Selasa Oktaf Natal, 29 Desember 2020

Bacaan: 1 Yoh. 2:3-11; Luk. 2:22-35

Sebagai seoarng anak yang lahir dalam tradisi Yahudi, maka Yesus sebagai anak sulung lelaki harus dipersembahkan ke dalam Bait Allah, itulah yang dilakukan oleh Yosep dan Maria. Sebagai keluarga sederhana, maka mereka pun membawa persembahan sesuai dengan kemampuan mereka bagi pentahiran Kanak-Kanak Yesus. Semakin tampaklah ketaatan Maria dan Yosep dalam menjalankan hidup keagamaan mereka, itulah yang menjadi kekuatan dan kesetiaan mereka terhadap Tuhan. Kecintaan mereka terhadap Bayi Yesus juga menjadi nyata dengan sungguh merawatnya secara jasmani dan rohani.

Simeon yang pada saat itu juga berada di dalam Kenisah, sungguh kagum ketika melihat Maria dan Yosep datang dan membawa Yesus. Matanya tertuju kepada Yesus dan Roh Kudus menggerakkan hatinya sehingga kerinduannya selama ini menjadi kenyataan, yang telah lama dinantikannya. Simeon sangat rindu untuk menyambut Sang Penyelamat dan hanya itu saja kerinduannya, tidak ada yang lain. Dengan setia Simeon menanti dan penantiannya itu sekarang terwujud. Ia tidak hanya dapat melihat Sang Mesias, bahkan ia sendiri menatang, menimang Sang Bayi mungil, Simeon menyentuh sendiri Sang Penyelamat. Begitu bersukacitanya Simeon dan baginya segala sesuatu sudah selesai, kerinduan telah menjadi kenyataan, maka ia pun berkata bahwa ia siap untuk berpulang, karena ia telah melihat keselamatan itu. Ia memuji dan mengagungkan Tuhan, ia mengalami sukacita yang luar biasa.

Kisah hari ini menyadarkan kita semua, bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya Sumber dan Tujuan hidup kita. Kesetiaan dengan perjuangan telah ditunjukkan dalam kehidupan Bunda Maria dan Bapa Yosep serta Simeon selama hidup mereka. Semuanya itu menunjukkan kekuatan iman mereka kepada Tuhan, Sang Penyelamat. Bagi kitapun di jaman ini, sikap kepercayaan, kesetiaan dan perjuangan untuk selalu setia kepada Tuhan yang mencintai kita, haruslah selalu menjadi sikap hidup kita. Arahkanlah selalu pandangan kita kepada Tuhan Yesus Kristus agar kita sungguh mengalami kehadiranNya yang meneguhkan. Semoga akhirnya kitapun dapat melambungkan pujian kepada Tuhan sebagai ucapan syukur karena mengalami kehadiranNya dan kita pun siap untuk meninggalkan dunia ini, tempat tinggal kita yang semetara.