KAMIS PUTIH, 01 APRIL 2021

Luk 4:16-21

            Kamis Putih adalah perayaan untuk mengenang kembali ketika Yesus melembagakan, mewariskan sakramen ekaristi dan imamat. Sakramen ekaristi, saat Yesus sendiri mengorbankan DiriNya untuk keselamatan umat manusia. Peristiwa ekaristi juga ditandai oleh sikap mau berkorban dan melayani. Yesus memberikan teladan bagi kita sebagai seorang pemimpin yang melayani. Dari Santo Vincentius, kita belajar bagaimana memperlakukan orang miskin seperti tuan dan guru. Kita mau melayani orang lain dengan kerendahan hati dan totalitas.

            Kamis putih adalah perayaan suci yang memperingati lahirnya Ekaristi Kudus. Dalam peristiwa perjamuan itu, Yesus memberikan pengajaran dengan tindakan simbolis, yakni mencuci kaki para rasul. Tindakan itu tentu saja kontroversial. Sebab mencuci kaki adalah pekerjaan seorang hamb, sangat tidak pantas dilakukan oleh Sang Guru Agung Yesus. Maka sangat bisa dimengerti jika Petrus awalnya memprotes tindakan Yesus itu. Satu nilai yang hendak diajarkan Yesus adalah: tindakan pelayanan itu harus dilakukan dengan total dan penuh kerendahan hati, tanpa perlu memandang status. Yesus yang adalah Guru dan Tuhan, dan memang Ia adalah Guru dan Tuhan, mau mencuci kaki para rasul. Maka hendaknya semua pengikut-Nya saling melayani mencontohi tindakan Sang Guru dan Tuhan.

            Tidak semua kita bisa menerima dan memahami ajaran Yesus itu. Tak jarang kita masih terkena virus arogansi kekuasaan, jabatan dan status diri, sehingga kita menuntut orang lain harus menghormati kita. Orang-orang yang kita pandang rendahan harus hormat pada diri kita. Bawahan dan karyawan harus hormat pada pimpinan. Peristiwa Kamis Putih menjungkirbalikkan pola pikir semacam itu. Yesus justru menampilkan diri sebagai seorang hamba yang rendah hati, mencuci kaki para rasul yang adalah murid-murid-Nya. Beranikah kita mengubah pola pikir kita yang ingin dihormati dan dihargai? Sudahkah kita mengikuti ajakan Yesus yang rendah hati mau melayani?

“Tuhan Yesus, cintaMu mendorong kami untuk mengasihi dan mengampuni orang lain. Buatlah kami mampu menghayati misteri wafat dan kebangkitanMu dalam tindakan saling mengasihi dan berbelas kasih”