Selasa, 29 Desember 2015
1John 2:3-11/Luk 2:22-25
Kisah tentang Yesus yang dibawa dan dipersembahkan di Bait Allah, menunjukkan kesalehan dan ketaatan iman Maria dan Jusuf. Sebagai keluarga muda yang saleh dan taat beragama mereka menuruti tradisi Yahudi yang mewajibkan bahwa setiap anak lelaki yang membuka rahim ibunya dipersembahkan kepada Allah (Kel 13:2,12). Alasannya bahwa sebagai anak laki-laki sulung ia mewarisi hak kesulungan dan padanya diturunkan berkat, seperti kisah Isak dan anak-anaknya (Kej 27).
Setiap keluarga Kristen selalu belajar dari keteladanan Keluarga Kudus Nazaret ini sebagai model untuk membangun rumah tangga mereka. Memiliki anak adalah tanda kesuburan dalam hidup perkawinan. Keluarga Kristen adalah wadah utama dan pertama untuk mengapresiasi dan merawat rahmat kesuburan itu dalam diri anak-anak. Ketika baru lahir ada rasa haru dan suka cita oleh suara dan tangisan pertama seorang anak. Ketika belum membuka mata, anak itu diterima dengan kehangatan hati ibunya disertai kecupan pertama dan suara kasih orang tua. Demikian juga sanak keluarga dan para sahabat ingin sekali melihat datangnya si buah hati. Di rumah pula anak untuk pertama kalinya mendengar bunyian dan melihat tanda dan gambar-gambar di sekelilingnya. Ia belajar berasosiasi dan berkomunikasi secara natural di bawah perhatian dan kasih orang tua. Yesus sendiri dirawat oleh ibu dan ayah-Nya. Dia dibawa ke rumah Allah ketika baru berumur delapan hari. Tentu sebagai bayi mungil Yesus cuman mengikuti gerak-gerik ibu-Nya. Ia pasrah dan taat total pada kasih ibu dan ayah-Nya. Karena ibu dan ayah-Nya taat beriman, Yesus dibawa dan dipersembahkan kepada Tuhan. Yesus dirawat dan dibesarkan menurut iman dan suara hati orang tua-Nya. Suara hati seseorang adalah suara Roh yang bekerja dalam hati, menggerakkan, memelihara dan mencipta. Ketika seorang anak dipermandikan, anak itu dikuduskan, artinya ia disatukan dengan Tuhan melalui sakramen permandian. Ketika anak itu sudah besar ia akan meniru dan mengikuti warisan iman orang tuanya.
Keluarga beriman Kristen sejak awal sudah disatukan dan dikuduskan dengan dan dalam Roh Kristus sendiri, dan anak-anak yang lahir harusnya hidup dalam iman dan kesalehan serta tanggung jawab yang diturunkan orang tuanya.
Karena itu, panggilan khusus setiap keluarga Kristen adalah untuk berpartisipasi dalam merealisasikan misi Kristus sendiri, yakni agar “kehendak Bapa” dikenal dan dicintai oleh setiap orang beriman. Simeon menyebutnya sebagai “nasib” yang menentukan: “my own eyes have seen the salvation which you prepared in the sight of every people, a light to reveal you to the nations and the glory of your people Israel.”
