SABTU, 18 Desember
Matius 1: 18 – 24
Paus Fransiskus menetapkan tahun 2021 sebagai tahun santo Yusup. Gereja dan dunia membutuhkan figur seperti santo Yusup. Dia pribadi yang memancarkan kualitas pibadi di tengah dunia gemerlap era digital. Santo Yusup menunjukkan bagaimana menjadi pribadi yang kudus sekaligus bermakna bagi sesama di dunia bising ini. Santo Yusup menunjukkan kualitas pelayanan terjadi dalam sunyi di tengah pendangkalan hidup dan pelayanan. Bagaimana kedekatan pada Tuhan bisa optimal tanpa kata. Bagaimana kesetiaan pada kasih tidak luntur oleh gempuran dunia … Dan seterusnya …
Bunda Maria terkenal dengan kecerdasan hatinya. Pengalaman dan realitas yang tidak bisa dicerna oleh pikiran, dimaknainya dengan hatinya. Mungkin itulah yang dilakukan oleh santo Yusup. Tak satupun kata terekam di dalam Kitab Suci. Tetapi semua tahu bahwa dialah perisai hidup yang menyelamatkan Maria dan kanak-kanak Yesus.
Santo Yusup berbicara dengan tindakan yang diterangi iman. Langkah hidupnya menunjukkan bahwa Yusup memiliki kedalaman batin dan kecerdasan hati. Seolah dia tidak membutuhkan legitimasi apalagi acungan jempol orang lain, meskipun dia sangat berhak untuk itu. Harga diri dan kepercayaan dirinya didasarkan pada pengalaman nyata bahwa dia mampu setia sampai tuntas pada apa yang ia imani. Rasa syukurnya melambung tinggi karena dia mengalami bahwa Allah setia menemani pada saat-saat kerpauhan manusiawinya tidak berdaya.
Di hadapkan pada figur Yusup, kita tertunduk malu. Bukan karena kita tidak berprestasi. Tetapi karena kita sibuk memantas diri di hadapan sesama dan Tuhan. Bahkan kebaikan kita yang indah menjadi luntur karena diarahkan untuk mendapatkan imbalan demi diri sendiri. Kita alergi dan tidak nyaman dengan kesendirian, keheningan, apalagi kalau kita bisa menunjukkan keterlibatan dan prestasi yang perlu diviralkan. Dengan agak gagap kita mengakui bahwa identitas dan kepercayaan diri kita amat bergantung pada penerimaan dan apresiasi orang lain.
Mungkin kita perlu lebih hening dan berbagi dalam sunyi. Mungkin kita perlu lebiih mengungkapkan iman dalam tindakan tanpa perlu banyak berpikir soal imbalan, apapun bentuknya. Kita memang perlu mendekatkan diri pada santo Yusup. Juga pada saat ini ketika kita tangah mempersiapkan diri menyambut Penyelamat kita.