Selasa, 27 September 2016
Ayb 3:1-3,11-17,20-23
Luk 9:51-56
Tidak di semua tempat Yesus dan para muridNya diterima oleh masyarakat disana, namun Yesus menanggapinya dengan tidak marah. Dia pergi ke daerah lain yang bisa menerima mereka dan mewartakan Kerajaan Allah disana. Dengan demikian menjadi murid Yesus harus siap untuk ditolak dan tidak menjadi patah semangat ketika ditolak. Masing-masing pribadi manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan jalan hidupnya dan Yesus sangat tahu bahwa tidak ada paksaan untuk menjadi murid Kristus dan setiap pribadi manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan menerima keselamatan dari Nya.
Di akhir MisiNya didunia, Yesus mengarah perjalananNya menuju kota Yerusalem untuk mengenapkan semua yang sudah dicatat dalam KS; menebus dosa-dosa manusia dan menyelamatkan manusia. Sekalipun Yesus ditolak oleh banyak tua-tua Yahudi, Ahli Taurat dan orang Farisi, namun Yesus tetap memilih pada keputusan untuk berjalan menuju ke Yerusalem. Yesus mengetahui bahwa resiko yang akan Dia terima adalah pengurbanan di atas kayu Salib. Yesus siap menerima semuanya demi cinta Nya kepada manusia.
Sebagai murid Kristus tidak ada kata patah semangat atau putus asa untuk melanjutkan misi menyelesaikan tugas, perutusan dan pelayanan yang baik, sekalipun menerima banyak pertentangan dan penolakkan. Jika sebagai murid Kristus, kita harus menerima salib; dihina, dikhianati, dilecehkan, ditentang dan bahkan diancam nyawa kita, jangan terkejut dan jangan putus asa. Setiap kita berbuat baik, maka disana akan kita jumpai kesempatan untuk berkurban. Pengurbanan yang kita persembahkan tidaklah sia-sia karena hal itu yang akan melahirkan kebaikan, damai dan keselamatan.
Marilah berdoa,
Allah yang Maha Kasih, terima kasih atas kesempatan yang Dikau anugerahkan kepada kami untuk menjadi saksi Mu. Dikau teramat baik kepada kami, semoga kami Dikau mampukan untuk siap mewartakan kebaikan Mu terutama kepada mereka yang berputus asa dan menderita. Di dalam kasih Mu kami menemukan kekuatan. Demi Kristus Tuhan pengantara kami, Amin.