
Peringatan Santa Monika – 27 Agustus
Santa Monika, ibunda santo Agustinus terlahir di Tagaste (Algeria) tahun 322. Kita tak tahu banyak kisah masa kecilnya. Sebagian besar cerita ini diambil dari buku “Pengakuan” Agustinus bab IX yang menceritakan pertobatan Agustinus karena doa Monika.
Monika menikah dengan seorang non-Kristen bernama Patritius, seorang pemarah yang dikenal orang dengan hidupnya yang tidak bermoral baik. Awalnya, ibu Patritius tak menyukai Monika. Namun akhirnya sang mertua jatuh hati padanya karena sikap Monika yang lembut. Monika tak pernah mengalami kekerasan dari sang suami. Dia berkata kalau suaminya tak pernah memukulnya karena dia selalu menjaga mulutnya, dan memilih diam saat suami ada disampingnya.
Buah dari perkawinan, Monika dan Patritius memiliki 3 anak: Agustinus, Navigius, dan Perpetua. Namun Monika tak pernah bahagia, karena sang suami tak mengijinkan satupun anaknya boleh dibaptis. Sang ibu terutama khawatir atas Agustinus, anak sulung yang hidup dengan seorang perempuan di Kartago dan memiliki seorang anak laki-laki diluar nikah.
Bertahun-tahun Monika berdoa untuk suami dan anaknya. Doanya didengar Allah hingga diakhir hidup suaminya, Patritius bersedia dibaptis sebelum mati. Namun, Agustinus tetap saja tak pernah mau menjadi Kristen.
Saat hidup di Kartago, Agustinus terpengaruh ajaran heretik sekte Manichean. Ibunya makin kalut dan mencoba mengeluarkan dia dari pengaruh sesat. Suatu kali, Monika bermimpi kalau dia harus terus bersabar dan memperhatikan anaknya dengan lembut hati. Namun, semakin kuat Monika berdoa, Agustinus juga tak pernah peduli. Malahan dia terus ikut ajaran Manichaen selama 9 tahun.
Ajaran Manichaen berasal dari Persia sekitar tahun 230 M. Ajaran ini disebarkan oleh Mani yang mengaku diri sebagai reinkarnasi dari Budha, Zoroaster, dan Yesus. Ajarannya berpusat pada peperangan antara terang kebenaran dan kegelapan yang selalu bertempur di dunia ini. Ajaran Yesus tak pernah lengkap karena ada wahyu yang lebih sempurna yaitu yang disebut “Agama Terang.”
Monika berusaha melepaskan Agustinus dari pengaruh filsafat Manichean. Bahkan dia sempat meminta tolong seorang uskup yang juga pernah ikut Manichaen untuk membujuk Agustinus agar keluar dari ajaran itu. Namun sang uskup berkata pada Monica, “Pergilah, dan Tuhan memberkatimu. Tak ada yang mustahil bahwa anakmu akan akan kembali karena airmatamu.”
Sang ibu tak pernah lelah mengasihi Agustinus, dan sudah lebih dari 15 tahun dia berdoa untuknya. Di tahun 383, Monika pergi dengan Agustinus dari Afrika ke Roma karena Agustinus hendak mengajar di sana. Tak lama kemudian, Agustinus mendapat undangan ke kota Milan dimana dia bertemu St. Ambrosius uskup Agung Milan. Agustinus terkesan dengan kotbah-kotbah Ambosius yang indah dan mendalam. Suatu kali sang uskup menemui Agustinus, dan menyelamati dia karena memiliki seorang ibu, Monika, yang luar biasa bersahaja.
Suatu kali Agustinus membaca Kitab Suci Perjanjian Baru di taman, dan dia menemukan ayat dari tulisan Paulus kepada umat Roma bab 13: 12-14. Dia mendapat penerangan Roh Kudus, dan tiba-tiba dia memutuskan untuk hidup menurut ajaran Yesus. Agustinus menjadi Kristen, dan dibaptis pada hari Paskah tahun 387.
Baptisan yang diterima Agustinus menjadi tanda kalau doa Monika didengar Allah sesudah bertahun-tahun. Sesudah baptisan, mereka berdua pulang ke Afrika, dan berhenti sejenak di Ostia untuk beristirahat. Namun Monika tak bisa meneruskan perjalanan pulang. Dia meninggal di Ostia pada umur 56 tahun. Monika dimakamkan di sana, dan baru pada tahun 1400 reliquinya dipindahkan ke Roma.
Dalam catatannya, Agustinus berkata tentang ibunya, “Seorang ibu yang telah menangis bertahun-tahun untukku, agar aku bisa hidup untuk mu Ya Tuhan.”
Dalam Gereja Katolik, Santa Monika adalah santa pelindung para ibu dan istri, dan terutama pendamping kaum ibu yang ditinggal pergi suami dan anak-anaknya.


