HARI JUMAT DALAM
PEKAN BIASA KE 31
4 November, 2016
Filipi 3:17-4:1
Lukas 16:1-8
Saudara-saudariku terkasih,
Dari Katekismus Gereja Katolik dikatakan: “Orang Kristen sejati adalah pelayan dan bendahara harta benda Allah, dan semuanya itu adalah kepunyaan Allah.” Sementara bacaan Injil hari ini Lukas berbicara tentang “bendahara yang tidak jujur,” sepintas boleh dikatakan bahwa bendahara ini sudah diracuni oleh kuasa setan. Bendahara itu dilaporkan telah menghamburkan harta milik tuannya. Tidak disangka-sanka perbuatannya itu diketahui oleh tuannya…ketika ia dipanggil oleh tuannya untuk mempertanggungjawabkan apa yang tuannya dengar tentang ketidak jujurannya. Sebelum dia jatuh melarat, karena dia tidak mungkin akan melanjutkan pekerjaannya lagi sebagai bendahara, secara licik ia masih mempergunakan kesempatan melakukan sesuatu, mempergunakan sisa-sisa jabatannya sebagai bendahara. Sekali lagi harta benda tuannya itu disalah gunakan untuk kepentingannya ketika ia sudah dipecat dan menjadi penganggur. Oleh karena itu ia memanipulasi surat utang dari setiap orang yang berutang pada tuannya dengan cara mengurangi jumlah utang mereka. Oleh perbuatannya itu, ia malahan dipuji oleh tuannya atas kecerdikannya (acting prudently)
Saudara-saudari terkasih,
Benarkah bahwa si bendahara itu dibiling “cerdik”? Ya, sangat mungkin pujian tuannya itu benar. Katekismus juga mengajarkan bahwa “segala seuatu yang dimiliki oleh setiap orang Kristen dipandang sebagai harta benda yang bisa dinikmati oleh orang lain, dinikmati juga oleh orang lain.” Dalam pandangan ini boleh ditafsirkan bahwa apa yang kita miliki bisa menjadi harta bersama yang bisa dinikmati juga oleh sesama. Pernyataan ini dimaksudkan agar kita tidak menjadi sangat terikat kepada harta duniawi….“Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (“You cannot serve God and mammon.”)
Sehubungan dengan “the common good” (harta benda bersama), telah ditunjukkan jyga oleh St. Karolus Boromeus yang pestanya kita rayakan hari ini. Santu Karolus Boromeus yang pada abat ke 16 telah menjadi kardinal dan uskup telah mendedikasikan (mempersembahkan) hidupnya untuk usaha membaharui pergolakan politik dan agama dalam tubuh gereja. Ia telah melihat bahwa ada banyak persoalan dalam tubuh gereja ketika ada pergolakan dan reformasi dari Protestan hanya karena kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan di Seminari. Pengetahuan intelektual dan latihan di Seminari kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, berkat usahanya dalam Konsili Trente, pendidikan di Seminari diperbaharui dan ditingkatkan mutunya. Beliaupun mendirikan dan menetapkan doktrin tentang semangat persaudaraan yang erat hubungannya juga dengan pendidikan di Seminari itu. St. Karolus Boromeus juga mempersembahkan hidupnya untu menolong orang miskin dan mereka yang membutuhkan perhatian dan cintanya.
Saudara-saudari terkasih,
Betapapun St. Karolus Boromeus dilahirkan dari keluarga yang kaya-raya, ia memilih hidup panggilannya untuk melayani Tuhan dan sesama. Rahmat dan berkat yang ia terima dari Tuhan, baik material dan spiritual, pengetahuan dan jiwa kepemimpinannya, telah ia persembahkan kepada sesama. Sebagaimana dikatakan juga dalam surat pertama Petrus 4:10…”Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” St. Karolus Boromeus adalah salah satu idola kita dalam pengabdian dan pelayanan kepada sesama, menjadi seorang pengurus, pelayan, dan bendahara yang baik. Amin.