Injil: Mark 9:38-40
Jangan berang, marah-marah dan cemburu kalau orang melakukan kebaikan dan kemurahan hati. Jangan menjadi kurang hati kalau orang bisa melakukan sesuatu yang hebat sementara mungkin kita merasa bahwa kita hanya melakun yang biasa-biasa saja. Apa yang biasa-biasa saja menurut kita, mungkin dapat menjadi keajaiban pula bagi orang lain dan Tuhan. Dalam hidup ini, kita berlomba-lomba dan berkompetisi untuk menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi Tuhan dan sesama dengan banyak berbagi rahmat, berbagi rahmat dan mujikzat dengan yang lain.
Yesus menegur para muridnya yang penuh dengan kecemburuan dan kecurigaan. Mereka kurang nyaman kalau ada orang lain yang juga bisa melakukan mujikzat dalam nama Yesus. Mereka merasa harga dirinya jatuh. Mereka merasa tersaingi. Mereka kemudian bahkan melarang orang tersebut melakukan mujikzat karena mereka menganggap dia bukan pengikut resmi Yesus. Jawaban Yesus adalah pukulan telak bagi mereka. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.” Kita ingat kata-kata St. Paulus: Cinta itu tidak cemburu tetapi dia bersukacita karena kebenaran dan dalam kebenaran. (1 Korintus 13:4,6).
Cemburu dan iri hati adalah dua sikap yang sarat akan dosa karena menghantar kita pada sikap susah hati di mana seharusnya kita bersukacita. Kalau saya susah hati karena saya melihat kualitas kebaikan dan kemurahan hati sesama saya, saya perlu bertanya pada diriku sendiri, “Apakah saya layak untuk marah dan cemburu?” Kecemburuan adalah musuh cinta. Baik objek dari cinta kasih maupun objek dari cemburu adalah kebaikan sesama. Orang yang penuh kasih bergembira karena melihat kualitas kebaikan orang lain. Orang yang penuh benci dengki melihat kebaikan orang lain.
Untuk mengatasi kecemburuan yang salah kaprah dan tidak sehat, kita terlebih dahulu perlu menyadari bahwa kecemburuan itu real dan bercokol dalam hati kita. Mari kita minta Tuhan supaya ubah kita alih-alih dari bertahan dalam kecemburuan yang kontraproduktif, menjadi pribadi yang jauh lebih baik, jauh lebih positif, penuh kasih dan kemurahan hati. Mari kita berjuang dan berlomba-lomba untuk saling mengasihi dan memperhatikan sebab itulah teladan yang diwariskan Guru Agung kita. Cinta dan respek adalah kehidupan. Benci dan tidak respek adalah kematian. Amin.