Kis 3:1-10
Mzm 105
Lukas 24:12-35

Beberapa minggu terakhir ini saya mencoba suatu bentuk pelayanan baru, pelayanan atau ministry yang biasanya saya takuti tapi akhirnya saya coba beranikan diri: jail ministry atau melayani orang-orang yang dipenjara. Biasanya kami satu tim berdua atau bertiga mengadakan persekutuan doa dan pendalaman kitab suci pada sekolompok kecil tahanan. Malam ini kami datang bertiga. Tak disangka, hanya satu orang tahanan yang bersedia datang ke kegiatan kami. Walaupun kelihatannya tidak berimbang, kami putuskan tetap meneruskan acara.

Setelah menyanyikan beberapa lagu dan membaca Alkitab, kami mempersilakan sang tahanan, sebutlah namanya Jane, untuk membagi pengalaman iman. Jane ternyata seseorang yang sudah melalui masa-masa penuh perjuangan dalam hidupnya. Orangtuanya bercerai dan ayahnya, yang membesarkannya sendirian, meninggal secara tiba-tiba waktu Jane hanya berumur 19 tahun. Padahal pada saat itu Jane baru saja mempunyai seorang bayi. Dia merasa putus asa dan marah pada Tuhan. Jane pun sempat berpikir akan bunuh diri, tetapi rencananya terhenti ketika anaknya meminta minum padanya dan Jane tersadar bahwa ini tanda dari Tuhan bahwa dia masih dibutuhkan di dunia ini.

Banyak pengalaman lain dari Jane yang diceritakannya malam ini. Di dalam semuanya ada satu hal yang sama. Jane selalu berbicara tentang bagaimana Tuhan selalu menolongnya. Malam ini rasanya peran kami berbalik. Dengan berbagi kesaksian tentang imannya, Jane menjadi pelayan atau minister bagi kami. Dialah yang membagikan kabar baik bagi kami, bukan sebaliknya.

Kedua orang murid yang berjalan ke Emmaus dalam bacaan Injil hari ini menjumpai seseorang yang asing bagi mereka. Mereka menawarkan makanan dan tempat menginap untuknya. Sebagai pengikut Yesus yang baik mereka berpikir untuk melayani orang asing ini. Tetapi pada akhirnya bukan mereka yang memberikan makanan pada Yesus, tetapi justru Yesus yang memecah roti dan memberi mereka makanan abadi, roti kehidupan. Saat itu juga terbukalah mata mereka dan mereka mengenali Dia. Mirip dengan peristiwa Maria Magdalena yang mengenal Yesus ketika Dia memanggil namanya.

Sebagai orang Katolik mungkin seringkali kita merasa bahwa kita mempunyai sesuatu yang lebih yang bisa kita tawarkan pada orang lain. Memang kita harus menyebarkan kabar baik Kristus ke seluruh dunia. Tetapi kita juga percaya bahwa Roh Kudus bisa memakai siapa saja untuk menyebarkan kabar baik itu. Kita tidak sempurna dan kadang perlu diingatkan kembali tentang kasih Tuhan bagi kita. Sekarang dapatkah kita membuka mata dan telinga hati kita untuk melihat dan mendengarkan Tuhan, bahkan lewat orang yang tidak pernah terpikirkan oleh kita?