Berapa banyak orang yang akan selamat?
Luk 13:22-30
Seorang pendosa berdiri di depan Allah mendengar dosa-dosanya dibacakan kepadanya seperti tertulis dalam Buku Kehidupan Sang Manusia. Setiap kali selesai dibacakan dosa-dosanya ia selalu mengakui apa yang telah diperbuatnya. Akhirnya hukuman dijatuhkan. Allah mengirimnya ke neraka. Si terdakwa menolak dengan keras dakwaan itu. Alasannya bahwa dakwaan itu bukannya tidak adil baginya akan tetapi karena ia sendiri sudah tinggal di sana. Mendengar itu, Allah memutuskan untuk mengirimnya ke surga. Sekali lagi dengan keras ia menolak. “Karena tidak pernah,” jawabnya, “di manapun tempatnya, aku dapat membayangkan seperti apa surga itu!” (Oscar Wilde, “La casa del juicio” dalam Cuentos De Oscar Wilde, 2014, pp. 175-177).
Menurut Oscar Wild, “bingung dengan jawaban manusia, Allah harus diam.”
Dalam Injil hari ini ada percakapan antara Yesus dengan seseorang dari kalangan Yahudi yang bertanya kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang akan selamat?”
Yesus menjawab dengan berkata: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.”
Yesus sendiri telah berkata: “Akulah pintu itu” (John 10:9). “Barangsiapa masuk melalui-Nya akan selamat.”
Pintu sempit menuju keselamatan karena kita harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus. Di sini Yesus menyentuh inti dari kecenderungan fundamental manusia yang lebih mudah baginya untuk menjadi selfish, ingat diri ketimbang ingat orang lain, lebih gampang baginya untuk menolak ketimbang menerima dan mencintai sesamanya, self denial. Adalah mudah untuk berbicara tentang kasih, belas kasih dan bermurah hati akan tetapi sulit untuk melakukannya dalam hidup nyata.
Gate of mercy, cross of mercy, year of mercy adalah simbol-simbol spiritual yang berbicara tentang Tahun Kerahiman Gereja akhir-akhir ini. Paus Fransiskus telah membukanya dan memberi kesempatan bagi umat Katolik untuk merayakannya dengan iman dan perbuatan-perbuatan kasih, melakukan, meniru contoh perbuatan-perbuatan karitatif Injili seperti terungkap dalam Mat 25: “Sebab ketika aku lapar engkau memberi aku makan, ketika aku haus kamu memberi aku minum ….”
Manusia memiliki kehendak untuk memilih dan bebas untuk memiliki apa yang dikehendaki olehnya. Akan tetapi Injil mengingatkan kita bahwa apapun dan bagaimanapun kebebasan manusia, keselamatan, kebebasan Kristiani yang sesungguhnya harus dilandasi oleh semangat Injil, yakni suatu usaha dan perjuangan terus-menerus untuk bisa sampai kepada keselamatan itu sendiri. Allah tetap hadir dan peduli dengan manusia. Allah sudah dan akan selalu hadir di manapun tempat manusia itu ada. Allah tak bisa dibuat bingung dengan imajinasi manusia. Allah juga tidak memberi jaminan khusus bahwa keselamatan itu milik sejumlah kecil orang dari ras atau agama tertentu. Keselamatan kekal adalah hasil suatu pergumulan manusia beriman yang berusaha untuk masuk melalui “pintu yang sempit,” pintu iman, pintu pengorbanan diri dan pelayanan tanpa pamrih seperti Yesus, Sang Penyelamat, Mesias itu sendiri.
Semoga!