Yehezkiel 18:21-28
Mazmur 130
Matius 5:20-26
Ketika Yesus ditanya, hukum manakah yang paling utama, Ia menjawab: “Kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu.” Sebenarnya konsep ini memang mendasari seluruh perjanjian Allah dengan bangsa Israel. Beberapa kali para nabi Israel seperti Amos mengingatkan bahwa persembahan umat Israel tidak berkenan bagi Tuhan jika tingkah laku mereka sehari-hari penuh ketidakadilan pada sesamanya (Amos 5:21-24). Sembah bakti pada Tuhan dan berlaku adil bagi sesama adalah seperti dua sisi pada satu keping uang yang sama. Dua-duanya sama pentingnya dalam hidup di dalam jalan Tuhan.
Karena itu tidaklah mengherankan kalau dalam Injil hari ini Yesus menyuruh pengikutnya untuk tidak membawa persembahan ke altar sebelum mereka menyelesaikan masalah dengan saudara mereka. Persembahan pada Tuhan akan jadi cuma-cuma dan tidak punya arti apa-apa jika mereka masih menyimpan kebencian pada orang lain.
Yesus juga mengkritik para ahli Taurat dan orang Farisi. Sebenarnya mereka adalah orang yang benar-benar taat dalam beragama. Mereka mengerti betul semua hukum Taurat dan bagaimana menjalankannya satu per satu. Tapi Yesus menantang para pengikutnya untuk hidup beragama melampaui ahli Taurat dan orang Farisi. Yang dimaksud Yesus bukan berarti mereka harus lebih banyak membaca atau menjadi lebih ahli, melainkan untuk mampu melihat lebih dalam maksud hukum itu dan menjalankannya tidak hanya persis seperti yang tertulis, tetapi sesuai maksud yang terkandung di dalamnya.
Contoh yang diberikan Yesus adalah tentang perintah jangan membunuh. Maksud dari perintah itu adalah menjaga hubungan baik dengan sesama kita. Karena itu kemarahan atau kebencian pun juga sebenarnya melawan perintah Tuhan. Tidak akan mungkin setiap perbuatan bisa dituliskan. Sistem keadilan kita, dengan sedemikian banyak pasal-pasal pun tidak pernah mencukupi. Karena itulah pengacara sering menggunakan celah-celah ini untuk membela klien mereka. Kalau tidak tertulis dalam hukum, maka tidak perlu dilakukan atau tidak melanggar aturan.
Kalau kita mau kehidupan iman kita untuk lebih seperti yang Yesus inginkan, kita harus mau berbuat lebih jauh dari apa yang cuma tertulis dalam Alkitab atau hukum Gereja. Alkitab dan Gereja memberikan panduan hidup, tapi tidak akan pernah bisa secara detil membahas satu per satu kegiatan dalam hidup kita. Semoga sabda Tuhan bisa benar-benar merasuki hati kita dan memberi kita inspirasi untuk bertindak sesuai semangat yang mendasari sabda itu.