Bacaan I : Wahyu 20:1-4,11-21:2
Lukas 21: 29-33
Pada tahun 1971, John Lennon melepas single lagu solonya yang menjadi salah satu dari 100 lagu paling banyak dipentaskan di abad ke-20, “Imagine”. Ia mengajak para pendengar untuk membayangkan dunia damai yang tak terkotak terbagi-bagi atas dasar agama maupun negara bangsa, juga membayangkan umat manusia hidup tanpa kelekatan pada harta benda duniawi.
Lagu ini menarik banyak pujian, tapi juga tak kurang kritik dan cercaan. Ada yang menyatakan lagu ini seperti judulnya, hanya menyajikan khayalan, mengkritik tanpa memberi usulan penyelesaian. John Lennon sendiri disorot tajam karena tinggal di rumah semegah istana sementara mengajak para pendengarnya membayangkan hidup tanpa harta milik.
Apa pun kritik yang dilancarkan, lagu itu tetap populer. Masa remaja saya sendiri tidak lewat begitu saja tanpa mengenal dan menikmati lagu ini, meski dulu saya tidak berpikir sedalam orang-orang dewasa yang mempersoalkan secara serius banyak hal. Selain musiknya yang enak didengar dinyanyikan dan menyenangkan hati, lagu ini terus mendapat tempat di kalangan pecinta musik karena lirik lagu ini menggetarkan kerinduan kita yang terdalam, pencarian kita akan kebahagiaan, cinta dan kedamaian.
Damai digoreskan dalam kitab Kejadian setelah Allah menata alam raya dari ketidak teraturan. Damai dinyayikan para malaikan di padang Efrata saat bayi Sang Sabda turun ke dunia dalam rupa bayi mungil yang baru dilahirkan, kanak-kanak Yesus. Damai menjadi sapaanNya dan dihembuskanNya saat Ia yang bangkit dari alam mau menemui lagi para muridnya yang tercekam ketakutan kecemasan ketidakpastian masa depan. Damai, dibentangkan kembali saat Langit dan Bumi baru serta Yerusalem baru yang dipaparkan dalam bacaan-bacaan hari ini, dihadirkan dalam akhir jaman, menutup buku sejarah manusia. Yerusalem memenuhi makna yang dilekatkan pada namanya: shalem, shalom, damai, ketika sejarah diperbaiki. Yerusalem lama dihancurkan karena tidak mengenali dan mengakui kedatangan Tuhan yang melawatnya, Yerusalem baru menandai saat dimana kita semua akan mengenali kedatangan Sang Penyelamat, Tuhan dan Allah kita, sebagai Raja sekaligus hakim bangsa-bangsa.
Radio, koran, televisi dan aneka berita di internet tidak berhenti mengabarkan penderitaan, pertikaian dan peperangan yang menghancurkan di sekitar kita. Iri hati, dengki, kebencian, keangkuhan manusia yang mengandalkan kekuatan diri sendiri, pemujaan atas kekerasan kekuasaan menebarkan racunnya setiap hari. Namun kita orang beriman percaya, setiap mendung akan menyibak, segala badai akan berlalu, setiap gerimis akan mereda, semua sementara saja. Akhirnya, hanya damai sukacita dan cinta yang akan berkuasa. Karena sabdaNya kekal abadi. Setiap kali kita berdoa: datanglah kerajaanMu, biarlah nyata damaiNya disekitar kita, dimulai dari diri kita. Amien.
