Rabu, 26 Mei 2021

Markus 10:32-45

                Yesus menyampaikan pesan kepada para murid-Nya, bahwa Anak Manusia akan menerima perlakuan yang tidak adil; difitnah, diolok-olok, disiksa, dan di bunuh dengan cara di salibkan. Namun setelah tiga hari berikutnya, Dia bangkit. Yesus menerima semua perlakuan itu karena Dia memiliki kasih besar kepada umat manusia. Dia rela menderita dan di salibkan , agar umat manusia diselamatkan. “Dan Ia akan diolok-olok, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”(Mrk 10:34). Dari atas kayu salib Yesus membayar dengan darah dan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Itulah jalan satu-satunya yang bisa memulihkan hubungan antara Allah dan manusia, yang telah dihancurkan oleh dosa-dosa manusia.

                Pengorbanan dan nilai-nilai cinta kasih diwariskan kepada para murid-Nya, agar mereka melakukan hal yang sama seperti Guru mereka. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.”(Yoh 13:14). Mengapa Yesus mewariskan nilai-nilai tersebut kepada para murid-Nya? Karena merekalah yang telah dipilih untuk diutus mewartakan belas kasih Allah yang ditunjukan melalui Yesus Kristus dan menjadi saksi bahwa Yesus Kristus sebagai penyelamat umat manusia. “Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar.”(Kis 22:15).

                Setiap murid Kristus memiliki tanggung jawab untuk menyebar luaskan belas kasih Allah kepada semua orang. Belas kasih Allah secara konkrit terlihat dalam semua tindakan yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus. Yesus datang untuk melayani, bukan untuk dilayani.  Oleh karena itu, sikap mau saling melayani adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku dirinya sebagai murid Kristus. “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”(Mrk 10:45). Melayani bukan suatu tindakan yang rendah, namun sebaliknya dengan melayani seseorang akan ditinggikan dan mendapat tempat di hati Allah. “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”(Yoh10:43-44). Yesus membalik apa yang menjadi mentalitas dunia ; dilayani menjadi melayani.

                Melayani berarti melakukan segala sesuatu yang baik tanpa memikirkan balasan, upah,  dan tanda jasa. Sebab ia melakukan semuanya bukan untuk manusia tetapi untuk Allah. “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”(Kolose 3:23). Seberapa sering seseorang melakukan hal-hal yang baik, tanpa mengharapkan sesuatu dari orang lain atau mengharapkan keuntungan? Dari jawabannya seseorang bisa mengukur sendiri seberapa besar ia telah melayani. Ketika seseorang mengikuti dorongan Roh Kudus, maka ia akan dengan sukacita melayani. Roh Kudus hadir dalam diri mereka yang percaya pada Kristus dan seluruh pelayanan akan mengalir dari sana. “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.”(2 Timotius 1:14).

                                                                                                                                       Serawai, Rm A. Didik Setiyawan, CM