Bacaan I               : Amsal 30: 5-9

Injil                         : Lukas 9: 1-6

 

Betapa banyak orang saat sekarang ini menginginkan kebebasan dan kemerdekaan. Namun sayangnya banyak dari mereka sekedar memaknainya terbatas pada fisik belaka. Jarang yang sampai memaknai kemerdekaan sebagai kemerdekaan batin maun jiwa mereka. Kalau kita melihat iklan di TV maupun media cetak kita akan sungguh terperanjat betapa banyak orang yang masih terkungkung dengan perbudakan khususnya perbudakan mental. Sebagai contoh, kita akan dianggap bahagia bila kita punya benda ini atau benda itu. Kita akan dianggap cantik kalau punya badan ramping dan kulit putih. Atau kita akan dianggap macho kalau kita punya perut six packs. Ternyata semua hal tadi hanya membuat kita menjadi orang-orang yang sakit mental, karena kita begitu terobsesi dengan hal-hal yang melulu lahiriah. Orang yang sedemikian ingin tampil ramping jatuh dalam bulimia maupun anorexia. Mereka yang ingin six packs menjadi maniak olah raga dan body building. Sungguh menyedihkan, ternyata sebagaian besar dari kita masih terbelenggu oleh hal-hal demikian. Ternyata kebebasan dan kemerdekaan kita masih dibatasi oleh pandangan-pandangan tersebut. Harga diri maupun jati diri kita dibatasi oleh pandangan-pandangan sempit seperti telah dikatakan di atas.

Hari ini Tuhan mengajari kita untuk mau melepaskan diri kita dari kungkungan hal-hal tadi. Tuhan dalam Injil meminta kita untuk berani tidak membawa apa-apa dalam perjalanan (hidup) kita. Tujuannya adalah agar kita bisa menjadi orang yang bebas, tidak tegantung pada berbagai pandangan yang menyesatkan diri kita. Tuhan ingin agar kita hanya bergantung pada Tuhan semata. Harga diri kita tidak tergantung pada apa yang kita miliki, pada apa yang melekat pada diri kita, namun pada kebebasan kita dalam Tuhan. Maksud Tuhan adalah sungguh jelas, bahwa kita diharapkan untuk bisa menjadi total dalam melayani, menjadi total dalam mengabdi Tuhan dan tidak bergantung pada penilaian-penilaian yang dilakukan oleh orang lain atas diri kita. Selain itu, kebahagiaan dan kebebasan kita tidak bergantung pada apa yang kita miliki, pada apa yang melekat pada diri kita. Semoga Tuhan membuat kita sekalian menjadi orang yang bebas merdeka serta bahagia, bukan karena apa yang kita miliki namun karena kemampuan kita untuk mengambil jarak dari apa yang melekat pada diri kita.