Kesederhanaan, Kepolosan 

Mat 23:27-30 

 

Tidaklah mudah mengatakan kebenaran tentang diri kita kepada orang lain. Lebih mudah bagi kita mengungkapkan apa yang sedang terjadi dengan orang lain, kelemahan orang lain. Kadang kita dengan senang hati dan antusias mencari tahu tentang kebenaran yang sebenar-benarnya tentang orang lain. Namun naluri kita sebagai manusia, kadang memilih untuk membungkam dan membisu untuk mengakui dan menerima kebenaran tentang diri kita. Dengan berbagai macam cara kita melakukan manipulasi untuk menyembunyikan kesalahan dan kelemahan kita. Itulah teguran yang Yesus berikan kepada orang-orang farisi dan ahli taurat. 

Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan kembali sikap hidup kita sehari-hari. Dalam bacaan Injil hari ini Yesus mengingatkan para ahli taurat dan orang farisi yang seringkali menampilkan kedangkalan dalam hidup, lebih mengutamakan penampilan luar dan mencari pujian. Itulah yang dimaksud dengan hypocrisie atau kemunafikan. Lalu bagaimana kita melihat diri kita dan orang lain seperti nabi Yesaya nubuatkan bagaimana Allah melihatnya ? Nabi Yesaya menubuatkan Pribadi Mesias akan datang menghakimi. “Ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran;  ia akan menghajar bumi  dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik” (Yes 11:3-4). Kita mengenal dengan baik niat di balik tindakan dan sikap kita dan hal itu akan mempengaruhi bagaimana kita bertindak terhadap orang lain. Perkataan Yesus cukup keras terhadap orang-orang farisi dan para ahli taurat, Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Oleh karena itu supaya tidak jatuh dalam kemunafikan, kita diajak untuk bersikap tulus, apa adanya, jujur, tidak berpura-pura. Ada tiga hal yang perlu kita terus wujudkan dalam hidup sehari-hari : mengenakan hati yang murni, berani mengenal dan menerima kesalahan, kelemahan diri sendiri dan yang terakhir menjauhi kebohongan, kemunafikan atau memanipulasi kebenaran demi pembenaran diri. Untuk itulah perlu membiasakan diri dengan pemeriksaan batin dan memperbaiki diri hari demi hari. 

 

« Ya Tuhan Yesus, condongkanlah hati kami kepada kebijaksanaanMu dan ajarilah kami jalanMu. Penuhilah kami dengan Roh Kudus dan semoga kami mampu mencintai dan mengikuti kehendakMu dengan setia »