Jumat, 14 Mei 2021

Kis.1:15 – 17, 20 – 26

MENJADI REKAN KARYA TUHAN UNTUK KEHIDUPAN…

Misi utama Yesus adalah melakukan kehendak BapaNya. Kehendak Bapa ialah agar semua yang diserahkan pada Yesus, tidak ada jiwa yang hilang (Yoh.6:39). Semua selamat. Yesus akan melakukan apapun demi terlaksananya kehendak Bapa. Cara dan senjata yang dipakai Yesus ialah KASIH.

Untuk melaksanakan misi agung ini, Tuhan memanggil dan mengumpulkan sejumlah murid. Mereka ini menjadi sahabat Tuhan yang sejak awal tinggal bersama Dia. Mereka ini menjadi saksi yang mengenal dan mengalami siapa Yesus. Tidak semua rasul pilihan Yesus ini setia sampai akhir. Kita tahu apa yang dilakukan Yudas Iskariot. Setelah Yesus naik ke sorga, para sahabat Yesus ini harus memilih pengganti Yudas. Syarat untuk bisa menjadi anggota 12, nyaris sama dengan yang dimiliki mereka yaitu menjadi saksi langsung siapa Yesus. Terpilihlah Matias yang kita pestakan hari ini.

Tgl 13-14 Mei ini rekan-rekan Muslim di dunia merayakan kemenangan. Selama bulan Ramadhan mereka melakukan puasa untuk mengalahkan  kuasa nafsu, selera, kedagingan, kekerasan, kemunafikan … Mereka melakukannya dengan militan. Namun tak sedikit pula yang melakukannya secara semu karena terlalu lahiriah dan legalistis. Sudah lama mereka ini menjadikan agama sebagai solusi apapun, meski terasa naif dan mengada-ada. Mereka memang lagi mabuk agama, kata banyak orang; sehingga dalam banyak hal agama menjadi bagian dari masalah dan bukan solusi.

Cukup banyak dari mereka yang agak malu-malu mulai mengutip gagasan Injil mengenai pentingnya kasih, pengampunan, anti kekerasan, penyangkalan diri, keheningan … dst. Minus salib tentu saja, karena bagi mereka tidak mungkin Allah membiarkan umatnya menderita; karena penderitaan dimaknai sebagai cobaan dan hukuman dari Atas.

Injil hari ini menampilkan wasiat akhir Yesus bagi semua muridNya: Kasih. Di mata Yesus dan para muridNya, kasih berarti salib.  Salib adalah kasih tanpa batas dan tanpa syarat. Kasih yang tanpa dimensi salib mungkin baik, tapi bukan Injili. Kasih selalu terbuka pada luka. Mother Teresa mengatakan bahwa kita mesti mengasihi sampai kita merasa terluka karenanya. Kalaupun bukan dari luar, salib itu bisa berupa penaklukan diri demi penghayatan nilai Injil. Maka mudah dimegerti mengapa Yesus menyodorkan salib sebagai kriteria kemuridan dan rekan kerjaNya (Mat.16:24). Di jaman sekarang yang antara lain diwarnai oleh proses pendangkalan hidup dan solidaritas, komitmen sebagai rekan karya Yesus memang agak kurang populer; baik di kalangan millenial maupun umum.

Sekali lagi, pandemi covid-19 memberikan seleksi alami umat manusia. Di sana terlihat siapa yang sungguh memiliki solidaritas, hati bagi sesama, kasih…dst. Dan siapa yang hanya sibuk dengan diri dan kelompok atau keluarganya. Di masa krisis kita mengenali kualitas pribadi. Saya sering terkagum-kagum bahwa mereka yang menunjukkan kasih yang sejati banyak yang datang dari orang yang bukan Kristiani. Tentu saja banyak juga dari murid-murid Yesus.

Kualitas pribadi manusia akan menjadi tanah subur tumbuhnya benih kasih dan pelayanan.

Mereka ini mengungkapkan pelayanan, perhatian pada sesama, gerakan peduli …dll. secara lintas iman, lintas Gereja, lintas kategorial, lintas profesional dan lintas batas. Kebaikan mereka yang terpancar dari dalam hatinya, tidak pernah padam dan pudar oleh tiadanya apresiasi, karena penolakan dan berbagai  tantangan lainnya.