Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Waspada terhadap kepalsuan

Posted by admin on July 26, 2018
Posted in renungan 

Jumat, Pekan Biasa XVI, 27 Juli 2018

Bacaan: Yeremia 3: 14-17; Matius 13:18-23

Waspada terhadap kepalsuan

“Teliti sebelum membeli”, itulah ungkapan yang kita dengarkan dalam hidup harian kita, ketika ingin berbelanja. Ungkapan ini mau mengingatkan kita supaya sungguh teliti dalam membeli sesuatu supaya tidak tertipu. Terkadang kita begitu mudah terpengaruh oleh penampilan luar atau yang tampak, namun kurang memperhatikan isinya atau dalamnya. Oleh sebab itulah, terkadang orang mudah tertipu dan akhirnya keceewa. Memang kuasa jahat dan kegelapan selalu ingin menyesatkan kita manusia dengan tawaran yang menarik. Tawaran itu juga bisa masuk melalui manusia juga yang terpengaruh dan dipergunakan oleh si jahat sehingga dapat menjatuhkan sesamanya. Namun semua yang jahat bukanlah datang dari manusia, melainkan dari kuasa jahat yang berhasil menguasai manusia, supaya menghancurkan sesama manusia.

Pada kesempatan ini Yesus pun mengingatkan semua yang mendengarkanNya agar waspada dan berhati-hati. Ada dua hal yang diingatkan Yesus: masa penganiayaan dan masa penyesatan. Masa penganiayaan akan terjadi ketika kekerasan, pembunuhan dan berbagai kejadian lain yang bertujuan untuk membinasakan manusia. Situasi ini dapat kita lihat dan bahkan kita alami juga pada masa ini. Perhatikanlah budaya kematian yang terjadi di tengah kehidupan kita, yakni perang, pembunuhan, aborsi, euthanasia dan banyak hal lainnya. Maka perlulah waspada terhadap situasi ini supaya kita tidak terkena arusnya dan ikut dibinasakan.

Masa penyesatan terjadi ketika munculnya berbagai kepalsuan di dalam hidup kita dan berbagai penipuan. Hal ini tampak dengan munculnya berbagai nabi palsu, orang-orang yang mengatasnamakan Tuhan dalam bertindak, berbagai kejadian spektakuler bahkan ajaib dan berbagai kejadian lainnya. Semuanya itu untuk menarik manusia dari Tuhan, sehingga manusia kehilangan iman, harapan dan kasih. Akibatnya banyak orang menjadi takut, ragu, putus asa dan menjauh dari Tuhan, namun percaya pada hal-hal mistis.

Yesus mengingatkan kita semua akan kedua hal tadi, supaya kita memnyadarinya karena semua itu ada di tengah kita sekarang ini. Tuhan Yesus mengingatkan kita semua akan pentingnya doa, yang mempunyai kekuatan tersendiri. Itulah relasi personal dengan Tuhan yang harus diperdalam setiap saat untuk dapat menghadapi situasi dunia kita saat ini. jika kita kuat dan dekat dengan Tuhan, maka kita tidak perlu takut dan selalu berjaga serta waspada. Semoga kita semua semakin dikuatkan oleh relasi dengan Tuhan yang semakin mendalam.

Melihat dan mendengar

Posted by admin on July 25, 2018
Posted in renungan 

Pesta St. Yoakim dan St. Anna, Orangtua St. Maria, 26 Juli 2018

Bacaan: Sirach: 44: 1.10-15; Matius 13: 16-17.

Melihat dan mendengar

Pasangan Yoakim dan Anna yang kita rayakan pada hari ini adalah pasangan sederhana namun kaya dalam iman. Mereka telah menanamkan iman kepada Maria, puteri mereka yang kemudian akan menjadi ibu Yesus, Sang Penyelamat. Maria telah berkembang sebagai seorang gadis pendoa dan patuh kepada Tuhan, itu juga karena Yoakim dan Anna sendiri menghidupinya. Begitu besarnya peran orang tua, yang telah melahirkan anak sebagai kehisupan baru ke dunia ini. Selain itu, mereka juga diberi tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan anak secara jasmani dan rohani. Yoakim dan Anna mampu melihat kehadiran Tuhan di dalam hidup mereka dan selalu mensyukurinya. Mereka juga selalu membuka telinga hatinya untuk mendengarkan suara Tuhan di dalam hidup mereka, supaya hidup mereka selalu disesuaikan dengan Kehendak Tuhan.

Tantangan hidup sekarang ini cukup besar dan ikut melanda kehidupan berkeluarga, termasuk dalam mendampingi anak-anak. Hari ini para orang tua diingatkan untuk selalu menyadari kehadiran Tuhan di dalam kehidupan keluarga kita masing-masing. Sebagai orang tua, selalu perlu untuk menyatukan diri dengan Tuhan dan juga sebagai suami isteri. Setiap keluarga adalah Gereja kecil, yang di dalamnya Tuhan Yesus hadir. Oleh sebab itulah kehadiran Tuhan inilah yang harus selalu disadari oleh orang tua dan menyampikannya kepada anak-anak. Semua anak memulai perjalanan imannya di dalam keluarga. Mereka balajar berdoa, menghidupi kasih dan bertumbuh dalam iman dan perbuatan. Dengan demikian, anak-anak semakin mengenal Tuhan dan mengalami KasihNya.

Kita bersyukur karena kita masih terus diberi rahmat oleh Tuhan sehingga kita dapat membaca dan merenungkan SabdaNya setiap saat, juga melalui renungan yang kita terima setiap hari ini. Maka Yesus mengatakan, berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Kemampuan untuk melihatr dan mendengar, bukan saja untuk yang jasmaniah, namun juga hal rohani bagi kehidupan dan keselamatan kita. Makanya setiap orang tua, sesuai dengan Janji Perkawianan yang telah diucapkan di hadapan Tuhan, itulah pula yang menjadi tanggung jawab mereka dalam mendampingi anak-anak. Marilah kita melangkah bersama Tuhan yang selalu mendampingi perjalanan hidup kita.

Meminum cawan

Posted by admin on July 24, 2018
Posted in renungan 

Pesta St. Yakobus Rasul, 25 Juli 2018

Bacaan: 2Kor 4: 7-15; Matius 20: 20-28

Meminum cawan

Permintaan Bu Zebedeus kepada Yesus menunjukkan sebuah keinginan manusia, yakni untuk mendapat kedudukanbagi kedua anaknya di dalam Kerajaan Yesus nanti. Memang kedudukan atau posisi dalam sebuah pemerintahan seringkali dicari orang, seperti juga yang terjadi di dalam kehidupan kita sekarang ini. Para murid lainnya menjadi marah, karena tentu mereka juga ingin kedudukan yang sama. Kecenderungan manusiawi dapat menjauhkan kita dari hidup ilahi kita, yang tujuannya adalah kehidupan kekal dalam Kerajaan Surga. Apakah Kerajaan Surga itu, ternyata tidak semua murid menangkapnya, mungkin kita juga.

Berhadapan dengan keinginan mereka ini, Yesus bertanya kepada kedua anak Zebedeus itu, apakah mereka sanggup meminum cawan yang akan Yesus minum. Walaupun mereka menjawab ‘sanggup’, namun mereka tidak mengerti yang dimaksudkan Yesus. Cawan itu berisi Darah Yesus dan itu berarti ikut serta dalam penderitaan dan kematian Yesus. Memang mereka semua akan ikut minum cawan penderitaan Yesus, ikut mati dan bangkit bersama dengan Yesus Kristus dalam kehidupan kekal. Demikianlah akhirnya Yakobus, anak Zebedeus itu menjadi martir, ia dibunuh sebagai pengikut Yesus, ia akhirnya minum cawan yang telah Yesus minum.

Sebagai pengikut Yesus, kita pun harus siap untuk meminum cawan Yesus, siap menghadapi berbagai tantangan sebagai seorang kristiani. Yesus mengingatkan kita selalu bahwa menjadi pengikutNya bukanlah untuk mencari kedudukan dan mencari kuasa melainkan menjadi pelayan dan hamba semua orang. Kita tidak perlu takut karena kita berjalan bersama dengan Tuhan Yesus yang selalu menyertai kita. Perjalanan kita adalah menuju Surga dan bukan untuk berdiam di dunia ini. Jangan takut, Yesus menyertai kita senantiasa.

Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu

Posted by admin on July 23, 2018
Posted in renungan 

Selasa Pekan Biasa XVI, 24 Juli 2018

Bacaan: Mikha 7:14-15, 18-20; Matius 12: 46-50

“Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu”

Seringkali jika kita kumpul keluarga, berarti yang ikut adalah satu keluarga sedarah, dikatakan masih satu keturunan. Kriteria itu juga yang dipakai dan dikatakan kepada Yesus ketika keluargaNya datang untuk menemui Dia. Ketika orang banyak menyampaikan kepada Yesus tentang kedatangan ibu dan saudara-saudaraNya, pada saat itulah Yesus menyatakan sesuatu yang berbeda untuk membuka mata dan pikiran mereka. Ternyata bagi Yesus, siapa saja bisa menjadi ibu dan saudara-saudaraNya, maka bukan lagi masalah hubungan darah. Mengapa bisa demikian?

Bagi Yesus, kriterianya jelas, yakni semua saja yang melakukan kehendak Bapa di Surga adalah ibu dan saudara-saudara Yesus. Dengan demikian Yesus telah menyampaikan hal penting dalam pengajaranNya kepada mereka semua. Tentu saja hal ini berlaku bagi kita juga pada jaman ini. Kehendak Allah atau Kehendak Bapa, itulah yang utama dan itu juga yang dilakukan Yesus selama perutusanNya di dunia ini. Kehendak Bapa adalah kebahagiaan dan keselamatan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Oleh sebab itulah Yesus terus mengingatkan dan membawa kita semua menuju keselamatan. Namun demikian sangat diperlukan kerjasama dari kita semua supaya Kehendak Bapa ini sungguh terlaksana. Sampai sekarang pun perjuangan itu masih terus berlangsung. Realita yang menyedihkan masih terjadi sampai sekarang, situasi mereka yang menjauh dari Tuhan dan berarti juga menjauh dari Kehendak Bapa, dari Keselamatan yang diberikan kepada kita.

Dengan melakukan Kehendak Bapa, maka jelaslah kita juga menjadi saudara-saudara Yesus, masuk sebagai satu Keluarga Allah. Ingatlah ketika Yesus mengajarkan kepada kita doa Bapa Kami, maka Bapa Yesus juga adalah Bapa kita semua dan Yesus sendiri mengajarkannya. Dalam perjuangan kita sekarang, baiklah kita terus menjaga dan menguatkan panggilan kita sebagai anak Allah dan saudara-saudara seBapa dengan Yesus. Mari kita terus melakukan Kehendak Bapa dalam hal-hal kecil bagi keselamatan kita semua.

Tanda Kehadiran Tuhan

Posted by admin on July 22, 2018
Posted in renungan 

Senin Pekan Biasa XVI, 23 Juli 2018

Bacaan: Mikha 6:1-4, 6-8; Matius 12: 38-42

Tanda Kehadiran Tuhan

“Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu”. Itulah permintaan para pendengar Yesus, yang sebenarnya juga merupakan sebuah tuntutan. Permintaan ini menunjukkan bahwa mereka mau melihat bukti yang dikatakan atau diajarkan oleh Yesus. Meminta bukti ini menandakan bahwa mereka belum sungguh percaya akan yang diajarkan oleh Yesus kepada mereka. Mereka juga belum sungguh mengenal Yesus Kristus sehingga masih meminta bukti dan hal ini sama saja mereka belum menerima kehadiran Yesus. Padahal semua yang Yesus ajarkan dan katakan kepada mereka itu adalah demi kebaikan mereka sendiri.

Yesus mengambil contoh Yunus, seorang nabi dalam Perjanjian Lama, yang diutus oleh Tuhan kepada orang Niniwe supaya bertobat. Begitu mendengar berita Yunus, seluruh rakyat dan juga rajanya segera berubah dari perilaku yang berdosa dan bertobat. Sikap inilah yang mau ditunjukkan Yesus kepada mereka semua, mau mendengarkan dan melaksanakannya tanpa meminta tanda lagi. Yunus sendiri sudah menjadi tanda kehadiran Tuhan , karena dia adalah utusan Tuhan. Oleh sebab itu Yesus juga mau menunjukkan kepada mereka semua bahwa kehadiranNya dan diriNya itu adalah tanda itu sendiri. Yesus sendiri adalah tanda nyata kehadiran Allah di tengah mereka semua dan bagi keselamatan mereka.

Bagi kita menjadi penting untuk selalu menyadari kehadiran Tuhan di dalam kehidupan kita setiap hari. Yesus adalah tanda nyata keselamatan Allah bagi kita semua, sejak Ia hadir di tengah kehidupan manusia. Kita tidak memerlukan tanda dan bukti lagi, karena pengalaman kita akan kehadiran Tuhan Yesus, itulah tanda dan buktinya. Jika kita masih meminta tanda dan bukti, hal itu menunjukkan bahwa kita masih kurang percaya, kurang beriman. Jika demikian, maka keselamatan pun menjadi jauh dari kita. Marilah kita menghidupi panggilan kita dengan setia dan percaya akan kehadiran Tuhan Yesus di dalam hidup kita melalui hal-hal sederhana yang kita alami di kehidupan kita setiap hari yang beragam ini.

Translate »