Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

MILIK KRISTUS

Posted by admin on December 14, 2022
Posted in renungan 

Rabu, 14 Desember 2022



Lukas 7:19-23

Yesus menyatakan bahwa mereka yang menerima-Nya sebagai Tuhan dan Mesias/Juru Selamat adalah sebagai orang yang berbahagia. “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” (Luk 7:23). Mengapa mereka disebut sebagai orang bahagia? Karena mereka telah dipanggil dan dipilih untuk manjadi bagian dari keluarga Kerajaan Allah, dan menerima keselamatan. Karena pilihan Allah tersebut, maka mereka dipercaya untuk mewartakan belas kasih Allah kepada sesama. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”(Yoh 15:16).

Dengan demikian, mereka yang menerima dan percaya kepada Kristus menjadi anak-anak Allah, yang dianugarahi tanggung jawab besar untuk menghadirkan Kerajaan Allah/Kerajaan Damai bagi dunia. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”(Yoh 1:12).  Anugerah tersebut bukan karena usaha manusia tetapi karena kemurahan hati Allah. Oleh karena itu, mereka tidak bisa bermegah diri. Justru harus rendah hati, agar manusia semakin kecil dan Allah semakin tinggi dan dimuliakan.  Mereka diangkat dari dunia dan menjadi manusia baru, Oleh karena itu, mereka bukan milik dunia, tetapi menjadi milik Allah. “Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.”(1 Kor 3:23).

Didik, CM 

KEHENDAK ALLAH

Posted by admin on December 12, 2022
Posted in renungan 

Selasa, 13 Desember 2022



Matius 21:28-32

Yesus menyampaikan pesan kepada orang banyak bahwa lebih baik sedikit berbicara namun banyak berbuat. Artinya bahwa setiap orang yang menjadi murid-Nya hendaknya mengutamakan kesaksian hidup sebagai pengikut Kristus, yang nyata untuk mewartakan kabaikan Allah kepada sesamanya, dari pada hanya berkomentar. Orang-orang Farisi banyak berbicara tentang Kitab Suci, namun mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus, sedangkan orang-orang yang dipandang hina (pemungut cukai, pezinah, dll) yang diawali dengan pertobatan pada akhirnya percaya kepada Tuhan Yesus. Oleh karena itu mereka yang percaya sekalipun masuknya terakhir, namun mereka yang lebih dahulu diselamatkan. “Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaaan Allah.”(Mat 21:31).

Dengan demikian, dihadapan Allah setiap diberi kesempatan yang sama untuk bisa memilih dan memutuskan sebagai pengikut/murid Yesus Kristus, namun kembali kepada jawaban masing-masing orang apakah mau atau tidak, dan setelah menyatakan kesanggupan, apakah dengan sungguh tulus hati mereka bersedia melaksanakan kehendak Allah  dan bukan melakukan keinginan mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka yang siap mengikuti Yesus bukan orang-orang yang sudah merasa dirinya Lebih baik, namun sebaliknya mereka yang menyadari akan kelemahan dan kerapuhannya lalu mau berubah/bertobat dan kemudian dengan tulus hati, tanpa pamprih mereka melayani Tuhan dalam hidup mereka.  “Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”(Mat 21:32).

Dengan demikian, Allah mengendaki agar semua orang percaya kepada Yesus Kristus, Putera-Nya dan setia mengikuti-Nya dengan tulus. Disanalah mereka yang percaya akan hidup di dalam Kerajaan Allah dan memperoleh hidup yang kekal. “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”(Yoh 6:40).

Didik, CM 

TANTANGAN ORANG BERIMAN

Posted by admin on December 12, 2022
Posted in renungan 

Senin, 12 Desember 2022



Matius 21:23-27

Pada suatu saat tokoh-tokoh orang Yahudi mempertanyakan akan kehadiran Yesus dan kuasa yang di miliki-Nya. Mereka berbuat demikian karena mereka tidak percaya kepada Yesus sebagai Mesias / Juru Selamat manusia, yang telah dituliskan di dalam Kitab Suci dan telah disampaikan serta diwartakan oleh para nabi. “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Dengan demikian, ketika seseorang mau percaya kepada Kristus, tidak cukup dengan mengandalkan pengetahuan dan penafsiran dari pemikiran mereka sendiri.  Dari sudut pengetahuan dan pemahaman Kitab Suci mereka (imam-imam dan tua-tua bangsa Yahudi), mereka adalah orang-orang terhormat dan berpendidikan tinggi, sehingga mereka tahu isi dari Kitab Suci,  namun mereka tetap memiliki keraguan dan bahkan tidak percaya kepada Yesus yang telah diramalkan oleh para Nabi dan ditulis dalam Kitab Suci.

Oleh karena itu, pengenalan dan kepercayaan kepada Yesus Kristus bisa terjadi jika manusia mau bersikap rendah hati agar Allah bisa bekerja di dalam diri manusia untuk membuka hati dan pikiran manusia pada kebenaran sejati lewat kehadiran Yesus Kristus. Tantangan yang telah muncul adalah menghadapi segala sesuatu yang anti Kristus( pemikiran, paradigma, alat-alat/barang-barang duniawi, kebiasaan, dan tokoh-tokoh yang menyombong diri) yang meragukan dan mempertanyakan akan keberadaan Tuhan Yesus yang telah datang dari Allah Bapa, dan yang sudah menebus dosa-dosa umat manusia. “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.”(1 Yoh 4:2-3).

Dengan demikian manusia jaman ini berapa di dalam dunia yang sedang dibanjiri oleh banyak pemikiran, informasi, gaya hidup, yang lebih mendewakan pada alat-alat / kekuatan-kekuatan tehnology digital dan jaringan internet tinggi. Di satu sisi hal-hal itu memudahkan urusan manusia, namun disisi lain jika tidak bijak kekuatannya juga bisa menjauhkan relasi manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesamanya.

Didik, CM 

Virtue of Patience and Advent

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on December 10, 2022
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

3rd Sunday of Advent [C]
December 11, 2022
James 5:7-10

St. James advised us in this Advent Season, “Be patient, brothers and sisters,
until the coming of the Lord (Jam 5:7, second reading).” Why do we need to be patient, especially in this season? If we go back to the time of St. James, we will understand better this advice. During the early Church, there was a strong sense of Jesus’ second coming, and the same time, the Church was facing persecutions from different fronts, from the pagans and the Jews as well as internal conflicts. Thus, the Church’s members were truly eager to welcome the Savior’s second coming. Yet, He did not came as early as expected, and thus, some Christians became impatient and were complaining. Even some began to lose its faith. Here, St. James give his word: patient.

The word used by St. James is ‘μακροθυμέω’ (makrothumeo). Interestingly, it is not adjective, but a verb. Patience is not simply passively waiting and receiving, but this virtue is proactive and dynamic. Often, we think that patience means that we cannot do anything, but endure our hardships. But, it is not always the case. While bearing our trials, patience empowers and transforms us into better persons, and even leads us to holiness.

St. James used the prophets of the Old Testament as his models. Many prophets prophesized the coming of Messiah, Jesus Christ, but they knew that this would not happen in their lives’ times. Even, many prophets were persecuted, even martyred. According to the traditions, Isaiah was sawed into two by evil king Manasseh, and while Jeremiah was murdered in Egypt. Yet, did they stop prophesying? No, they actively engaged in their missions until the end.

We are living two thousand years after the early Church and St. James, and our world has changed and been significantly different. However, the virtue of patience remains relevant and arguably, needed more than ever. We are living in the world filled with instant mechanisms, digitalization and automation. Surely, these are something good as to facilitate our lives. Yet, it also poses a danger to our mentality. As we are used to instant processes, we easily become impatient especially when we did not get the result we desire. We get disappointed, we get upset, and we complain. When our lives are full of complains, we become bitter and unhappy. Sometimes, prolonged bitterness will lead to mental problems.

Before I went to Rome for my study, I was serving the parish in Surabaya. Some young people came to me and began to share their problems. Surely, there were serious problems that required professional assistance, like medical doctor, psychiatrist or lawyer. However, in most of the cases, they were unhappy with their lives because they were impatience. I would invite them to see a bigger perspective in their lives, and count the blessings in their lives. Then, suddenly, they would realize their lives are full of blessings, and their problems were actually exaggerated. In one hand, we just do not have the endurance to bear the sufferings, and the on the other hand, we do not have the patience to articulate the blessings, to discover how God works in our lives.

To appreciate lives, we need patience. We have to spend time and energy with God in prayer, to read and reflect the Word of God, and to perform small yet consistent good works. We may not see the second coming of Jesus in this Advent, but with the virtue of patience, we will be able to see the coming of Jesus in our hearts every day.

Rome
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

SERUAN PERTOBATAN

Posted by admin on December 10, 2022
Posted in renungan 

Sabtu, 10 Desember 2022



Matius 17: 10-13

Allah mengutus Yohanes Pembaptis datang terlebih dahulu sebelum kelahiran Yesus, untuk mempersiapkan semua manusia menyambut Sang Mesias (Juru Selamat Dunia). “Jawab Yesus: “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.”  Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.”(Mat 17:12-13). 

Bagaimana Yohanes mengajak umat manusia untuk mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Sang Juruselamat Dunia? Pertama-tama Yohanes menjukkan kesaksian imannya kepada Sang Emanuel dengan sikap dan tindakkannya. Ia menjalani hidupnya dengan penuh percaya kepada Allah, hidup rendah hati dan sederhana. “Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.”( Mat 3:4). Disamping itu Yohanes berani berdiri dan bertindak diatas kebenaran, hingga akhirnya siap membela kebenaran hingga mengorbankan nyawanya ditangan raja Herodes yang kejam. “Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.”(Mat 14: 10-11).

Selain Yohanes bersaksi tentang kedatangan Mesias (Kerajaan Allah) dengan kesaksian hidupnya yang penuh iman pada penyelenggaran Allah, ia juga mengajak semua orang dan menyerukan pentingnya pertobatan. Pertobatan yang sesungguhnya adalah percaya kepada Kristus dan hidup dengan cara hidup-Nya. Oleh karena itu pertobatan menyangkut perubahan dari dalam hati dan cara berpikir, cara merasa, serta cara bertindak yang sejalan dengan hidup Kristus sendiri. “Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 3:1).

Didik, CM 

Translate »