Kis 20:17-27 Yoh 17:1-11a

Kita hidup di dunia karena ada arti dan tujuan tertentu yang telah Tuhan tentukan untuk kita. Tuhan memberikan rahmat hidup yang begitu melimpah melalui orang-orang yang mengasihi dan mendampingi kita, terutama dengan mereka kepadanya Tuhan menganugerahkan rahmat pelayanan iman dan Injil kepada kita. Begitu melimpah dan indahnya rahmat pelayanan ini sehingga kita tidak pernah merasa puas melainkan selalu merasa lapar dan haus untuk membaktikan diri hingga kepenuhannya. Hal ini dapat kita temukan dalam diri Paulus seperti kita lihat dalam bacaan pertama hari ini: “Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 2:18-24).

Kutipan ini memberi kita gambaran yang jelas dan berarti tentang bagaimana rahmat hidup yang melimpah itu harus kita tanggapi dengan penuh iman, kesetiaan dan kerja keras. Paulus menggambarkan pertobatannya sebagai jalan kepada hidup dan kebenaran Kristus yang diwartakannya dengan penuh semangat, tidak kenal lelah, dan tidak pernah menyesalinya. Perjumpaannya dengan Tuhan yang menyelamatkannya adalah titik balik dari kegelapan batin dan dosa yang membawa maut kepada hidup baru dan keselamatan di dalam Allah. Ia amat mensyukuri rahmat pertobatan dan panggilannya, namun lebih dari itu, dengan rahmat hidup baru yang diterima, ia mengisinya dengan mengabdikan seluruh hidupnya demi Allah dan umat, demi Injil dan janji keselamatan untuknya ia dipanggil. Baginya, misi adalah rahmat, pemberian Allah yang tak bisa dihindarinya, dan melaksanakannya dengan pemberian diri yang total tidak lain dari karya Roh Allah sendiri. Tidak sedikit tantangan dan cobaan yang harus dihadapi, namun cinta dan kesetiaannya akan Tuhan, tidak pernah membuatnya mundur: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:19-20). Ia percaya bahwa Kristus yang wafat dan bangkit, hidup dalam dirinya, memberi kekuatan dan kesabaran bagi karya pelayanan dan pewartaannya, Kristus yang sama akan membawanya hingga garis akhir.