Yoel 2:12-18; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6. 16-18
Hari ini, kita umat Katolik menerima abu yang ditaburkan di kepala atau di dahi dibarengi kata-kata, “Bertobatlah dan percayalah pada Injil.” Rabu Abu menandai dimulainya Masa Prapaskah yang akan berlangsung selama empat puluh hari. Di dalam Kitab Suci kita dibantu untuk mengerti bahwa abu adalah tanda pertobatan. Kita juga diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah. Sebab itu kita menggunakan Masa Prapaskah untuk membina semangat tobat dan lebih rajin mendengarkan Sabda Allah sert berdoa sehingga siap merayakan Misteri Paskah.
Untuk membina semangat dan sikap tobat, dalam renungan kali ini saya mengutip beberapa bagian dari Surat Gembala Prapaskah 2020 dari Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC., yang bertemakan: Hidup Bermartabat dan Bersahabat. Pertama, kita diajak untuk bermatiraga dengan melawan kecenderungan manusiawi untuk mencari yang gampang dan menyenangkan tanpa mempertimbangkan apakah tindakannya merugikan sesama atau merusak lingkungan alam; dengan menyangkal keinginan nafsu yang bisa berakibat merusak keutuhan ciptaan dan mengganggu kedamaian bersama; serta dengan mengalahkan kehendak egois yang merongrong keselamatan bersama dan mencemarkan kemuliaan Tuhan. Matiraga dijalankan, seperti Sabda Yesus, dengan cara “Jangan kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” (Mat 5: 39). Dengan demikian, matiraga menjadi jalan pertobatan pribadi sekaligus pintu pengampunan bagi sesama yang berbuat jahat.
Kedua, Kita diajak untuk makin banyak berdoa dan melakukan yang baik dan benar bagi mereka yang berbuat jahat. Kalau makin dekat dengan Allah, orang makin bersahabat dengan sesama. Jika makin banyak berdoa, orang makin giat berbuat baik dan makin bebas berbelaskasih. Doa dan perbuatan baik kita tidak ditentukan oleh sikap orang lain, melainkan lahir dari hati yang tertuju pada Allah yang murah hati dan penuh belaskasih. Itulah jalan menuju kekudusan pribadi sekaligus pintu belaskasih bagi sesama yang bersalah dan berdosa.
Ketiga, kita diminta untuk rela berkorban tanpa pamrih dengan tidak mengharapkan balasan, tetapi hidup tulus dan lurus sesuai dengan dorongan Roh Kudus. Itulah tindakan dan cinta Allah yang begitu besar pada manusia dengan mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia agar setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan. Itulah pemberian diri Allah yang sempurna bagi manusia. Itulah cara untuk meningkatkan martabat sebagai anak Allah yang sekaligus menjadi jalan untuk memulihkan martabat manusia dan keutuhan ciptaan.
Selain diajak bertobat, pada hari ini kita diingatkan juga untuk berpuasa dan berpantang. Tindakan ini juga merupakan bagian dari usaha kita untuk bertobat. Kesediaan kita untuk berpuasa dan berpantang, menunjukkan juga keseriusan kita untuk mau bertobat dan kembali kepada Allah. Penggalan Injil yang dibacakan pada hari Rabu Abu mengatakan, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga.” Sabda Tuhan hari ini mengoreksi egoisme dan kesombongan kita dalam hal melakukan sebuah perbuatan baik.