Yes 42:1-7; Yoh 12:1-11
Pekan Suci sudah dimulai dengan Perayaan Minggu Palem kemarin. Sudah mulai terasa bahwa Paskah kali ini akan sangat berbeda. Karena kita hanya bisa merayakannya dari rumah melalui layar TV, hape dan media sosial lainnya.
Selama Pekan Suci kita merayakan tindakan Allah dalam membebaskan kita dari kuasa dunia. Sudah begitu lama kita terbiasa dengan persiapan tentang bagaimana merayakannya jauh-jauh hari sebelumnya. Kita harus mempersiapkan liturgi mulai dari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, Minggu Paskah. Para lektor harus berlatih mem-baca bacaan liturgi, anggota koor harus menyiapkan diri untuk bernyanyi dengan baik, petugas dekorasi harus siap mengganti warna litugi, para pelayan ekaristi, ajuda/altar servers harus disiapkan, dll. Di rumah para orang tua dan anak-anak menyiapkan batin secara baik agar siap dan pantas merayakan misteri Paskah keselamatan Tuhan.
Semua persiapan seperti di atas tidak akan terjadi kali ini. Semua umat harus mengisolasi diri di rumah dan tidak boleh datang ke gereja. Yang harus disiapkan adalah tv dan alat elektronik lainnya untuk ikut misa online via fb, youtube, dll. Dan yang paling penting, kendati hanya mengikuti dari rumah adalah persiapan batin yang baik. Ini adalah per-tama kalinya bahwa setiap orang, anda dan saya, merayakan Paskah dengan cara yang demikian karena virus corona yang mengancam dan mematikan. Hingga saat ini secara global tercatat hampir 70 ribu kematian, belum terhitung yang sudah terjangkit dan masih dalam pengawasan medis. Sudah jutaan. Jumlah kematian tertinggi saat ini adalah Itali di atas 15 ribu, diikuti Spanyol 12 ribu lebih dan US di atas 9 ribu. Menurut perkiraan, dua minggu ke depan akan menjadi masa paling gelap dan tersadis di Amerika Serikat terkait dengan Covid19.
Kita terus mengikuti perkembangan yang terjadi dan kita sama sekali tidak tahu kapan akan datang titik terang. Titik terang yang dimaksudkan misalnya penurunan jumlah kasus dan kematian seperti yang sudah terjadi di beberapa negara yang sebelumnya su-dah lebih dulu mengalami serangan virus ini. Melalui karantina, isolasi diri, penjarakan sosial, jaga higiene pribadi, cuci tangan sesering mungkin, pakai masker wajah, hindari kerumunan, dan lain sebagainya perlu kita taati untuk sedapat mungkin demi menghindarkan diri terjangkit atau menjangkiti sesama. Salah satu kemampuan virus ini untuk membunuh adalah unsur novel, asing, dan kabaruannya sehingga tidak bisa di-tangkal secepatnya secara medis melalui cara pengobatan regular. Banyak dokter dan perawat yang sudah menjadi korban entah meninggal atau terjangkiti. Selain tiadanya penyangkal atau antivirus untuk mengobati, virus ini juga memiliki kekuatan ajaib yang lain yakni ia langsung menyerang sistem pernapasan manusia, bagian paling vital keberadaan kita.
Dalam kitab suci, nafas ditiupkan langsung oleh Allah sehingga manusia bisa hidup. “And the LORD God formed man of the dust of the ground, and breathed into his nostrils the breath of life; and man became a living soul.” (Gen 2:7) Dengan merusak sistem pernapasan, virus merusak apa yang menjadi prinsip paling vital yakni roh, jiwa atau nafas pemberian Sang Pencipta. Situasi kita saat ini berada dalam satu paradox yang san-gat membingungkan di mana kemajuan medis dan teknologi modern yang telah men-capai tingkat yang tak terkirakan, tiba-tiba diruntuhkan oleh virus, molekul amat kecil tak kelihatan, namun dapat membinasakan manusia hanya dalam sekejap. Social distanc-ing, karantina, lockdown yang dilakukan pelbagai negara di dunia menunjukkan bahwa manusia seberapapun besar kemajuan yang telah dicapainya tidak dapat mengandalkan kemampuannya sendiri. Kita harus tunduk dan bertekuk lutut di hadapan Ilahi. Semua yang kita dapat, badan yang terbuat dari debu tanah, nafas yang ditiupkan oleh Sang Pencipta, semuanya asalnya dari Tuhan.
Di tengah kegelisahan, ketakutan, keterpisahan sosial dan religius dengan begitu ban-yaknya korban dan kematian, kita hendak merayakan Paskah, suatu perayaan iman yang untuk saat ini tidak gampang untuk dipahami dan diterima dengan akal sehat, bahkan oleh para ahli dan pelaku agama sekalipun. Di dalam konteks ini, barangkali kita me-renung dan bertanya: Akan seperti apa makna Paskah bagi saya? Paskah adalah per-ayaan Allah yang masuk dalam konteks sejarah dan kehidupan manusia melalui Yesus, Putera-Nya untuk membebaskan kita dari belenggu dosa dan maut. Allah yang mem-buka mata orang buta, mengampuni perempuan yang berdosa, membangkitkan Lazarus dari mati, adalah antisipasi perayaan Paskah yang akan kita rayakan selama pekan suci.
Injil hari ini memberikan satu petunjuk tentang apa yang terjadi dengan Yesus sebelum semuanya terjadi. Disebutkan bahwa enam hari sebelum Paskah, Yesus pergi ke Bethany, ke rumah sahabat-sahabat-Nya Lazarus, Marta dan Maria. Di sana Yesus dijamu secara sangat baik sebagaimana layaknya menerima kedatangan seorang sahabat terbaik yang berkunjung ke rumah kita. Di sana Yesus bukan hanya dihormati dengan satu jamuan makan melainkan juga ia diurapi dengan minyak parfum yang amat mahal oleh per-empuan yang pernah dibebaskannya dari dosa. Maria, saudari dari sahabat-Nya Lazarus yang dibangkitkan dari mati, mengurapi kaki Yesus dengan minyak parfum yang sangat mahal, dan mengeringkan dengan rambutnya, sebagai tanda yang mengantisipasi pen-guburan-Nya sendiri.
Kejadian ini membangkitkan reaksi para murid. Yudas Iskariot, salah satu dari mereka ternyata memiliki satu cara pandang sangat berbeda. Baginya, minyak itu bisa dijual dan dipakai untuk membantu orang miskin. Namun Yesus menyela intensi dan keber-pihakan itu. Yesus berkata: “Leave her alone. Let her keep this for the day of my burial. You always have the poor with you, but you do not always have me.” Yesus mengenal setiap intensi dalam diri kita. Persekongkolan Yudas dengan para elit agama, akhirnya pelan-pelan membuka tabir sang manager keuangan yang pura-pura memperhatikan
orang-orang miskin, namun di balik itu ia bukannya searah, melainkan menjauh dari in-tensi dan misi Yesus, Guru dan sahabat sejati kaum miskin itu sendiri.
Kontras antara Yesus dan para musuh-Nya memberi pelajaran berharga untuk kita para pengikut-Nya di zaman ini. Banyak sekali hal baik yang sudah kita terima dari Tuhan. Ada yang yang luar biasa dan ada juga yang kelihatannya biasa saja. Ada orang yang melihat perbuatan baik Tuhan dan merasa tertarik, percaya dan mengikuti-Nya. Tetapi ada juga yang tidak demikian. Sebagai orang yang percaya yang berharap penuh pada Tuhan, Paskah hendaknya membantu membuka mata kita untuk selalu melihat secara benar setiap pekerjaan baik yang dilakukan oleh Tuhan dalam hidup kita. Semoga “mata iman” berkat kurnia Roh Kudus membantu kita mampu mengenal dan mencintai Tuhan di dalam setiap kejadian yang berlangsung dalam dunia ini.
Yesus tentu tahu apa yang terjadi dengan kita dan apa yang terjadi di dalam dunia. Kege-lisahan, ketakutan, ketidakpastian yang sedang melanda dunia hendaknya membantu kita untuk semakin mengalami kehadiran-Nya. Mereka yang mengalami penderitaan ka-rena viruscorona, termasuk yang sudah mendahului kita, hendaknya memberi kita awasan bahwa Tuhan itu maha besar dan maha tahu. Maria, Marta dan Lazarus adalah tokoh-tokoh iman dalam Injil hari ini yang dapat membantu kita untuk memperdalam kedekatan kita dengan Tuhan dan sesama. Sedangkan mereka yang tidak percaya dan bahkan menolak Tuhan, barangkali Tuhan punya rencana lain untuk mereka. Atau mereka punya renacana sendiri. Tuhan lebih tahu!
Marilah kita memusatkan diri pada Tuhan dan berusaha meniru perbuatan-perbuatan baik yang telah ditunjukkan-Nya kepada kita. Mari kita terus merenungkan, mengkon-templasikan Tuhan, tokoh utama di balik segala sesuatu yang akan kita rayakan selama pekan suci ini. Pekan ini hendaknya menjadi saat khusus nan berahmat untuk melihat dan mengalami perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan. Semoga Roh Tuhan sendiri yang membimbing dan menguatkan kita agar kita diberkati, seluruh keluarga dan sahabat makin dipersatukan dan makin mengalami ikatan kedekatan dengan Tuhan dan satu sama lain. Maria, Bunda Tuhan dan Bunda kita, kiranya senantiasa mendampingi kita dalam doa, meditasi serta setiap perbuatan baik yang kita lakukan di jalan salib dan mis-teri keselamatan Putera-Nya, “hamba yang menderita” bagi dunia dan seluruh umat manusia.**