Galasia 1:6-12
Mazmur 111
Lukas 10:25-37

Ketika si Ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Siapakah sesamaku yang harus kukasihi?” dia merujuk pada salah satu kitab dalam Taurat, tepatnya Imamat 19:34-35:
Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.

Karena itulah terkadang kita membaca terjemahan dari cerita Yesus ini sebagai “tetangga” atau “neighbor”. Maksud aslinya memang ditujukan pada orang asing yang tinggal di tengah-tengah bangsa Yahudi. Perintah dalam Kitab Imamat ini ditujukan kepada orang Israel yang menempati tanah terjanji mereka setelah mereka keluar dari Mesir dan mengembara di padang gurun. Allah mengingatkan bahwa mereka dulu juga pernah menjadi orang asing di Mesir dan diperlakukan seperti budak. Karena itu mereka harus belajar dari pengalaman itu dan tidak memperlakukan orang asing di negeri mereka semena-mena.

Pada waktu itu rasa nasionalis dan kebangsaan sangat penting sekali. Orang dari negeri atau bangsa lain seringkali dianggap tidak sederajat dan tidak pantas untuk dihormati, apalagi dikasihi. Karena itulah ketika Yesus menggunakan orang Samaria dalam ceritanya, orang Israel takjub mendengarnya. Orang Samaria tidak hanya asing, tapi sudah seperti saudara sendiri yang berkhianat dan memisahkan diri. Para pendengar cerita Yesus diingatkan lagi bahwa tidak cukup mereka hanya mengasihi sesama bangsa Israel, tapi juga mereka orang-orang dari bangsa lainnya.

Di jaman kita sekarang, tetangga kita pun tidak terkira ragamnya. Kalau di Indonesia, apalagi di Jakarta, orang dari berbagai suku tinggal bersama. Di Amerika orang dari berbagai negara hidup berdampingan. Secara alamaiah, orang dari latar belakang yang sama pasti lebih ingin berbaur dengan kelompoknya sendiri. Terkadang perasaan itu sangat kuatnya sampai memandang sebelah mata mereka yang bukan dari kelompok kita.

Siapakah sesama kita? Atau lebih tepatnya, siapakah orang asing bagi kita saat ini? Siapkah orang yang kita anggap tidak sederajat dengan kita atau sedemikian asingnya sehingga tidak kita anggap? Pembantu atau karyawan rendahan yang gunanya hanya bisa disuruh-suruh? Orang dari partai politik lain atau pendukung kandidat yang berbeda dengan pilihan kita? Para pengungsi atau imigran yang mencoba masuk ke negeri kita yang kita pikir akan mengambil pekerjaan kita atau membuat negara kita kacau? Orang-orang dari agama tertentu yang kita langsung cap sebagai fanatik atau radikal?

Hari ini Yesus mengajak kita semua untuk mengasihi “sesama” kita itu. Semoga dengan rahmat Tuhan kita dikuatkan untuk melakukannya.