Minggu Pertama Adven (A)
27 November 2022
Matius 24:37-44
Masa Adven menandai awal tahun liturgi Gereja. Kali ini, kita memasuki tahun Matius (tahun A) karena sebagian besar hari Minggu tahun ini, kita akan mendengarkan dan merenungkan bersama teks-teks dari Injil Matius. Sekarang, karena kita akan berziarah bersama dengan Matius, marilah kita mengenal sang penginjil ini dan Injilnya.
Asal-usul, komposisi dan kepengarangan Injil ini telah menjadi bahan diskusi dan perdebatan yang tak ada habisnya di antara para ahli kitab suci modern. Namun, tradisi panjang Gereja Katolik dengan tegas menyatakan bahwa rasul Matius adalah penulisnya, dan banyak saksi kuno, seperti Santo Irenaeus (sekitar tahun 130-200), Santo Klemens dari Aleksandria (sekitar tahun 150-215) dan Uskup Eusebius dari Kaisarea (sekitar tahun 260 – 340) bersaksi bahwa Matius memang penulisnya.
Karakteristik yang menarik dari Injil Matius adalah karakter Yahudinya. Dipercaya bahwa pembaca asli dari Injil Matius adalah orang-orang Kristen Yahudi mula-mula. Matius banyak mengutip dari Perjanjian Lama (sekitar 60 kutipan). Ia menempatkannya dari awal sampai akhir, dari ‘… mereka akan menyebut-Nya Imanuel’ (Mat 1:23, bdk. Yes 8:10), sampai ‘Eli, Eli lema sebachtani (Mat 27:46, bdk. Mzm 22:1)’. Tidak hanya dari Perjanjian Lama, Matius juga menggunakan tradisi Yahudi pada masa Yesus, seperti tradisi tentang ‘kursi Musa’ (Mat 23:2). Jelas, Matius ingin mengajarkan bahwa Yesus adalah penggenapan janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama. Seorang filsuf dan teolog Katolik, Peter Kreeft, merangkum Injil Matius sebagai ‘Injil dari seorang Yahudi, untuk orang Yahudi tentang Mesias Yahudi’.
Namun, meskipun sangat Yahudi, Matius tetap teguh bahwa Yesus bukan hanya Juruselamat orang Yahudi saja, tetapi untuk semua orang. Hanya dalam Matius, kita memiliki kisah tentang orang-orang Majus, yang menjadi perwakilan bangsa-bangsa, yang datang dan menyembah bayi Yesus (Mat 2). Dalam Matius juga, Yesus memerintahkan para murid, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19).” Dari Israel, untuk dunia.
Karakter lain dari Injil Matius adalah bahwa Injil Matius adalah Injil Gereja. Tentu saja, ketiga Injil lainnya juga untuk Gereja, namun hanya dalam Matius, kata ‘Gereja’ (ἐκκλησία) keluar dari mulut Yesus. Pertama, ketika Yesus akan mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus (Mat 16:13-20) dan kedua, ketika Yesus mengajarkan koreksi persaudaraan di antara para anggota Gereja (Mat 18:17). Injil menjadi piagam dasar Gereja kita, Gereja yang didirikan Yesus. Tidak heran mengapa Injil Matius menjadi favorit banyak orang kudus.
Kembali ke kisah hidup Matius, kita tahu bahwa ia adalah seorang mantan pemungut cukai (Mat 9:9-13). Yesus memanggilnya dan ia bangkit, meninggalkan segala sesuatu, dan mengikuti Yesus. Namun, ia tidak benar-benar meninggalkan segalanya. Ia membawa serta kapasitas intelektual dan keahliannya sebagai pemungut cukai dan menggunakannya untuk menulis Injil dan membawa orang lebih dekat kepada Yesus.
Masa Adven mempersiapkan kita untuk kedatangan Yesus, dan undangan adalah apa yang akan kita persembahkan kepada Yesus ketika Dia datang. Jika Matius memberikan hidupnya dan keahliannya dalam menulis kepada Yesus, apa yang akan kita persembahkan kepada Yesus di Masa Adven ini?
Dalam masa Adven ini juga, saya mengundang Anda untuk membaca seluruh Injil Matius. Mari kita habiskan satu pasal untuk setiap hari di Masa ini, sebagai bagian dari latihan rohani kita.
Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP