Injil: Markus 9:41-50
Saudara/i, kita semua dianugerahkan Tuhan hadiah terindah dan terbesar dalam kehidupan kita yakni Yesus sendiri. Sebagai pengikut Kristus, kita percaya bahwa Yesus adalah bahasa cinta Allah paling sempurna dan total kepada manusia. St. Paulus secara sangat indah melukiskan bahwa Cinta Allah tertuang dalam hati kita oleh Roh Kudus yang diberi kepada kita. Cinta Allah menyucikan hati kita dan mendorong kita untuk mengungkapkan cinta itu secara aktif dalam wujud kebaikan dan kemurahan hati kepada saudara/I kita dan para tetangga kita sebab sebagaimana Tuhan menciptakan kita menurut gambar-Nya, Tuhan juga menciptakan mereka menurut gambar dan wajah-Nya. Kita diciptakan oleh Cinta dan Untuk Cinta. Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Baik dalam kehidupan maupun dalam kematian, kita adalah milik Allah. We belong to God. Tindakan amal dan kasih yang kita tunjukkan kepada sesama kita adalah ekspresi yang sesungguhnya dari terima kasih kita atas berkat Tuhan yang berlimpah dalam seluruh kehidupan kita. Guru Agung Yesus Kristus sudah mendeklarasikan secara terang-terangan bahwa setiap bentuk kebaikan dan kemurahan hati yang kita berikan kepada sesame, lebih-lebih karena kita menemukan wajah Kristus dalam wajah sesama itu, tidak akan kehilangan upahnya. Sebagaimana Yesus, saudara sulung kita tidak pernah menolak untuk memberikan kepada siapapun yang membutuhkan belas kasihan-Nya, kita pun dipanggil untuk menjadi penuh belas kasih dan murah hati seperti Dia.
Yesus juga berbicara bahwa kita adalah garam dan api bagi sesama. Kalau garam tidak asin, maka tidak ada gunanya. Kalau api tidak berpijar dan menyala, maka tidak ada faedahnya. Garam itu asin, api itu menyala.
Garam bukan saja memberi rasa pada makanan tetapi menjadi bahan pembantu dalam mengawetkan makanan (lebih-lebih daging) secara sederhana dan murah. Yesus menggunakan simbol garam ini untuk mengundang setiap murid-Nya, kita-kita ini untuk menjadi garam bagi dunia. Kita dipanggil untuk memberi rasa kasih kepada yang mati rasa dan mati nurani. Kita dipanggil untuk menjaga keawetan tali kasih dan persaudaraan, kita dipanggil untuk memurnikan dan mempertahankan komunitas umat manusia yang dilandaskan atas kasih dan kemurahan hati Allah sendiri.
Kita juga adalah api kasih Allah. Jangan padamkan api Allah dengan menjauh dari sumber api yang adalah Allah sendiri. Arang yang menjauh dari tungku lama-kelamaan akan hilang baranya. Manusia yang menjauh dari Allah juga sama, akan hilang dan pudar api antusiasme kehidupannya. Kalau kita berhadapan dengan tantangan dan salib (yang mungkin kita rasa tak terpikulkan), jangan kurang hati, jangan tawar hati, jangan menjauh dari Allah. Dalam setiap cobaan dan tantangan , selalu ada kesempatan bagi kita untuk didewasakan dan dimatangkan dalam bejana api kasih Allah sendiri. Kita adalah garam dan api. Mari memberi rasa bagi kehidupan. Mari bagi nyala api kasih itu. Jangan berhenti pada Anda. Berbagilah.