Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Sine Proprio

Posted by admin on April 20, 2020
Posted in renungan 

Selasa, 21 April 2020

Kisah Para Rasul 4:32-37
Mazmur 93
Yohanes 3:7-15

St. Fransiskus Memberi Mantelnya pada Ksatria Miskin (pelukis: Giotto di Bondone)

Orang banyak mengenal kami para Fransiskan sebagai ordo yang mengutamakan kemiskinan. Kadang saya ditawari berbagai macam makanan atau tumpangan mobil karena mungkin dikira saya tidak cukup makan atau tidak boleh punya mobil. Sebenarnya kalua kita kembali kepada dokumen Regula (Peraturan Hidup) yang ditulis sendiri oleh Fransiskus untuk para saudara dalam ordonya, kata yang digunakan untuk kaul kami bukan “kemiskinan” tetapi sine proprio yang berarti tanpa memiliki sendiri. Segala sesuatu kami miliki dan kami gunakan secara bersama, tanpa harus serakah dan kuatir tidak cukup untuk kebutuhan sendiri.

Para umat Kristen awal yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul hari ini juga mempunyai semangat yang sama. Semua barang menjadi milik bersama dan dibagikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ajaibnya, mereka hidup berkecukupan dan tidak ada yang kekurangan.

Nilai kebersamaan ini sangat berlawanan dengan nilai utama yang dianut dunia kita. Kekayaan, status, dan kemewahan adalah sesuatu yang dipuja-puja. Mereka yang sudah mendapatnya akan berusaha mendapat lebih banyak lagi. Sepertinya tidak pernah ada rasa puas atau cukup. Kalau diminta untuk berbagi dengan yang kekurangan, mereka merasa bahwa semua ini hasil kerja keras mereka sendiri dan sepantasnya dinikmati sendiri. Kalau yang miskin mau kaya, mereka harus usaha sendiri dong.

Walaupun pesan dalam tradisi Kristiani yang kita jumpai di Kisah Para Rasul ini cukup jelas, sayangnya di dunia ini tekanan untuk mengutamakan kekayaan pun bias membuat orang Katolik mengabaikan nilai Kitab Suci. Ketika Paus Fransiskus menyinggung tentang keserakahan material atau pengerusakan lingkungan, dia dituduh sosialis atau komunis. Padahal, nilai Kristiani sesungguhnya melampaui dikotomi kapitalis dan sosialis. Kita percaya akan hak milik setiap orang, tetapi kita juga mengutamakan kemakmuran bersama dan martabat hidup setiap manusia.

Salah satu cara mengatasi godaan ketamakan adalah dengan mengingat bahwa semua yang kita terima adalah berkah dari Tuhan. Kadang sisi cerita ini tidak kita dengan dari kisah-kisah sukses orang yang terkenal. Yang kita selalu dengar adalah bagaimana mereka membanting tulang atau berkorban atau lihai dalam berusaha. Tidak ada orang yang hidup dalam vacuum. Kesuksesan seorang individu adalah hasil dari interaksinya dengan orang-orang lain juga dan juga berkah dari Tuhan. Karena itu, jika kita sudah diberkati dengan banyak berkah, hendaknya kita tidak lupa berbagi dengan saudara-saudara kita yang lain.

Bumi Gonjang-ganjing (versi 2)

Posted by admin on April 19, 2020
Posted in renungan 

Senin, 20 April 2020

Kisah Para Rasul 4:23-31
Mazmur 2
Yohanes 3:1-8

Saya beri tambahan “versi 2” pada judul renungan hari ini karena saya pernah memakai judul yang sama dalam sebuah renungan di tahun 2016. Kata-kata khas dalam pewayangan ini muncul dalam pikiran saya ketika membaca bacaan dari Kisah Para Rasul dan Mazmur hari ini. Diceritakan bahwa ketika para pengikut awal Yesus sedang berdoa bersama, “goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus.” Sebaliknya, dalam Mazmur digambarkan bahwa penguasa-penguasa dunia yang melawan Allah menjadi rusuh ketika berhadapan dengan orang yang diurapiNya (Daud dan Yesus).

Saat ini bumi kita pun digonjang oleh wabah virus corona. Ada banyak yang ketakutan, tetapi ada juga yang merasa bahwa kita harus kembali ke normal secepatnya karena keadaan ekonomi semakin menjepit. Pemerintah sipil dan pimipinan Gereja kadang seperti serba salah, terjebak dalam dua tekanan dari masyarakat. Dalam situasi seperti ini, bagaimana hendaknya kita bersikap?

Dalam Injil Yesus berkata pada Nikodemus bahwa untuk melihat Kerajaan Allah, seseorang harus “dilahirkan” kembali. Kata “lahir” dalam Bahasa Yunani yang digunakan Yohanes mengandung dua arti: lahir kembali dan lahir dari atas (dari roh). Dua arti ini berkaitan dengan makna pembaptisan: dilahirkan kembali dengan kuasa Roh Kudus.

Paus Fransiskus, dalam pesan Urbi et Orbi khusus tanggal 27 Maret yang lalu menggunakan kisah Yesus yang meredakan angin ribut dari atas kapal. Laut boleh bergejolak. Bumi di luar kita boleh gonjang-ganjing. Tetapi jika di dalam jiwa kita diteguhkan dengan kuasa Roh Kudus, niscaya kita akan lebih berani dan percaya diri untuk menghadapi segala hal.

PERCAYA

Posted by admin on April 18, 2020
Posted in renungan 

Markus 16:9-15

Yesus telah bangkit dan hidup. Dia telah beberapa kali menampakan diri kepada para murid-Nya. Pertama-tama Dia menampakan diri kepada Maria Magdalena. Namun ketika Maria Magdalena menyampaikan hal itu kepada murid-murid lain, mereka tidak langsung percaya. Kepada mereka yang ragu Yesus sangat menyayangkan hal tersebut. (Mrk 16:14). Iman atau percaya adalah pintu untuk masuk. Jika seseorang mau mengalami pengharapan dan keselamatan, buah kebangkitan Kristus, ia harus melewati pintu tersebut. “Begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia mengutus Putera-Nya yang tunggal sehingga orang yang percaya tidak binasa, melainkan memperolah hidup yang kekal.” ( Yoh 3:16 ). Iman tersebut membuka rahmat untuk menerima kehidupan kekal. Betapa tidak sebanding bahwa Yesus sudah turun ke dunia, menderita; ditolak, difitnah, disiksa dan dihukum mati demi membela dan menebus dosa manusia, namun akhirnya manusia yang dibela tersebut tidak percaya. Yesus telah “membayar” untuk menebus manusia dari tawanan dan jeratan dosa bukan dengan uang tetapi dengan darah-Nya sendiri. Seperti yang telah dikatakan Yesus; “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”(Mat 26:28). Jika seseorang melihat dengan iman pengorbanan Yesus, ia pasti akan bersembah sujud kepada-Nya dan merasa tidak layak menerima anugerah yang agung tersebut. Persoalanya siapakah yang mau melihat dengan iman? Jika manusia memiliki cukup waktu untuk hening dan merenungkan semua yang telah dilakukan Yesus dan memahami sabda-Nya, ia tidak akan meninggalkan Tuhan. Pertanyaannya, sekalipun Allah memberikan waktu 24 jam sehari, apakah manusia menberikan waktu cukup untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan merenungkan belaskasih-Nya yang tanpa batas? “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” (Mat 11:25). Mereka yang percaya adalah orang yang rendah hati yang membutuhkan belaskasih Allah. Seperti orang kecil yang tidak bisa mengadalkan apa-apa, selain pertolongan dari Tuhan. Mungkin banyak orang yang pandai dan bijak, namun berapa dari mereka yang rendah hati dan percaya Kristus? Saat pandemi virus Covid-19 ini, manusia dikagetkan karena bencana ini datang begitu cepat dan menyebar luas dengan cepat pula. Para ahli kedokteran pun hingga sekarang belum bisa menemukan vaksin atau obatnya. Semua bisa bertanya, apa yang menjadi penyebab wabah ini? Sampai kapan ini bisa berakhir? Semua pertanyaan tersebut sulit dijawab. Hal itu menunjukan bahwa kecerdasaan manusia tetap terbatas. Oleh karena itu, manusia tidak cukup mengadalkan kecedasaan intektual. Manusia perlu menyadari akan keterbatasannya. Inilah Kerendah Hati yang diperlukan agar manusia bisa lebih percaya kepada kekuatan Kristus Tuhan. Sejak awal pencipaatan manusia tidak bisa hidup tanpa Allah. Manusia membutuhkan belas kasih Allah. “Ada tertulis; Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”(Mat 4:4).

BELAJAR UNTUK LEBIH BAIK

Posted by admin on April 16, 2020
Posted in renungan 

Yohanes 21:1-14

Ketika Yesus disalib dan wafat, para murid pertama-tama merasa kehilangan harapan dan merasa ketakutan karena ancaman dari orang-orang Yahudi yang telah menyalibkan Yesus. Oleh karena itu mereka pergi ke tempat yang aman, ada yang pulang ke kampung dan ada yang kembali bekerja seperti sedia kala, seperti saat sebelum Yesus memanggil mereka sebagai rasul. Namun situasinya tidak terlalu lama karena Yesus menyatukan mereka kembali dengan beberapa kali menampakan diri kepada mereka. Yesus telah menampakan diri kepada Maria Magdalena, murid-murid dalam perjalanan ke Emaus dan juga kepada Petrus, Tomas, Natanael dan murid-murid lain saat mereka menjala ikan.(Yoh 21:2). Yesus ingin para murid tidak larut pada kesedihan dan ketakutan, tetapi sebaliknya Yesus ingin mereka menyadari bahwa Yesus telah bangkit dan hidup. Dia membawa kemenangan atas maut yang membawa harapan dan kegembiraan. Kepada para murid Yesus menitipkan Misi untuk memberitakan kabar suka-cita tersebut dan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa bagi semua orang, sebab mereka adalah saksi kebangkitan Kristus. Dia ingin semua orang bangkit dan hidup dalam harapan. Dia berkata; “…Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira, kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita”.(Yoh 16:20). Saat ini dunia sedang berduka karena pandemic virus Covid 19. Banyak perubahan telah terjadi dan perubahan tersebut sangat cepat. Dampak dari wadah ini menyerang ke semua aspek dari hidup manusia sehingga terasa semua seperti “lumpuh”. Disisi lain wabah ini memberikan banyak waktu untuk diri sendiri dan keluarga masing-masing. Dalam situasi seperti ini, Tuhan ingin para murid-murid-Nya melihat masalah bukan sebagai masalah tetapi peluang atau kesempatan memperoleh berkat dan kebaikan. Seperti halnya penderitaan dan wafat Yesus bukan dilihat sebagai aib, kekalahan, kegagalan, keputusasaan, dan kesedihan, namun derita, dan wafat Kristus adalah berkat; kemenangan atas dosa, pengampunan, harapan, kegembiraan dan keselamatan bagi umat manusia. Pasti ada harapan dan hal-hal yang baik yang bisa dipelajari dalam situasi sekarang ini. Yesus adalah Tuhan dan sahabat kita dalam melewati masa sulit ini dan untuk melihat peluang atau kesempatan untuk memurnikan semua, membenahi diri dan menjadi semakin baik. Dia telah terlebih dahulu melewati saat-saat sulit dan penderitaan, maka Dia adalah sahabat yang tahu apa yang sedang kita hadapi. Marilah datang kepada-Nya, karena Dia telah bersabda: “ Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat11:28).

RINDU PERAYAKAN EKARISTI

Posted by admin on April 16, 2020
Posted in renungan 


Lukas 24:35-48

Setelah Yesus bangkit, Dia menampakkan diri kepada pada murid-murid-Nya. Apa yang menjadi tujuan Yesus? Dia ingin menguatkan para murid dan meyakinkan bahwa apa yang sudah ditulis dalam Kitab Suci sudah terpenuhi dalam Diri-Nya. Yesus mengingatkan kembali kepada para murid-Nya.” Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.”(Luk 24:27-28). “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” (Luk 24:44).
Ketika para murid menerima kehadiran Yesus, mereka bersemangat kembali dan harapan yang hancur karena merasa ditinggalkan kini bersemi kembali. (Luk 24:32-33). Bagaimana cara para murid bisa tersadar kembali bahwa Tuhan Yesus Kristus telah bangkit dan hidup seperti yang sudah dikatakan dalam Kitab Suci? Para murid bisa mengenali kembali Yesus dan paham apa yang telah tertulis dalam KS pada saat Yesus memecah-mecahkan roti/makanan dan membagikannya kepada mereka. Dengan demikian Yesus mengingatkan kembali bahwa dalam perjamuan kudus/Ekaristi, Yesus hadir secara langsung.
Karena Ekaristi tanda kehadiran Kristus maka di dalamnya semua orang beriman menerima kekuatan dari sumber hidupnya, maka Gereja dalam dokumen Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi tentang Liturgi Suci / Sacrosanctum Concilium (SC) dalam artikel 10, dinyatakan bahwa Liturgi (Ekaristi) merupakan puncak dan sumber kehidupan Gereja. Mengapa? Karena di dalam Ekaristi terlaksanalah karya penebusan kita (Bdk. SC.2). Apa artinya semua itu? Secara sederhana mau dikatakan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh hadir dalam Ekaristi.
Kehadiran-Nya dalam Ekaristi juga menurunkan kembali pengampunan dosa bagi mereka yang percaya (orang yang bertobat),dan menumbuhkan damai dan sejahtera. ( Luk 24: 36.47). Kini saat pandemik Corona kesempatan merayakan Ekaristi secara langsung tidak terjadi. Banyak umat yang merasakan kerinduan untuk hadir kembali dalam Ekaristi. Kerinduan tersebut menjadi tanda bahwa kita membutuhkan belas kasih Allah yang penuh damai. Kesempatan sekarang adalah saat untuk menyadarkan kembali akan besarnya kasih Tuhan yang hanya bisa kita rasakan dalam Perayaan Kudus Ekaristi. Semoga badai virus Corona ini segera berlalu sehingga kita bisa merayakan Penebusan Kristus (Ekaristi) bagi kita orang berdosa ini.

Translate »