HARI JUMAT DALAM PEKAN KE32
MASA BIASA – 15 November, 2019
Kebijaksanaan 13:1-9
Lukas 17:26-37
Saudara-saudariku terkasih,
Pada hakekatnya “semua orang dibilang bodoh” terutama dalam hal mengakui kehadiran dan existensi Allah. Kalau sekiranya ayat-ayat kitab suci boleh mengingatkan kita, maka bacaan pertama hari ini sangat tepat diangkat; “Sudah harus diterima bahwa dari kodratnya manusia yang tidak mengenal Allah dibilang bodoh. Relevansi dari bacaan pertama hari ini sungguh dapat meyakinkan kita akan kebenaran itu. Penulis kitab Kebijaksanaan ini memberi catatan bawa kebodohan ialah mereka yang mengingkari Allah: misalnya tidak mengerti bahwa Allah adalah Pencipta, mereka menganggap bahwa allah (dengan huruf kecil) adalah dia yang menguasai jagat raya; dan allah huruf kecil ini adalah api atau angin ataupun udara kencang, lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-penerang di langit. Dikatakan bahwa ketika mereka bisa mengagumi dan menikmati keindahan semuanya itu, maka mereka sudah harus percaya dan menerima betapa lebih mulianya Penguasa kesemuanya itu…(Keb. 13:2-3).
Hal ini tidak jauh berbeda dari pesan Yesus dalam bacaan Injil hari ini, meskipun agak berbeda dari cara menggambarkannya. Daripada mengatakan tentang “kebodohan,” Yesus dengan lebih tegas mengangkat persoalan bagi mereka yang tidak mengenal Anak Manusia sama seperti mereka yang binasa pada zaman Nuh, atau seperti apa yang terjadi di zaman Lot: “mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun,” dimana pada zaman itu “turunlah hujan api dan human blerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Disini Yesus berbicara tentang dua situasi yang sama, yakni ketika Anak Manusia datang dan ketika Anak Manusia berada di tengah mereka, ketika Yesus dalam keilahianNya mengalami kemanusiaan kita, membangun kerajaan Allah; dan pada kedatanganNya yang kedua, ada akhir zaman dimana pada saat itu kerajaan Allah secara utuh dinyatakan dan mendatangkan buah/hasilnya.
Saudara-saudari terkasih,
Kebijaksanaan atau kebodohan dalam banyak hal adalah parameter dari setiap keputusan dan kegiatan yang kita buat dengan tekanan tersendiri daripadanya. Dalam beberapa hal menjadi kurang penting atau lebih mudah ditolong: kebodohan tentu saja tidak seperti lupa kunci pintu pesawat tetapi itu lebih merupakan kelalaian, suatu malapetaka yang bisa mengakibatkan orang kehilangan hidupnya.
Dengan kata lain, saudara-saudariku! Kita dituntut untuk lebih bijaksana. Lebih bijak untuk mengenal siapa itu Allah dalam diri sesama dan seluruh jagat raya, serta apa yang telah Allah lakukan untuk kita. Bijak dalam kepercayaan serta keterlibatan kita dalam dan bersama Allah Tritunggal. Keterlibatan kita juga dalam sakramen-sakramenNya yang akan selalu membuat kita menjadi lebih bijaksana. Dengan demikian kita tidak pernah akan dibilng bodoh lagi karena mengingkari kehadiran Allah dalam kehidupan kita, tetapi justru membuat kita lebih merasakan kehadiranNya dalam diri Yesus, Anak Manusia. Amin.