jerusalem_1119_by_manzanedo-d66sf9m

Bacaan I : Wahyu 18:1-1, 21-23, 19:1-3,9
Bacaan Injil : Lukas 21:20-28

Babilon dan Yerusalem. Keduanya dinyatakan bakal runtuh luluh lantak. Disebut dalam kitab Wahyu, kota pertama bukan merujuk pada ibu kota Mesopotamia kuno atau sekarang Irak, tetapi ia melambangkan Roma, pusat kekaisaran dan sumber penganiayaan orang-orang Kristen di abad-abad awal pertumbuhannya. Serbuan bangsa “barbar” dari Utara, bangsa Goth, lalu Jerman, mengakhiri kejayaan kekaisaran Romawi. Bagi para penduduknya, dunia seakan kiamat. Namun hidup terus berlanjut, dan Kristianitas “menaklukkan” bangsa penakluk kekaisaran besar itu: mereka pun menjadi bagian dari orang-orang yang percaya pada Yang Terurapi.

Yerusalem. Hingga kini konflik tak kunjung henti menderanya. Tuhan Yesus sampai menangis memandang jauh menerawang kehancurannya 40 tahun setelah sabda tentangnya diucapkanNya: tentang Bait Allah di dalamnya, tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan (Lukas 21:6); bersamaan dengan kengerian pembantaian seluruh penduduknya oleh bala tentara Roma. Penolakan akan Sang Anak Manusia menjadi salah satu penyebab utamanya. Penduduk kota itu akan menumpahkan darah Anak Domba yang tak berdosa, meski kemudian peluh dan darahNya menyuburkan pertumbuhan kawanan yang kelak akan mengubah dunia, termasuk Roma yang pada awalnya menganiayanya.

Hingga kini, dua kota itu telah beranak pinak. Banyak kota di dunia menjadi tempat penganiayaan pengikut Jalan Tuhan. Sejarah berulang. Bukan saja penganiayaan fisik yang terus diberitakan di Irak, Siria, Nigeria, Somalia dst, terror mental pun dilancarkan di negara-negara yang dibangun atas dasar tradisi Kristiani terhadap para pengikut Kristus oleh kaum fundamentalis atheis.

Di tengah kepedihan, Tuhan memberi penghiburan, menawarkan harapan: Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya. …Bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat. Jika kita sungguh percaya, dalam himpitan dan tekanan musuh iman seberat apapun, kita tak lagi dapat dilumpuhkan ketakutan dan kecemasan. Sejarah dua kota mengingatkan, pada akhirnya Tuhan juga yang kuasa. Dan Ia akan membuat segalanya indah pada waktunya.