Minggu, 29 Oktober 2017
Hari Minggu Biasa XXX
[Kel. 22:21-27; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab; 1Tes. 1:5c-10; Mat. 22:34-40]
BANYAK BERDOA, BANYAK BERBUAT BAIK
Bulan Oktober hampir berakhir. Hal yang identik dengan bulan Oktober adalah bulan Rosario. Namun, yang tak kalah semarak terjadi selama bulan Oktober adalah tempat-tempat ziarah yang ramai dikunjungi, baik tempat ziarah lokal atau yang berkesempatan untuk bisa datang ke tempat-tempat suci di luar negeri. Kebetulan tahun ini juga ada momen 100 tahun Fatima, tentu banyak peziarah yang membludak di tempat ini. Tentu ini sesuatu yang bagus dan menggemberikan, bahwa hasrat umat Katolik untuk berdoa dan berdevosi masih sangat-sangat kuat, bahkan kadang orang mengorbankan banyak hal supaya bisa mencapai tempat ziarah tertentu. Namun, pernahkah kita juga menilik kembali ke dalam hidup kita? Apakah ziarah, devosi dan doa kita juga berpengaruh bagi hidup kita? Kalau berziarah, berdevosi dan berdoa adalah perwujudan rasa cinta kita kepada Allah, apakah sempat juga memikirkan untuk mengusahakan kasih kepada sesama di sekitar kita ketika harus ‘pulang’ kembali kepada kehidupan nyata? Banyak yang bisa berziarah, berdevosi dan berdoa ke banyak tempat, namun untuk mengasihi sesama justru sulit. Itu artinya, ziarah dan doanya tidak berdaya guna.
Yesus hari ini bersabda tentang dua hukum terutama, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Yesus bukan hendak memisahkan keduanya, namun justru hendak menunjukkan bahwa keduanya adalah sesuatu yang timbal-balik dan berkaitan erat. Kalau kita mencintai Allah, maka mencintai sesama adalah ungkapan konkretnya, dan kalau kita sudah mencintai sesama, maka sudah pasti kita mencintai Allah. Yesus hendak menunjukkan juga bahwa kadang kita terjebak pada pemikiran bahwa dengan menyediakan banyak waktu untuk berdoa atau mengunjungi puluhan tempat ziarah, sudah cukup menunjukkan bahwa itu sama sama dengan mengasihi Allah. Nampaknya itu belum cukup, kalau mengacu pada yang dikatakan Yesus hari ini. Bahwa ukuran mengasihi Allah sama seperti ketika mampu mengasihi diri sendiri ketika mengasihi sesama. Semoga, kita senantiasa diberi hati yang lapang, kerendahan hati yang dalam, serta kasih yang tak berkesudahan sehingga mampu mensyukuri kasih Allah dalam hidup kita, sekaligus mengungkapkan syukur itu dengan mengasihi semua orang yang berada di sekitar kita, tanpa kecuali.
Selamat berhari Minggu, selamat berlibur dan berkumpul dengan keluarga. GBU.
Romo, renungannya sangat bagus dan benar sekali dan mudah dimengerti. Saya katakan benar, memang banyak yang umat yang masih belum mengerti apa itu “kasih” dan bisa dilihat dari tindakan mereka itu, saya bukan muji diri saya sendiri, tetapi saya lebih mengerti arti itu karena saya mengalami masa yang paling berat beberapa tahun lalu, maka dari pengalaman berat itu, iman saya bertumbuh, membuat saya kuat menghadapi apapun dijalankan dengan penuh ‘kasih’. Hal ini membuat hati saya damai, saya tidak pergi untuk ziarah kemana2 untuk ziarah, tetapi untuk menjalani pelayanan itu bisa dengan berbagai cara. Sekali lagi, terima kasih atas renungannya Romo!