Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Ungkapan Syukur

Posted by admin on August 18, 2016
Posted in renungan 

Jumat, 19 Agustus 2016

Bacaan I : Yehezkiel 37: 1-14

Injil : Matius 22: 34-40

 

Yehezkiel diminta oleh Tuhan untuk bernubuat dan nubuat itu berisi perintah untuk bangkit kembali bagi para tentara yang telah tewas dan telah menjadi tulang belulang. Nubuat itu terpenuhi, tulang belulang itu bangkit menjadi manusia utuh. Sesungguhnya tulang belulang itu adalah wujud gambaran Israel yang rapuh. Sama seperti Israel, kitapun juga rapuh di hadapan Tuhan, namun telah membuat kita pantas di hadapanNya. Meskipun kita ini hanyalah tulang belulang, namun Allah telah mencintai kita. Karena Allah telah mencintai kita, maka kitapun juga diminta untuk mampu membalas kasihNya. Kasih yang diminta oleh Tuhan pertama-tama adalah mampu mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap pikiran dan kekuatan kita. Allah pun juga meminta kita supaya mampu mengasihi sesama kita, berarti mengasihi sesama mahluk sebagai mahluk Tuhan yang pantas untuk dicintai.

Allah meminta kita untuk mencintai. Mungkin kita pernah bertanya, ada apa Allah meminta kita untuk mencintai? Karena kasih hanya dapat diberikan oleh pribadi yang kuat. Hanya orang kuat yag ampu mengasihi. Jika kita tidak kuat mustahil bagi kita untuk mau mencintai, mengapa demikian? Karena cinta tak lain dan tak bukan adalah masalah pemberian diri. Hanya orang yang kuat yang mampu memberikan diri, membagikan hidupnya bagi sesamanya. Semoga Roh Tuhan menguatkan kita agar kitapun mampu untuk mencitai, artinya mampu memberikan diri kita bagi Tuhan dan sesama kita. Amin. Tuhan memberkati.

Doa:

Allah Bapa kami yang bertahta dalam Kerajaan Surga, trima kasih Tuhan Engkau telah mengangkat kami menjadi anakMu. Doronglah kami selalu ya Tuhan agar kami dapat memancarkan kasihMu dalam pikiran, perkataan dan tindakan kami. Trima kasih Bapa. Dalam kuasa rohMu kami berdoa. Amin.

Sendang Retno Adi

Posted by admin on August 17, 2016
Posted in renungan 

Kamis, 18 Agustus 2016

Bacaan I : Yehezkiel 36: 23-28

Injil : Matius 22: 1-14

 

Aku akan mencurahkan air jernih kepadamu, dan kalian akan disucikan dari segala kenajisanmu. Kata-kata pemazmur ini mengembalikan ingatan akan betapa jernih, sejuk, damai dan tenteram suasana yang ada di Sendang Retno Adi, sebuah tempat ziarah Gua Maria yang ada di Pertapaan Karmel Ngadireso, Malang. Letak Gua Maria ini persis di bibir tebing pertapaan, di bawahnya mengalir sungai kecil nan jernih airnya, dan di sampingnya menghampar sawah nan hijau dan barisan perbukitan hijau. Suara burung dan rincik air sungguh menambah suasana khidmat dalam berdoa di Gua Maria ini. Suasana hening pertapaan juga membuat tempat ziarah ini bagaikan pusaran magnit energi alam yang sungguh kuat. Tak terasa berlama-lama masuk dalam keheningan doa di tempat ini. Sungguh batin ini seperti mengalami di-charge ulang setiap kali meluangkan waktu untuk duduk terpekur di hadapan Sang Ilahi bersama Bunda Maria.

Keheningan dan kejernihan air Gua Maria ini juga mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu membaharui kita dengan air kehidupan yang selalu baru. Tujuannya agar kita mampu mengikuti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Setiap ajaran Tuhan adalah baik, namun tak semua dapat kita serap dan kita lakukan karena ada berbagai hal dalam diri kita yang menghalangi kita untuk mau tunduk dan takluk kepada Tuhan. Kiranya air kehidupan yang Tuhan curahkan ke dalam hati kita membersihkan setiap noda dosa kita sehingga kitapun mampu untuk senantiasa tepekur di hadapan Tuhan, selalu mau mengikuti arahan Tuhan. Semoga batin kitapun juga mampu untuk mengalirkan air jernih seperti yang air jernih yang ada di Sendang Retno Adi Pertapaan Karmel Ngadireso. Semoga hati Allah yang penuh dengan belas kasih membimbing kita untuk mau menjadikan diri kita sebagai sumber air penghiburan bagi sesama kita. Amin, Tuhan memberkati.

Doa:

Ya allah Tuhan kami, Engkaulah air hidup yang selalu memberi kami hidup dan kekuatan. Kami memohon rahmatMu ya Allah untuk selalu rindu bersatu denganMu. Kami selalu rindu untuk melihat kemuliaanMu, kami juga rindu untuk selalu Kaubaharui. Kiranya Ya Tuhan, hatiMu yang maha rahim berkenan mengubah hati kami juga penuh dengan belas kasih, agar kamipun mampu menjadi pribadi yang penuh belas kasih, mampu menunjukkan dan memberi kasih kepada sesama kami yang membutuhkan uluran tangan kami. Amin.

Membungkam Kepicikan

Posted by admin on August 16, 2016
Posted in renungan 

Rabu, 17 Agustus 2016

Hrai Raya Kemerdekaan Republik Indonesia

Bacaan I : Sirakh 10: 1-8

Bacaan II : 1 Petrus 2: 13-17

Injil : Matius 22: 15-21

 

Allah telah menciptakan alam semesta ini sedemikian baiknya. Alam semesta ini sebenarnya dipenuhi dengan kebaikan dan hal-hal yang benar karena berasal dari Allah Sang Sumber Kebaikan dan Kebenaran. Salah satu bagian dari alam semesta ini adalah sebuah bangsa dan negara bernama Indonesia. Sebagai sebuah bangsa, Indonesia adalah bangsa yang besar, sebagai sebuah negara, Indonesia adalah negara yang besar. Semua hal yang baik itu adalah anugerah Tuhan. Akan tetapi segala hal yang baik dan besar itu seolah-olah tidak kelihatan karena kepicikan segelintir orang yang sungguh tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan atas anugerah yang besar dalam bangasa dan negara bernama Indonesia. Rasul Petrus hari ini mengajari kita sekalian supaya kita mampu untuk membungkam kepicikan dari dari segelitir orang ini dengan berbuat baik dan benar bagi bangsa dan negara Indonesia.

Kita melihat betapa banyak kebencian telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan bersama bangsa Indonesia. Seandainya bangsa Indonesia mampu menghilangkan segala kebencian yang ada di antara sesama warganya kita sungguh yakin bahwa Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Seandainya kebencian itu bisa diubah menjadi energi, maka seluruh pelosok Indonesia dapat diterangi, namun sungguh sayang bahwa kebencian telah menggerogoti sebagaian warganya, maka kebencian itu juga menghancurkan bebarapa sendi hidup bersama. Kita sungguh tidak tahu jalan pikiran dari orang-orang keblinger yang berusaha untuk mengancurkan Indonesia. Mereka adalah orang Indonesia, lahir di Indonesia, mencari penghidupan di Indonesia, makan dan minum dari hasil bumi dan tanah Indonesia; namun mengapa mereka justru ingin mengancurkan Indonesia karena kepicikan mereka. Maka benar sekali ajaran Santo Petrus hari ini bahwa kita perlu membungkam kepicikan itu dengan berbuat baik dan benar, dengan mencitai nusa dan bangsa ini. Rasa cinta inilah yang menjadi awal bagi kita untuk bisa memberikan diri kepada bangsa yang kita cintai ini. Semoga kita sebagai warga Indonesia mampu untuk memberikan kepada Tuhan yang menjadi hak Tuhan dan kepada bangsa dan negara kita apa yang menjadi hak dari negara kita, yaitu rasa hormat, cinta dan bela rasa. Semoga Tuhan memberkati bangsa dan negara kita indonesia. Dirgahayu Indonesia. Tuhan memberkati.

Doa:

Trima kasih Tuhan atas nusa dan bangsa yang Engkau berikan kepada kami. trima kasih atas bangsa dan negara yang besar ini. Trima kasih pula atas berbagai suku bangsa yang mendiami bumi pertiwi ini. Kami memohon bantuanMu ya Allah agar kami sungguh mampu memberikan diri kami bagi bansa dan negara yang kami cintai ini. berkatilah negara dan bangsa kami agar kami anak-anak dari Ibu Pertiwi ini sungguh tahu berterima kasih dan tahu untuk menjaga setiap pemeberianmu yang besar bagi bangsa dan negara ini. Trima kasih Bapa, dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Sumber Hidup

Posted by admin on August 15, 2016
Posted in renungan 

Selasa, 16 agustus 2016

Bacaan I : Yehezkiel 28: 1-10

Injil : Matius 19: 23-30

 

Di komunitas Padang Gurun, Pertapaan Karmel, Cikanyere, Cianjur ada sebuah kebiasaan yaitu mengadakan vigili. Acara ini diadakan tiap hari Rabu malam jam 00.00. Vigili tidak lain dan tidak bukan adalah berjaga di hadapan Sakramen Yang Mahakudus. Tujuan dari kegiatan ini adalah memuji Tuhan sebagai Sumber Hidup. Acara ini dimaksudkan pula supaya setiap orang yang mengikuti kegiatan ini sungguh sadar bahwa hanya Tuhan lah yang sungguh pantas untuk menjadi sumber hidup. Namun toh demikian kita sekalian tetap saja masih merasa heran, mengapa masih ada sekian banyak orang yang tidak menyadari akan kebenaran ini. Mereka meletakkan harapan mereka bukan kepada Tuhan, sebaliknya kepada apa yang mereka miliki. Tidakkah mereka sungguh menyadari bahwa hidup manusia di dunia ini hanyalah sementara saja. Istilah nenek moyang kita bahwa “urip iku mung mampir ngombe”, bahwa hidup itu hanyalah sekedar mampir minum.

Minuman yang utama bagi kita adalah air, dan air yang sejati itu tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan sendiri. Dari kenyataan ini kita sebenarnya telah sungguh tahu bahwa hidup kita ini hanya mungkin dipuaskan oleh Tuhan saja dan bukan oleh sesuatu yang lain. Santa Teresia dari Yesus mengajari kita bahwa Tuhan saja cukup. Memang bagi setiap pribadi yang telah menemukan Tuhan; Tuhan saja cukup, namun bagi mereka yang belum menemukan Tuhan sebagai sumber hidup, harta benda adalah sumber hidupnya. Hidup dan mati mereka terletak dalam harta yang mereka miliki. Namun tak selamanya harta itu bisa memuaskan kita. Akan tiba saatnya harta yang kita miliki tak dapat menolong kita. Akan tiba saatnya pula harta yang kita miliki tak mampu memuaskan rasa haus kita akan Tuhan. Hanya Tuhanlah yang mampu memuaskan rasa dahaga kita, karena Dialah sang Sumber Hidup yag sejati. Semoga kita sekalian yang telah dituntun oleh Tuhan semakin sadar akan hal ini dan hanya mengandalkan Tuhan dalam hidup kita. Amin. Tuhan memberkati.

Doa:

Ya Tuhan, satu-satunya harapan kami; kami hanya mengandlkan Engkau. Kami juga hanya bisa berharap kepadaMu. Bantulah kami selalu ya Tuhan untuk selalu percaya bahwa Engkaulah satu-satunya Pribadi yang dapat membantu kami, menghilangkan kehausan kami akan apa yang abadi.. tuhan bukalah hati kami selalu supaya hidup kami ini hanya bersumberkan dari kasihMu, dengan demikian kamipun mampu menjadi saluran kasihMu bagi sesama kami. Amin.

Melik Nggendong Lali

Posted by admin on August 14, 2016
Posted in renungan 

 

Bacaan I : Yehezkiel 24: 15-24

Injil : Matius 19: 16-22

 

Salah satu ungkapan nenek moyang kita tentang seseorang yang lupa daratan karena hartanya adalah “melik nggendong lali”. Ungkapan ini mengungkapkan bahwa harta bagaimanapun adalah hamba bagi manusia. Namun seringkali yang terjadi adalah sebaliknya, justru harta yang memperbudak manusia. Seluruh perhatian seseorang bisa tercurah untuk mengejar dan mengumpulkan harta. Memang tidak ada salahnya mengumpulkan harta, karena harta pun bisa digunakan untuk melayani Tuhan dan sesama. Namun ungkapan yang ideal ini sering kali tidak berbuah dalam kenyataan, karena bila orang telah dibutakan matanya oleh harta maka mereka tak akan mau berbagi harta yang mereka miliki dengan sesamanya. Bila seseorang telah dikuasai oleh nafsu akan harta maka yang ada hanyalah keinginan untuk berkuasa dan terus menerus menumpuk harta.

Jika hal ini yang terjadi maka tak segan-segan orang bisa saja mengurbankan sesamanya untuk memperoleh harta yang ia inginkan. Nyawa dan hidup orang lain tak ubahnya sebuah komoditas yang bisa diperjualbelikan untuk memenuhi ambisinya untuk memperoleh harta yang banyak. Maka harapan Tuhan Yesus atas kita semuanya sangat jelas yaitu kita diminta untuk menjual seluruh harta kita. Menjual yang dimaksudkan oleh Tuhan adalah berupaya untuk tidak melekatkan diri kita pada apa yang kita miliki sebagai segala-galanya, karena jika demikian kita akan dengan mudah melupakan Tuhan, melupakan sesama kita. Dengan mudah kitapun akan menjadi budak dari harta benda yang kita miliki. Manusia adalah tuan atas harta benda dan bukan budak harta benda. Bila kita menempatkan diri kita sebagai budak harta benda maka harga diri kita jauh di bawah benda-benda yang merupakan ciptaan manusia. Semoga sabda Tuhan yang kita dengarkan hari ini senantisa menggerakkan kita untuk mau menjadi pribadi yang sehat, pribadi yang tidak mau dijajah oleh harta milik kita. Amin. Tuhan memberkati.

Doa:

Ya Allah Tritunggal Mahakudus, Engkau tahu Tuhan bahwa Engkaulah yang selalu kami tinggikan, Engkaulah yang selalu kami sembah. Bantulah kami Tuhan untuk selalu menempatkan Engkau sebagai satu-satunya milik kami yang paling berharga. Bantulah kami untuk tidak larut dalam usaha kami utuk mengumbar kesenangan kami akan harta milik. Bantulah kami untuk selalu ingat bahwa Engkaulah yang abadi, yang akan selalu menjadi penyelamat bagi kami. Ya, Bapa, dalam kuasa Roh Mu kami serahkan diri kami. terpujilah namaMu ya Tuhan, amin.

Translate »