dan hati kita sudah memiliki fondasi bahwa kebahagiaan kita adalah untuk membahagiaan Allah dan sesama, maka orang yang berdoa demikian memiliki motivasi hati yang benar. Hasilnya bila ia mendapat pekerjaan, ia akan bekerja baik dan setia karena motivasinya untuk membahagiaan Allah dan sesama.
Namun bila kita tak punya motivasi yang benar, dan berdoa, “Tuhan buatlah saya kaya segera!”, maka orang yang berdoa demikian hanya akan punya keinginan hidup untuk dirinya sendiri, terlalu berambisi, dan egois, meski ia bekerja sebaik mungkin.
Ketiga, belajar untuk menerima, terutama disaat kita berada dalam penderitaan dan kesusahan. Agustinus memberi contoh doa Yesus di Getsmane. Yesus berdoa, ” Jauhkan piala ini dari padaku (keinginan jujur agar Tuhan Allah menjauhkan derita dan kesusahan), tapi juga berdoa penerimaan, “tapi jadilah padaku menurut kehendakMu.”
Dalam Surat Paulus pada umat di Roma 8:26, Paul berkata kalau Roh Kudus akan mengajari hati kita untuk berdoa saat kita bingung dan mengeluh, Tuhan akan m endengarkan doa-doa kita yang juga tak terkatakan dalam kata-kata.
Posted by admin on November 12, 2015
Posted in renungan
Sampai di Ambarawa begitu ba-
nyak guru, suster, siswa bahkan anak TK melambaikan tangan, sampai (desa) Jambu bapak dan ibu membawa daun palma sambil melambaikan tangan.
Sampai di Kopi Eva (kota Bedono) banyak yang melambaikan tangan membawa daun pisang. Sampai di Bedono, umat begitu banyak me
nyapaikan selamat jalan.
Sampai di Magelang, depan Seminari Mertoyudan, bapak Uskup mendapat iringan lagu-lagu sampai di Muntilan (11 Km panjangnya), sepanjang jalan kurang lebih 500 siswa dibekali bunga tabur 1 kantong plastik untuk ditaburkan, jalan bagaikan lautan bunga.
Sungguh bahagia Alm Bapak Uskup dalam perjalanan ke tempat peristirahatan terakhir. Tuhan menyertai dengan suka cita.
(Copas – kiriman WA diterima bu Widya, 12 Nov, 2015)
Posted by admin on November 12, 2015
Posted in renungan
Kitab Kebijaksanaan diyakini oleh Katolik Roma dan Gereja Orthodok sebagai kitab suci, sedangkan sebagian besar Gereja Protestan menilai kitab kebijaksanaan bukan bagian dari Kitab Suci atau kitab apokrif. Dinilai sebagai kitab apokrif karena Kebijaksanan diragukan akan adanya wahyu Ilahi yang menginspirasi penulisnya. Kitab ini ditulis di daerah Alexandria – Mesir oleh orang Yahudi yang sudah terpengaruh budaya Yunani di tahun 1 Sebelum Masehi.
Amat indah dan mengagumkan ketika pengetahuan manusia akan yang Ilahi dari dunia Yahudi, dibahasakan oleh orang yang memahami Filsafat Yunani. Kebijaksaan 7: 22-25 menggambarkan sifat-sifat ilahi dalam karakter filosofi. Kebijaksaan itu adalah daya ilahi yang melingkupi seluruh ciptaan.
Kebijaksanaan itu indah, suci, tak melukai, transparan, penuh kebaikan, dan jelas. Ia juga kokoh, kuat, penuh damai, inteligent serta murni. Kebijaksaan dipersonifikasi sebagai seorang perempuan. Ia bergerak mengatasi seluruh gerakan karena ia murni. Ia adalah aura Allah, dicintai Allah dan para nabi. kebijaksanaan dapat menciptakan segalal sesuatu, melebihi segala sesuatu, dan mengatasi segala waktu. Ia lebih dari matahari karena ia adalah cermin kebaikan dan kekuatan Allah.
Personifikasi Kebijaksaan sebagai kekuatan, terang dan sabda Allah muncul juga dalam pembukaan Injil Yohanes. Yohanes melukiskan Yesus sebagai kebijaksaan Allah, Dia adalah inkarnasi dari sabda Allah, terang yang datang ke dunia. Lewat Dia segala sesuatu dijadikan, dan terang itu tak dapat dikuasai oleh kegelapan, karena terang itu berasal dari Allah. Sebuah lukisan yang mirip dengan gambaran Wisdom dalam kitab Kebijaksanaan.
Mintalah hari ini agar karakter kebijaksaan Allah kita miliki, membuat kita berkarakter lembut dan kuat, inspiratif dan transparan, dikasihi Allah dan semua orang karena membawa kebaikan.