Yesaya 55:10-11
Mazmur 34
Matius 6:7-15
“Mulut tuh dijaga.”
“Lidah memang tak bertulang.”
“Jangan sembarangan omong.”
Entah berapa banyak lagi istilah atau pepatah yang kurang lebih mempunyai pesan yang sama, bahwa kata-kata yang kita ucapkan bisa mempunyai dampak yang sangat luas. Ada cerita terkenal di mana seorang pastur, ketika memberi penitensi untuk seseorang yang suka bergosip, memintanya untuk mengambil sebuah bantal bulu, merobeknya sehingga semua bulu itu diterbangkan angin ke mana-mana. Orang itu kemudian diminta untuk mengambil kembali semua bulu itu untuk dimasukkan ke dalam bantal lagi. Ketika itulah dia sadar bahwa gosip kecil yang kelihatannya tidak berarti dan cuma diceritakan ke satu orang bisa menyebar ke mana-mana dan menyakiti hati orang yang digosipkan.
Memang seringkali kita tidak sadar akan betapa kuatnya kata-kata yang kita ucapkan. Di era serba modern ini, situasinya bisa lebih parah lagi. Email dan texting bisa menimbulkan banyak arti yang tidak dikehendaki karena yang menerima tidak bisa melihat ekspresi wajah atau mendengar intonasi suara si pengirim. Suatu pernyataan yang netral bisa disalahartikan sebagai kemarahan atau sindiran. Yang terjadi kemudian adalah percekcokan yang menjadi lebih rumit.
Tapi jika kata-kata bisa mempunyai dampak negatif, sebaliknya banyak juga sisi positifnya. Nabi Yesaya mengingatkan kita akan kekuatan firman Tuhan. Dalam kisah penciptaan, firman Allah lah yang menjadikan bumi dan segala isinya. Kemudian menurut Injil Yohanes, firman Allah menjadi daging dan hidup bersama kita. Yesus, sang Firman ini, merubah dunia sedemikian hebatnya sehingga memungkinkan kita semua bisa bersatu kembali dengan Allah.
Bagi kita, kata-kata yang kita ucapkan pun juga bisa menghasilkan sesuatu yang positif. Kita bisa menggunakannya dalam doa, bentuk komunikasi kita dengan Allah. Karena itu Yesus mengajarkan doa Bapa Kami supaya kita sadar kata-kata apa yang sepantasnya kita gunakan dalam komunikasi itu. Tidak kalah penting adalah bagian dari doa itu: ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Kata-kata pengampunan yang kita ucapkan pada orang lain mempunyai kekuatan yang luar biasa. Pengampunan yang tulus bisa melunakkan hati seseorang dan menyembuhkan luka yang dalam, bukan hanya pada orang lain itu tetapi juga pada diri kita sendiri.
Kata apa yang bisa kita ucapkan pada mereka yang kita temui hari ini? Bisakah kita memberi mereka penghiburan pada yang sakit dan sedih, penguatan pada mereka yang kesal dan putus asa, pengampunan pada mereka yang kita anggap sudah menyakiti kita, atau permintaan maaf kepada mereka yang telah kita sakiti?


