Selasa, 25 Mei 2021
Markus 10:28-31
Menjadi murid Kristus memang harus banyak berkorban; menyangkal segala yang jahat, memanggul salibnya setiap hari, dan setia melayani serta mengikuti Kristus.” Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.”(Mat 10:38). Dengan demikian, setiap murid Kristus perlu memiliki keberanian untuk meninggalkan “kenyamanan pribadi” agar bisa memperjuangkan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh Yesus; cinta kasih, kebenaran, keadilan, kerendahan hati, dan damai sejahtera. Dengan demikian, pengorbanan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kebaikan dan keselamatan. Demikian halnya tidak akan ada kebangkitan Kristus tanpa adanya penderitaan dan salib yang ditanggung-Nya. “Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”(Luk 9:22).
Setiap pengorbanan yang dilakukan oleh murid Kristus memiliki nilai kesaksian yang mengispirasi banyak orang dan mendorong munculnya sikap-sikap dan nilai; belas-kasih, kebaikan, kebenaran, pengharapan dan keselamatan. Oleh karena itu, tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Hal itu sesuai dengan kehendak Tuhan terhadap murid-murid-Nya, bahwa pengorbanan dalam tindakan nyata adalah persembahan hidup yang sejati. “Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.”(Mat 12:7). Yesus terus mendorong para murid-Nya untuk tidak berhenti dalam mewartakan belas kasih Allah, sebab saat kasih hadir maka pada saat itu Allah hadir. “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”(1 Yoh 4:16).
Perjuangan untuk menghadirkan Kerajaan Allah menuntut suatu pengorbanan, namun dibalik itu Allah tidak membiarkan mereka berjalan sendiri. Karena para murid berkarya demi Kerajaan Allah, maka Allah pun juga memberikan apa yang terbaik bagi mereka yang tulus dan setia melayani-Nya. “Orang itu sekarang pada masa ini jika akan menerima kembali seratus kali lipat; rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak, dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.”(Mrk 10:30). Mereka yang melayani dengan tulus bukan melakukannya karena upah, tetapi karena kasihnya kepada Kristus. “Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitahukan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mepergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”( 1Kor 7:18). Dan Allah yang Maha Kasih dan Bijaksana tentu akan mengatur dan menganugerahkan kepada mereka yang setia apa yang terbaik bagi hidup mereka.
Serawai, Rm A. Didik Setiyawan, CM