JUMAT AGUNG, 02 APRIL 2021

Yoh 18:1-19:42

            Setiap kali perayaan Jumat Agung, kita akan mendengarkan kisah sengsara menurut Injil Yohanes. Penuturan kisah sengsara Tuhan itu bukan bertujuan menampilkan kengerian dan kekejian yang dialami Yesus, melainkan hendak mengajak umat untuk melihat kekuatan cinta Allah yang begitu besar. Kekuatan cinta itu dibuktikan dengan penderitaan yang dialami PuteraNya. Salib bukan lagi menjadi lambang hukuman dan penghinaan, tetapi menjadi lambang cinta yang total dan tanpa syarat. Ungkapan Yesus: “Sudah selesai” menjadi ungkapan kemenangan atas maut, kemenangan atas belenggu dosa dan kemenangan atas kebencian. Apa yang dapat kita renungkan dalam perayaan Jumat Agung ini?           Pertama, salib adalah lambang kehidupan. “apabila Aku ditingikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu”. Ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. (Yoh 12:32-33). Hal yang sama juga dikatakan Yesus ketika bercakap-cakap dengan Nikodemus. Juga dalam Yoh 3:14-15, “dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal. Salib itulah yang membuat kita hidup dan diberi kekuatan.

            Kedua, salib adalah lambang cinta. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan Anaknya yang tunggal (Yoh 3:16). Mencintai senantiasa melalui suatu pengorbanan. Ketika seseorang mencintai, ia tidak lagi melihat dan memperhitungkan mengapa “mencintai”. Yesus mencintai manusia, Ia tidak melihat dan memperhitungkan situasi dan kondisi manusia. Berkorban menjadi wujud suatu cinta. Tidak lagi memperhitungkan dan mempertimbangkan pamrih. Allah tetap mencintai kita, kendati kita adalah orang berdosa.

            Ketiga, salib lambang kemuliaan. Salib menjadi lambang kemuliaan karena kematian telah dikalahkan. Salib telah membawa kehidupan. Salib menjadi berarti karena adanya kebangkitan. Kebangkitan akan kita alami apabila kita juga setia dan menghadapi penderitaan dan tidak takut menghadapi kematian. Oleh karena itu suatu penderitaan akan berarti apabila penderitaan itu mengubah hidup kita lebih baik lagi.

“Tuhan Yesus, dengan kematian pada salib, Engkau menang atas maut dan membebaskan kami dari dosa. Semoga kami hidup dalam sukacita karena karya penebusanMu”