HARI JUMAT DALAM MINGGU PERTAMA PRAPASKAH

6 Maret, 2020
Yehezkiel 18:21-28Matius 5:20-26
Saudara-saudariku terkasih,
Sejak kita memasuki masa Prapaska, kita sudah punya alasan untuk berharap. Apa yang kita harapkan? Harapan itu dapat kita lihat dalam bacaan pertama hari ini; Dalam kitab nabi Yehezkiel kita dengar bahwa Allah menjanjikan kepada mereka yang bertobat bhwa yang bersangkutan akan hidup … “jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.” Suatu berita yang menggembirakan. Janji ini kemudian dibuktikan oleh Yesus sendiri yang menyerukan pertobatan kepada para muridNya, kepada semua yang berdosa, kepada anda dan saya untuk bertobat dan percaya kepada Injil. Oleh karena itu Yesus dengan sangat tegas mengatakan: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”.
Kita tahu Bahia kaum Farisi begitu besar perhatiannya dan fokus mempelajari hukum dan mengikutinya secara detail dan yang bisa dilihat dengan sangat jelas bahwa itulah satu-satunya jalan menuju kepada kekudusan. Meskipun dalam prakteknya lebih sering menunjukkan kepada ketaan hukum yang hampa, lalu mengabaikan kasih. Yesus mengajarkan kepada para muridNya suatu perubahan sikap yang radikal agar tidak terperangkap dan atau terjebak kedalam praktek kaum Farisi yang hampa dan tidak berarti. Misalnya Yesus mempergunakan hukum, “Jangan membunuh,” sebagai contoh hukum yang tinggi/penting dan bukan suatu hukum yang sepele untuk menggambarkan “bagaimana kita membangun hubungan kasih satu terhadap yang lain.” Disini Yesus mau mengajarkan agar kita bisa lebih masuk kepada akar persoalannya: “bahwa segala relasi dengan sesama yang rusak, tingkah laku yang menyengsarakan hidup orang lain tidak hanya sebagai akar dari dosa, tetapi sudah merupakan suatu pembunuhan yang sangat keji.”
Saudara-saudariku terkasih,
Masa Prapaskah ini merupakan kesempatan agar kita sanggup membuka mata hati kita agar dapat merefleksi, memeriksa batin hati kita, agar kita mampu membersihkan dan menerangi tempat-tempat yang gelap, agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi sesama dalam kehidupan ini. Kalau kita mampu dan berhasil mengetrapkan sikap batin ini selama masa puasa, maka bukan tidak mungkin kita akan memperoleh “kebahagiaan dan kemuliaan Paskah.” Semoga!!!