Fr. Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 13, 2025
Posted in Podcast
Fr. Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 13, 2025
Posted in renungan
(Bil. 21:4-9; Flp. 2:6-11; Yoh. 3:13-17)
Rm. Yohanes Endi, Pr.
Saudara-saudariku terkasih, minggu ini Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Ketika kita
melihat salib, kita tidak hanya melihat sepotong kayu, melainkan tanda kehidupan
baru, lambang cinta Allah yang tak terbatas, dan sumber pengharapan bagi kita. Salib
adalah simbol pengorbanan Kristus yang membawa keselamatan, tanda kasih Allah
yang rela turun ke dunia untuk menyelamatkan umat-Nya.
Dalam pengalaman saya saat bertugas di paroki, saya sering melihat bagaimana umat
begitu menghormati tanda salib. Ada orang tua yang dengan sabar mengajari
anaknya membuat tanda salib, ada yang memandang salib dengan penuh harapan di
tengah pergumulan hidup, dan ada pula yang menjadikan salib sebagai sahabat
dalam doa. Semua ini menunjukkan bahwa salib begitu dekat dengan kehidupan kita.
Namun, pertanyaan pentingnya: sudahkah kita sungguh memahami makna terdalam
dari salib itu?
Bacaan pertama dari Kitab Bilangan (Bil 21:4-9) mengisahkan bangsa Israel yang
memberontak dan bersungut-sungut, hingga akhirnya mereka dihukum dengan ular
tedung. Namun Allah yang penuh belas kasih memberikan jalan penyembuhan
melalui ular tembaga. Siapa yang memandang ular itu akan sembuh. Kisah ini
menggambarkan bahwa meski kita jatuh dalam dosa, Allah tidak pernah
meninggalkan kita. Salib Yesus adalah “ular tembaga” baru, tanda keselamatan yang
menyembuhkan kita dari racun dosa dan kepahitan hidup. Ketika kita merasa
tertikam oleh penderitaan, dikecewakan, atau dilukai, salib mengingatkan bahwa
dalam Tuhan selalu ada harapan dan jalan pemulihan.
Bacaan kedua dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi (Flp 2:6-11) menegaskan
bahwa Yesus, walaupun adalah Allah, rela merendahkan diri-Nya, taat sampai wafat
di kayu salib. Inilah teladan kerendahan hati dan ketaatan yang sejati. Hidup kita
sering diwarnai kesulitan: masalah keluarga, pekerjaan yang melelahkan, relasi yang
tidak selalu harmonis. Dalam semua itu, salib mengajarkan kita untuk tidak lari dari
penderitaan, melainkan memaknainya dalam terang iman. Penderitaan yang dijalani
bersama Kristus tidak pernah sia-sia, karena di dalamnya ada benih kemuliaan.
Injil Yohanes (Yoh 3:13-17) menegaskan bahwa Yesus harus ditinggikan di kayu salib,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal. Salib bukan
tanda kekalahan, tetapi tanda kemenangan kasih Allah. Kita mungkin sering melihat
salib di rumah, di gereja, atau sebagai perhiasan. Namun, salib bukan sekadar simbol
luar, melainkan panggilan untuk menghidupi iman, harapan, dan kasih dalam
keseharian. Salib adalah undangan untuk menanggung hidup ini dengan setia, sambil
percaya bahwa Allah selalu bersama kita.
Dalam realitas hidup kita, penderitaan sering kali tidak bisa dihindari: sakit,
kehilangan, masalah ekonomi, pergumulan batin. Namun, melalui salib kita diajar
bahwa penderitaan, jika dipersembahkan kepada Tuhan, dapat menjadi jalan berkat.
Salib mengajarkan kita untuk tetap teguh meski tidak semua doa dijawab dengan cara
yang kita inginkan. Ia mengajarkan kita untuk sabar, berani mengampuni, dan tetap
mengasihi meskipun terasa sulit. Salib Kristus menunjukkan kasih tanpa pamrih, kasih
yang tetap bertahan meski dikhianati dan disakiti.
Karena itu, tanda salib yang kita buat setiap kali berdoa bukan hanya gerakan
simbolis, melainkan pengingat identitas kita sebagai murid Kristus. Apakah dalam
hidup kita, kita sudah menjadi “salib yang hidup” bagi sesama? Apakah kehadiran kita
membawa harapan, penghiburan, dan kasih bagi orang lain? Inilah panggilan kita:
menjadi tanda kasih Allah bagi dunia.
Akhirnya, Pesta Salib Suci ini meneguhkan kita bahwa tidak ada hidup tanpa salib,
tetapi juga tidak ada salib tanpa kebangkitan. Setiap salib yang kita pikul selalu
mengarah pada kehidupan baru bersama Kristus. Maka, mari kita memandang salib
bukan sebagai beban yang menakutkan, tetapi sebagai sumber kekuatan yang
menghidupkan. Dengan salib, kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita;
Ia berjalan bersama, memikul salib kita, dan menuntun kita pada kemenangan.
Semoga salib Kristus selalu menjadi tanda kasih yang meneguhkan hati kita, sumber
harapan di tengah penderitaan, dan jalan menuju kehidupan yang penuh damai.
Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Posted by admin on September 12, 2025
Posted in Podcast
Fr. Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 11, 2025
Posted in Podcast
Fr. Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 10, 2025
Posted in Podcast
Fr. Gunawan Wibisono O.Carm