Imamat 19:1-2, 11-18
Mazmur 19
Matius 25:31-46
Pertanyaan yang sangat sering saya dengar ditujukan oleh umat kepada romo atau rohaniwan/wati kurang lebih berbunyi seperti berikut: “Romo/Bruder/Frater/Suster, kalau …… boleh nggak sih? Kalau….. dosa nggak? Apa aturannya kalau mau…. ” Kemarin ini menjelang masa Prapaskah, saya lihat banyak orang yang memasang di Facebook mereka aturan-aturan pantang dan puasa.
Peraturan dalam hidup beriman dan menggereja memang diperlukan. Tapi sayang sekali kalau fokus kita hanya berhenti di situ, sedangkan kekayaan iman kita jauh lebih besar. Gereja bukanlah asrama militer dengan segala peraturannya yang diharapkan untuk diikuti oleh semua murid tanpa kecuali. Dalam militer tidak ada tempat untuk tanya-tanya atau mencoba mengerti sebuah peraturan lebih dalam, pokoknya harus nurut. Hidup beriman seorang Kristiani sama sekali bukan seperti itu.
Dalam bacaan dari Kitab Imamat hari ini kita diingatkan kembali akan 10 Perintah Allah. Jika dilihat secara keseluruhan, dalam kitab ini ada 613 pasal peraturan untuk bangsa Israel, dari peraturan sembahyang, menyiapkan makanan, sampai perkawinan dan hubungan intim. Semua ini tidak keluar tiba-tiba. Alasan Tuhan memberi aturan-aturan ini juga pertama-tama bukan supaya dunia bisa aman, damai, dan tenteram.
Kalau kita runut lebih jauh, aturan-aturan ini, termasuk apa yang kita sebut 10 Perintah Allah, bersumber pada perjumpaan Musa dengan Tuhan di Gunung Sinai. Yang paling penting di sini bukanlah pemberian 10 “perintah” itu, tapi perjanjian Allah dengan Israel melalui Musa. Allah telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir karena Ia telah memilih mereka menjadi umatNya yang paling dikasihi. Apa yang difirmankanNya kemudian bukan semata-mata “peraturan” atau “hukum”, tetapi lebih merupakan “cara hidup” umat pilihan Allah dalam hubungan cinta kasih dengan Tuhannya.
Karena itulah dalam Injil hari ini, Yesus menggambarkan bagaimana manusia, baik yang taat maupun yang tidak, tidak menyangka perbuatan macam apa yang dikehendaki Tuhan. Tidak pernah mereka mendengar ada perintah untuk memberi makan, minum, pakaian untuk orang asing. Tidak pernah ada perintah untuk mengunjungi mereka yang dipenjara. Tapi Yesus berkata, bahwa apa yang kita lakukan pada saudaraNya yang paling hina, kita melakukannya untuk Tuhan sendiri. Inilah cara hidup seseorang yang menjalankan perjanjiannya dengan Allah dalam hubungan saling mengasihi.
Jika anda menemukan suatu peraturan dari Gereja atau perintah dari Yesus dalam Alkitab, sebelum menjalankannya cobalah untuk merefleksikan lebih dalam lagi. Apakah saya menjalaninya hanya karena itu peraturan dan saya tidak mau masuk neraka? Atau karena itu jalan yang diajarkan Tuhan supaya kita bisa mempererat hubungan kita denganNya yang telah sedemikian besar mengasihi kita?