Sabtu, 15 Mei 2021
“Segala yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikannya kepadamu dalam namaKu… Mintalah maka kamu akan menerima supaya penuhlah sukacitamu” (Yoh.16:23). Itulah salah satu wasiat Yesus sebelum berpisah dengan para muridNya.
Yesus tidak rela hidup kita, para muridNya, tidak tumbuh sebagai anak-anak Terang. Dan pertumbuhan seperti ini bukan prestasi manusia tetapi rahmat yang diberikan Bapa dalam Yesus. Santa Catarina dari Sienna pernah mengatakan “jadilah manusia sebagaimana Allah menghendaki, maka anda akan mengubah dunia”. Bapa menghendaki agar masing-masing pribadi tumbuh sebagai citraNya. Itulah keselamatan. Dalam kaitan itulah Yesus berpesan pada para muridNya untuk meminta rahmat yang diperlukan agar kita tumbuh semakin dewasa sebagai anak-anak Bapa dan sebagai murid Yesus.
Jujur saja, banyak doa kita sering berubah menjadi litani permintaan. Pada saat yang sama, kita mengalami bahwa banyak permintaan itu tidak terjadi. Tak kita pungkiri juga bahwa banyak permintaan itu kita lakukan atas nama kita sendiri dan bukan dalam nama Yesus. Anehnya, kita tak patah hati meski doa kita tak dikabulkan; bahkan “syukurlah” tak dikabulkan, karena kalau terjadi, kita justru menjauh dari Bapa. Karena yang kita minta adalah yang kita senangi, sesuai selera dan menjadi kelekatanku. Atau bisa terjadi bahwa yang kita mohon pada Bapa itu terlalu kecil dan remeh temeh, padahal Allah ingin menganugerahkan Roh Kudus untuk kita.
Yang lebih mencemaskan ialah semakin banyak orang, mungkin termasuk kita, yang mengalami kesulitan untuk berdoa, atau bahkan tidak merasa perlu berdoa. Kita merasa alergi dan tidak kerasan dalam keheningan dan sendiri. Kita terbiasa sibuk dan akan resah dan gelisah kalau harus hening mengenali bisikan batin dan kerisauan jiwa. Tak heran kalau doa-doa kita tak lebih dari rangkaian kata dan formula kesalehan; tapi tak terjadi perjumpaan dengan Tuhan dalam Roh Kudus.
Kita mesti mengenali diri secara jujur dan utuh, untuk bisa melihat apa yang perlu kita mintakan dari Bapa. Apa yang kuperlukan untuk bisa menjadi pribadi yang murah hati, pengasih, setia pada kebenaran, bertekun dalam kejujuran dst. Tuhan pasti memahami bahwa kita membutuhkan uang, pekerjaan, tempat tinggal, sukses, apresiasi dan seterusnya. Tetapi kalau itu yang kita cari, kita bisa kehilangan segalanya. “Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, yang lain-lain itu akan ditambahkan padamu” (Mat.6:33).
Meski kita sering salah mengerti kerinduan jiwa dan salah minta pada Tuhan, kita mengalami juga bahwa kita selalu datang padaNya untuk berdoa. Kadangkala kita hanya duduk diam dan hening karena tidak tahu apa yang harus kita mohonkan. Yang kita rasakan ialah bahwa kita ingin dekat padaNya. Ada kerinduan rohani dan dambaan jiwa yang tak terkatakan, tetapi kita merasakannya. Ada kehausan rohani yang muncul justru karena dalam hidup harian kita mengalami kekeringan rohani, kegelisahan jiwa dan kehilangan makna hidup. Kerinduan rohani inilah yang harus kita pelihara di tengah dinamika hidup masyarakat yang kurang memberi ruang pada dimensi transendental hidup manusia.
Tuhan memberkati kerinduan-kerinduan kudus yang muncul dalam diri kita. Tuhan memberkati kegelisahan jiwa yang ingin mendapatkan tempat yang dekat dengan Tuhan untuk sekedar istirahat.