Markus 8:14-21
Yesus terns mengajak para murid-Nya untuk menghayati iman mereka. Iman bukan berhenti pada pengetahuan dan pemahaman, namun harus sampai pada perubahan sikap hidup mereka. Tidak hanya cukup tahu, namun lebih dari itu, yaitu berani untuk mengosongkan diri dan percaya secara penuh pada penyelengaraan Ilahi. “Mengapa kamu memperbicangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu?” (Mrk 8: 17). Yesus heran mengapa para murid-Nya lamban untuk mengerti, apalagi untuk percaya kepada-Nya. Dengan demikian, jika seseorang mau sungguh-sungguh percaya dibutuhkan keberanian untuk menyerahkan semua pada kehendak dan keputusan Allah. Dalam iman, seseorang tidak ada lagi pertanyaan dan tidak ada kebimbangan, karena percaya semua akan terjadi yang terbaik seturut dengan kehendak-Nya. “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi miliki pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju.”(Ibrani 11:8).
Apakah yang membuat seseorang sulit percaya kepada Tuhan Yesus? Kesulitan bukan berasal dari luar diri manusia dan juga bukan karena sedikit atau banyaknya tanda dan bukti kebaikan Tuhan yang ia terima. Akan tetapi akar ketidakpercayaan ada di dalam pikiran seseorang. Tidak percaya berarti, seseorang lebih percaya pada pemikirannya sendiri dari pada apa yang dipikirkan dan yang dikehendaki oleh Allah. Ketika Abraham memutuskan berangkat ke tanah terjanji seperti yang diperintahakan Allah kepadanya, ia berhenti dari pencarian jawaban dengan pemikirannya sediri, lalu ia lepaskan itu dan berjalan dengan berpegang pada janji Allah. “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abraham berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.”(Kej 12:4).
Untuk bisa percaya maka seseorang perlu melepaskan dirinya dari gengaman pikiran yang ia ciptakan sendiri, agar hembusan Roh Kudus yang sejuk dan penuh kuasa bisa masuk di dalam hati dan pikirannya. Dengan cara demikan seseorang akan mengenakan Roh Kristus dalam di dalam hati, budi dan tindakanya. Hati dan budi akan menjadi teduh dan damai ketika Roh Kudus hadir dalam diri seseorang, sehingga dengan mantap ia bisa melangkah di jalan Tuhan. Ketika seseorang bersatu dengan Roh Kristus, maka segala yang dilakukan akan menghadirkan kebaikan, kebenaran dan keselamatan. Sebagai pengikut Kristus, maka apa yang menjadi kerinduan dan keinginannya adalah kerinduan dan keinginan Kristus sendiri. “Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.”(Roma 13:14).