2 Raja 5:1-15; Lukas 4:24-30

Tuhan selalu menunjukkan kekuatan dan keajaibannya dalam kehidupan kita. Kuasa dan keajaibannya bekerja lebih nyata ketika kita membuka diri terhadap Tuhan sendiri. Sikap apatis dan malas tahu akan keajaiban Tuhan dalam kesementaraan dan keseharian hidup kita akan menghantar kita pada sikap pengabaian dan suka menganggap remeh. Sesungguhnya, Tuhan tetap menanti sejauh mana kita membiarkan kekuatan-Nya melepaskan kita dari dosa, keterlukaan masa lalu, ketakutan dan kecemasan-kecemasan kita. Melalui seluruh cerita Kitab Suci, kita menyaksikan betapa Allah dekat dengan manusia, betapa Dia menyatakan karya-Nya ynag penuh kuasa untuk menyelamatkan dan menebus manusia dari kematian dan kehancuran. Kita melihat bagaimana Tuhan menyelamatkan Lot dan keluarganya dari bencana Sodom dan Gomora. Kita menyaksikan betapa Yahweh menyelamatkan Nuh dan keluarganya serta pelbagai makhluk ciptaannya dari bencana air bah. Kita melihat Allah yang menolong Israel agar terlepas dari cengkeraman penguasa kejam seperti Firaun.

Hal yang Tuhan rindukan dari kita adalah sensitivitas, keterbukaan, reseptivitas untuk bekerja sama dengan rahmat-Nya. Tuhan mau menegaskan bahwa pokok keselamatan manusia bukan terutama terletak pada kesetiaan mendengarkan firman Tuhan dan mengklaim diri sebagai pengikut Kristus tetapi terutama mendengarkan dan melaksanakan firman Tuhan secara setia dan konsisten. Naaman yang dipuji Tuhan dalam injil hari ini adalah bukti bahwa Tuhan menyukai orang yang setia, orang yang mau datang kepadanya untuk membaharui diri baik secara jasmani dan rohani, orang yang sungguh membuka diri terhadap setiap rahmat yang Tuhan curahkan bagi pemulihannya secara paripurna.

Kita mengikuti Kristus bukan secara suam-suam kuku, semangat hanya pada level permukaan tetapi kemudian dingin dan beku pada level kedalaman. Contoh: Selama saya hidup bahagia dan sukses, saya akan dekat dengan Tuhan. Namun ketika saya mendpaat bencana dan jatuh sakit, saya menjadi jauh dan bahkan mempersalahkan Tuhan. Iman kita pada Tuhan tidak boleh bergantung pada seberapa beruntung atau sial kehidupan kita. Dari sosok Naaman kita belajar bahwa rahmat Tuhan itu selalu mengalir ke dalam sanubari dan kehidupan setiap orang yang mau berubah, yang ingin mentransformasi diri menjadi lebih baik. Kalau kita mengakui diri sebagai pengikut Kristus, kita perlu terbuka terhadap kerja rahmat Tuhan itu sendiri dengan bersikap terbuka, sensitif, takwa dan tawakal terhadap setiap rencana-Nya. Hidup kita akan menjadi indah dan terberkati ketika Tuhan kita jadikan sebagai sentral, sebagai penuntun, sebagai GPS kehidupan kita. Tuhan senantiasa berkarya dalam diri setiap orang yang merindukan wajah kasih dan kemurahan hatinya. Amin.