Senin dalam Pekan Paskah ke-3

27 April 2020

Yohanes 6:22-29

Kisah Para Rasul 6:8-15

Dalam Masa Paskah ini kita, kita akan mendengar banyak bacaan dari Kisah Para Rasul sebagai bacaan pertama kita. Kenapa Gereja memilih bacaan ini pada masa yang khusus ini? Gereja ingin membawa kita kembali kepada Gereja perdana yang didirikan oleh Yesus dan dipimpin oleh para rasul. Gereja ingin menunjukkan bahwa Gereja Kristus Perdana sebenarnya sungguh adalah Gereja kita sekarang ini.

Tentunya, zaman telah berubah. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kita memiliki banyak hal yang tidak dimiliki para rasul. Petrus tidak memiliki HP atau Yohanes memiliki laptop atau internet, tetapi baik para rasul dan kita tetap memiliki tugas yang sama untuk mewartakan Injil dan membangun Gereja-Nya. Sarana mungkin berbeda, tetapi misi dan karya tetap sama.

Hari ini kita secara khusus mendengar kisah dari Stephanus, salah satu diakon pertama dan juga martir pertama yang wafat memberikan nyawanya bagi kebenaran iman, bagi Yesus. Stephanus dipenuhi dengan Roh Kudus dan mampu unggul dalam diskusi dan debat dengan orang-orang Yahudi dari faksi Libertini, yang berasal dari berbagai daerah di luar Palestina. Tetapi kebencian dan iri hati menguasai musuh-musuh Stephanus sehingga mereka menghasut banyak orang dan akhirnya membawa Stephanus kepada mahkamah Agama atau Sandherin untuk menerima penghakiman.

Kisah Para Rasul menceritakan bahwa apa yang dialami oleh Yesus akan juga dialami oleh para murid-Nya. Gereja perdana juga tidak lepas dari berbagai kesulitan dan penindasan. Dari Petrus dan para rasul yang ditahan dan dilarang untuk berkhotbah, sampai Stephanus yang menjadi martir.

Jika St. Paulus mengatakan bahwa Gereja Kristus adalah Tubuh-Nya [lih 1 Kor 12], kita harus siap menanggung luka-luka yang diterima Kristus saat disalib. Gereja yang sejati adalah Gereja yang mengalami penderitaan demi Kristus, karena kita mengambil bagian dari jalan Salib-Nya. Umat Katolik yang hidup dalam kenikmatan dan terlena dalam kemudahan akan semakin jauh dari identitas sebagai anggota Gereja Kristus yang sejati.

Pada masa Pandemi yang disebabkan virus covid-19 ini, Gereja secara global sedang menanggung penderitaan yang besar karena tempat-tempat ibadah ditutup sementara, dan kita tidak bisa berkumpul bersama untuk beribadah dan merayakan Ekaristi. Di masa ini justru menjadi kesempatan bagi kita untuk meneladani Gereja perdana di Yerusalem yang terus berkarya walaupun di tengah-tengah penderitaan dan persekusi. Ya, mungkin kita tidak bisa merayakan Ekaristi bersama, tetapi ini bukan alasan untuk mengeluh. Ini justru menjadi kesempatan untuk beriman lebih besar dan melayani lebih semangat dan kreatif.

Seperti penderitaan dan krisis yang menerpa Gereja perdana membuat mereka lebih dewasa dan berkembang, penderitaan dan kesulitan yang kita terima sekarang, jika dijalani dengan penuh iman, akan menjadi sarana bagi kita untuk bertumbuh dan menjadi dewasa.

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP