Kamis 25 September 2014

Bacaan I               : Pengkotbah 1: 2-11

Injil                         : Lukas 9: 7-9

 

Freud, seorang psikoanalis, mengatakan bahwa rasa takut adalah dasar bagi kita manusia untuk berkembang. Tanpa rasa takut maka kita sulit untuk berkembang. Benarkah demikian? Ia mengatakan, karena takut mati maka orang makan, karena takut gagal maka orang belajar dan berusaha keras, karena takut akan konsep neraka maka orang menciptakan konsep surga supaya tidak takut mati dan lain sebagainya. Sekali lagi benarkah demikian? Ternyata tidak. Tidak semua hal yang kita lakukan adalah melulu didasarkan pada rasa takut. Sebaliknya didasarkan pada cinta yang tulus. Sebagai contoh, orang tua kita merawat dan membesarkan kita serta mendidik kita karena mereka sungguh mencintai kita. Demikian pula kita, mau belajar dan bekerja bukan melulu karena takut ini dan itu, namun karena kita mau mengembangkan diri kita supaya bisa berguna bagi diri kita dan sesama. Kita mau belajar karena kita mencintai diri kita, karena kita ingin mengembangkan diri kita supaya bisa menjadi pribadi yang bernilai.

Segala sesuatu yang kita lakukan hanya karena rasa takut tidak akan menghasilkan buah yang baik bagi diri kita maupun sesama kita. Contoh nyata adalah Herodes. Ia sungguh takut dengan kemunculan Yesus yang dikatakan melakukan banyak sekali perbuatan hebat. Bahka ia menyangka bahwa Yesus adalah Yohanes yang bangkit dari mati karena ia penggal kepalanya. Terdorong oleh raa takut maka ia berusaha untuk mencari tahu siapakah Yesus itu sebenarnya. Pertanyaannya adalah, apakah Herodes berubah jadi baik setelah mengetahui siapakah Yesus sebenarnya? Sama sekali tidak. Ia tetap Herodes yang culas, licik dan oportunis. Perjumpaannya dengan Yesus tidak mengubah sedikitpun perangainya, karena ia ingin bertemu dengan Yesus melulu karena ia takut bukan karena ia mencintai Yesus. Maka kita pun juga pantas bertanya pada diri kita masing-masing. Apakah kita ingin berjumpa Yesus hanya karena rasa takut atau karena kita sungguh-sungguh mencintai Dia. Amin.