Rabu Oktaf Natal, 30 Desember 2020
Bacaan: 1 Yoh. 2:12-17; Luk. 2:36-40
Hidup sebagai seorang janda dan lanjut usia bukanlah keadaan yang mudah, apalagi dalam kesendirian. Tidak jarang kita mendengarkan di dalam kehidupan setiap hari, keadaan seperti ini ingin dihindari dan seolah menjadi beban dalam hidup. Terkadang orang mengeluh dan bahkan sulit menerima realita seperti ini. Namun demikian tidak demikian yang kita lihat dalam pribadi Hana, yang dikisahkan dalam Injil pada hari ini. Usia Hana sudah 80 tahun dan ia sudah menjanda lama, karena ia hanya hidup selama 7 tahun bersama suaminya. Lebih banyak dalam kehidupannya dijalani sendiri, sebagai seorang janda hingga usianya yang lanjut.
Selama bertahun-tahun Hana hidup sendiri namun ia tidak pernah merasa sendirian, itulah yang membuat dirinya berbeda dan bisa bertahan sampai usia yang tua. Hana mengisi hidupnya dengan berada dekat Tuhan bahkan tinggal di Rumah Tuhan, maka ia tidak pernah merasakan sendirian. Itulah kekuatan hidupnya yang membuat ia selalu bersyukur atas kehidupan yang Tuhan berikan kepadanya. Walaupun hidup sebagai janda dalam waktu yang lama, Hana menerimanya dengan penuh syukur, karena baginya hidup selalu terarah kepada Tuhan, apapun realita yang dialami. Usinya yang lanjut pun tidak membuat dia merasa lemah dan malas dalam berdoa dan bersyukur kepada Tuhan, karena ia selalu ingin memberikan yang terbaik kepada Tuhan, yakni dirinya sendiri.
Kedatangan Bayi Yesus di dalam Kenisah, yang dibawa oleh Maria dan Yosep, membuat hatinya begitu bahagia. Hana dapat melihat dan mengalami sendiri kehadiran Tuhan, yang selama ini menjadi kekuatannya, yang selalu ada bersama dia. Hati yang selalu terarah kepada Tuhan akan membawa sukacita dan ucapan syukur yang terus-menerus apapun situasi hidup kita. Hana telah mengingatkan kita semua akan betapa perlunya untuk selalu mengarahkan hati kepada Tuhan dan berada dekat dengan Tuhan. Walaupun kita mempunyai berbagai aktivitas dan pekerjaan, berbagai acara dan keluarga, namun kedekatan dengan Tuhan haruslah menjadi sumber kehidupan kita. Jika itu yang terjadi, maka kita akan selalu bersyukur kepada Tuhan untuk kehidupan kita setiap hati. Bersyukur bukan hanya Ketika mengalami yang menyenangkan dan baik, namun juga dalam situasi sedih dan kurang baik. Kita sekarang sedang hidup di tengah pandemi Covid-19 dan berbagai pandemi lainnya, namun kita tetap punya kekuatan, yakni kedekatan dengan Tuhan dan tidak menghalangi kita untuk terus bersyukur. Apakah berada dekat dengan Tuhan dalam doa dan hidup rohani serta selalu bersyukur sudah menjadi ritme kehidupan kita selama ini? jika belum, maka marilah kita mulai melakukannya.