Rabu, 22 Agustus 2018, PW. Santa Maria Ratu
Bacaan I : Yehezkiel 34: 1-11
Injil : Matius 20: 1-16
Keadilan Tuhan
Prinsip keadilan bukanlah sama rata, sama rasa. Ini bukanlah keadilan Kristiani, namun sebaliknya keadilan versi komunisme. Ide dasar dari komunisme adalah komunitas awal Kristiani, yaitu kisah hidup para rasul di awal Kristianisme, mereka; para Rasul dan orang-orang Kristen awali memberikan segala harta milik mereka kepada para rasul dan akhirnya semuanya dibagikan untuk yang membutuhkan sehingga tidak ada ketimpangan sosial ataupun kecemburuan. Ide inilah yang awalnya ingin diterapkan dalam komunisme, meskipun akhirnya jauh melenceng sehingga yang muncul adalah konsep sama rata sama rasa. Jelas suatu hal yang sama sekali tidak adil. Bagaimana mungkin orang yang bekerja keras, disiplin, dan penuh pengabdian mendapatkan hak yang sama dengan orang yang malas dan tak mau bekerja sama sekali serta tak ada kehenak untuk memberikan dirinya. Jelas sama sekali tidak mungkin.
Kisah inilah yang kira-kira melatarbelakangi banyaknya kritik orang-orang Kristen atas perikop Injil yang kita baca hari ini. Dalam perikop ini kita mendapati perumpamaan tentang tuan kebun anggur yang memberi upah sama rata kepada orang-orang yang ia panggil untuk bekerja di kebun anggurnya. Kesepakatannya jelas satu dinar satu hari. Singkat cerita bahwa ada beberapa orang yang ia undang untuk bekerja di kebun anggurnya protes karena mereka bekerja dari pagi sampai petang upahnya satu dinar. Sementara ada orang lain yang bekerja lebih belakangan upahnya sama, satu dinar. Sebenarnya dalam hal ini tidak ada yang salah dengan kesepakatan antara tuan kebun anggur tersebut dengan orang-orang yang ia upah. Mungkin letak rasa tidak adilnya adalah dalam durasi waktunya sehingga terasa tidak adil.
Dalam kehidupan beriman, sering kita juga menjumpai hal yang demikian. Banyak dari antara kita terkadang merasakan bahwa tindakan Tuhan terkadang tidak adil. Kita merasakan demikian karena hanya berpatokan pada apa yang kita lihat dan kita pikirkan. Kehidupan manusia hanyalah sawang sinawang; artinya saling melihat. Apa yang kita lihat belum tentu benar. Mungkin kita melihat orang yang sungguh kaya dan tampaknya bahagia. Namun dalam kenyataan tidaklah demikian. Di lain pihak kita melihat orang yang tampaknya miskin dan menderita namun sebenarnya tidaklah demikian. Maka dalam hal ini, tidaklah benar jika kita mengukur keadilan Tuhan dengan pola pikir kita. Kita mohon kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan agar mampu melihat segala sesuatu lebih jelas sesuai dengan kebijaksanaan dan keadilan Tuhan. Kitapun juga mohon bantuan doa Santa Perawan Maria Ratu Rosario, agar berkat bantuan doanya kita mampu memahami kebijaksanaan Tuhan dalam hidup kita. Amin. Tuhan memberkati.