Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

sense of belonging

Posted by admin on July 27, 2015
Posted in renungan 

 

Kel. 33:7-11; 34:5b-9.28; Mat. 13:36-43.

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita mengalami kehadiran kebaikan dan kejahatan bersama-sama. Kita mengalami kebaikan hati orang lain dan kita berbuat baik kepada orang lain. Kita mengalami disakiti hati orang lain; kita pun juga menyakiti hati orang lain. Situasi di masyarakat pun kurang lebih sama. Kita melihat ada banyak orang yang berkehendak baik, misalnya membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang miskin, menyuarakan suara kaum kecil yang menderita, berdoa untuk berakhirnya korupsi, ketidakadilan, dan aborsi. Kita mengalami pergulatan antara dua kekuatan yakni kebaikan dan kejahatan.

Di dalam Injil yang dibacakan dalam Perayaan Ekaristi hari ini kita mendengar, “benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan dan lalang ialah anak-anak si jahat”. Keduanya tumbuh bersama di dunia ini sampai pada akhir zaman. Pada waktu itu, “Anak Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api. … orang benar akan bercahaya seperti matahari … “.

Bagaimanakah kita bisa menghindarkan diri dari ancaman akan dicampakkan ke dalam dapur api? Bagaimana kita bisa bercahaya bagaikan matahari? Sejak pembaptisan kita telah menjadi anak-anak terang atau benih yang baik. Namun pembaptisan itu sendiri tidak berdiri sendiri melainkan disegarkan terus-menerus dengan memupuk sikap doa pribadi dan memiliki integritas moral pribadi yang baik. Kita tahu bahwa kedua hal tadi sebenarnya belumlah cukup.

Untuk membuat benih yang baik sebagai orang Katolik kita selalu ingat akan kriteria pada akhir jaman seperti yang tertulis dalam Injil Matius bab 25: 31-43. Yakni membantu dan membela kaum miskin. Untuk menyemaikan benih yang baik dengan doa pribadi dan moralitas pribadi yang baik serta berbela rasa dan peduli dengan yang malang dan miskin, kita masih perlu memiliki iman yang dewasa yakni memiliki semangat askese atau semangat berkorban demi kepentingan sesama. Demikian juga sikap “sense of belonging” kepada suatu komunitas semacam lingkungan atau kelompok doa sebagai kelompok yang saling mendukung terciptanya rasa kebersamaan sebagai umat yang diselamatkan.

Jaman ini ditandai dengan semangat mementingkan diri sendiri. Kesadaran bahwa kita diselamatkan dalam kebersamaan mulai menipis. Hal ini bisa kita lihat dari “percentage” kehadiran umat pada Perayaan Ekaristi setiap hari Minggu. Ada keuskupan-keuskupan yang mengadakan “survey” dan menemukan hasilnya, hanya 15%; 35%; 66% saja orang Katolik yang secara rutin menghadiri Perayaan Ekaristi pada hari Minggu.

Marilah kita berubah menjadi lebih baik dengan melakukan berbagai macam askese yang perlu bagi keselamatan kita bersama.

Terjebak

Posted by admin on July 26, 2015
Posted in renungan 

Hari Biasa Pekan XVII

Bacaan: Kel. 32:15-24,30-34; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Mat. 13:31-35

Renungan:

Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali “terjebak” dalam pemahaman segala yang besar akan menguntungkan bahkan membahagiakan. Kepada kita ditawarkan untuk membeli rumah yang besar, mobil yang besar, pekerjaan dengan gaji besar, dst. Demikian juga dengan harapan umat Israel ketika bertemu dengan Tuhan Yesus yang mewartakan datangnya kerajaan Allah. Tanda-tanda ajaib yang besar diharapkan akan muncul dari Tuhan Yesus sebagai bukti bahwa Ia memang Putera Manusia yang datang untuk menyelamatkan bangsa Israel.

Karya Allah dalam pewartaan dan pelayanan Tuhan Yesus memang tampak “kecil”, seperti biji sesawi. KaryaNya dimulai dari sebuah kampong kecil bernama Nazareth; Ia mengajak hanya dua belas orang menjadi rasul-rasulNya; lingkup daerah karyaNya juga hanya sekitar danau Galilea pada awalnya.

Seperti kita ketahui pokok pewartaan Tuhan Yesus adalah Kerajaan Allah. Yakni Allah merajai dan merasuki setiap sendi kehidupan, dan kalau Allah memasuki kehidupan manusia itu berarti ada penyelamatan. Karya keselamatan ini diawali dari yang sangat kecil menjadi sangat besar yang berguna bagi semakin banyak orang.

Demikian juga kita sebagai orang Katolik pada jaman ini. Kita boleh merasa kecil tetapi kita tidak kecil karena Tuhan Yesus yang kita Imani itu menjadikan Kerajaan Allah menjadi besar dan menjadikan Gereja menjadi tempat perlindungan yang aman bagi semua orang. Apa yang dimaksud dengan Gereja menjadi tempat berlindung? Ajaran Gereja mengenai iman, harapan, dan hukum cinta kasih sebagai nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan oleh kita semua orang Katolik, pada saatnya akan mempengaruhi seluruh umat manusia.

Kenyataan situasi umat manusia di dunia ini sangat membutuhkan hadirnya nilai-nilai tadi, sehingga keadaan umat manusia yang menjadi korban kebencian, kekerasan, dominasi, egoism, materialism, pragmatism, dan lain sebagainya itu berkat kehadiran perwartaan orang Katolik akan menemukan perlindungan dan ketentraman sehingga umat manusia mampu mewujudkan kerajaan iman, harapan dan kasih itu.

Orang Katolik di Indonesia walaupun merupakan minoritas kecil (hanya sekitar 2,91%) tetap dipanggil untuk menjadi besar dalam menyebarkan nilai-nilai iman, harapan dan kasih itu. Kemiskinan, rendahnya tingkat mutu pendidikan, rendahnya pelayanan kesehatan di dalam masyarakat Indonesia ini menjadi keprihatinan kita yang menantang untuk berbuat sesuatu dengan memberi bantuan apa pun agar terjadi peningkatan kesejahteraan dalam masyarakat kita.

 

Bermegah Dalam Tuhan

Posted by admin on July 24, 2015
Posted in renungan 

Bacaan I : 2 Korintus 4: 7-15

Injil : Matius 20: 20-28

 

Santo Paulus berulang kali mengingatkan kita bahwa kita jangan sampai bermegah atas diri kita sendiri. Sebaliknya kita selalu berusaha untuk menyadari betapa besar rahmat Tuhan yang Ia berikan kepada kita. Rahmat Tuhan itu sedemikian besar dan sempurna, namun semuanya itu Ia letakkan dalam diri kita, bejana tanah liat yang rapuh dan mudah pecah. Memang Tuhan punya renacana yang besar atas diri kita, yaitu agar kita tidak berpuas diri dan senantiasa sadar serta mampu untuk bermegah dalam Tuhan dan bukan atas diri kita sendiri.

Bila kita mampu bermegah dalam Tuhan itu berarti kita menyadari keterbatasan kita dan hanya mengandalkan Tuhan. Di saat kesadaran ini menguasai diri kita, maka kitapun menjadi pribadi yang tidak mudah mengandalkan kekuasaan ataupun jabatan kita untuk menindas orang lain. Kita pun juga akan menjadi orang yang tidak mudah untung nggege mongsa (memaksakan kehendak kita supaya terjadi). Kisah dari anak-anak Zebedeus mengajari kita bahwa yang Tuhan harapkan dari kita bukanlah kuasa namun sebaliknya, bagaimana menggunakan kuasa itu untuk melayani sesama yang kecil dan lemah. Kebesaran seseorang bukan terletak dalam kuasa maupun jabatannya, sebaliknya terletak dalam kemampuannya untuk mengabdikan dirinya bagi kebaikan sesama yang lemah dan terpinggirkan. Amin. Tuhan memberkati.

Doa:

Ya Yesus Kristus Tuhan dan gembala kami, Engkau telah mengajari kami untuk hidup dan bermegah hanya dalam Engkau. Engkau juga telah membimbing kami supaya menggunakan hidup kami untuk melayani sesama kami yang lemah dan tersingkir. Maka kami mohon bantuanMu agar di saat-saat kami sesat serta merasa lemah dalam pelayanan Engkau berkenan untuk menguatkan dan menyemangati kami kembali. Ini semua kami mohon demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Mulailah Dari Hati

Posted by admin on July 23, 2015
Posted in renungan 

Bacaan I : Keluaran 20: 1-17

Injil : Matius 13: 18-23

 

Mahatma Gandhi, guru besar bangsa India bahkan umat manusia mengatakan demikian, “Mulailah segala hal dari hati, tangan dan kepala”. Apa yang dimaksudkan oleh Mahatma Gandhi adalah bahwa hati kita adalah dasar dari seluruh perbuataan kita. Apabila hati kita baik dan benar maka perbuatan kitapun juga baik dan benar. Namun jika hati kita tidak baik dan tidak benar maka taindakan kitapun juga tidak baik dan juga tidak benar. Dalam bacaan pertama kita mendengar bagaimana Tuhan menurunkan hukum-hukumNya kepada bangsa Israel. Tuhan ingin supaya hukum itu tidak dihafalkan namun dimengerti dan dilaksanakan.

Dalam bacaan Injil kita juga mendengar bagaimana Tuhan mengajari kita lewat perumpamaan sang penabur. Biji yang ia taburkan ada yang tumbuh, bahkan ada yang tumbuh subur dan menghasilkan banyak buah. Sebenarnya tumbuh tidaknya serta berbuah tidaknya tanaman tergantung dari kesanggupan tanah tempat biji itu tumbuh, serta kesanggupan dari sang pemelihara tanaman itu untuk merawatnya. Kitalah tanah tempat biji itu tumbuh. Seluruh firman Tuhan yang tertanam dalam diri kita segalanya bergantung dari kita. Jika kita memiliki hati yang baik dan benar maka firman Tuhan itu akan tumbuh serta memberikan buah yang berlimpah bagi kita dan juga bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Firman itu akan tumbuh dan menjadi pohon iman yang menghasilkan kesegaran bagi hidup kita dan sesama yang ada di sekitar kita. Amin. Tuhan memberkati.

Doa:

Ya Allah tritunggal Maha Kudus, Bapa, Putra dan Roh Kudus, bimbinglah kami agar memiliki hati yang terbuka terutama untuk menerima sapaan sabdaMu dan sekaligus mampu untuk menerima serta membuahkannya dalam hidup kami. Terima kasih atas segala kemurahan dan kebaikanMu yang sungguh tertuang dalam hidup kami. Bantulah kami agar sabdaMu mampu berbuah bagi hidup kami sendiri dan juga bagi orang-orang yang ada di sekitar kami. Amin.

Memahami Tuhan

Posted by admin on July 22, 2015
Posted in renungan 

Bacaan I : Keluaran 19: 1-2.9-11.16-20

Injil : Matius 13: 10-17

 

Tak kurang-kurangnya cara Tuhan untuk menyatakan diriNya kepada kita. Lewat Kitab Suci kita tahu bagaimana Tuhan selalu menyapa umatNya. Dalam bacaan pertama kita mendengar bagaimana Tuhan menampakkan diriNya kepada bangsa Israel. Tuhan ingin sungguh dekat dengan umatNya, maka Ia menampakkan diriNya dalam tiang awan di atas Gunung Sinai. Kemunculan Tuhan dalam tiang awan dan juga dalam kilatan halilintar adalah tanda bahwa Tuhan hadir dan menyertai umatNya.

Dalam dunia Perjanjian Baru kehadiran Tuhan lebih terasa lagi karena Ia hadir dalam diri PuteraNya yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Namun sebagaimana yang Tuhan katakan, terkadang Ia harus berbicara dengan memakai perumpamaan karena orang yang Ia ajak berbicara tidak memahami apa yang Ia maksudkan. Namun kepada para muridNya yaitu orang-orang yang sungguh dekat dengan Dia Tuhan berbicara secara langsung. Kata-kata Tuhan acapkali kita dengar dalam hati nurani kita yang bersih. Namun lebih lantang lagi terdengar dalam pembacaan Kitab Suci ataupun dalam firman Tuhan yang kita dengar. Tuhan begitu sering berbicara kepada kita secara lantang. Masalahnya kita mau mendengarkan Dia atau tidak. Kita mau membuka hati kita atau hanya sekedar mendengar dan tidak menyimak serta melupakannya. Tuhan tak pernah ingkar janji. Ia selalu menyapa kita dalam sabda-sabdaNya.

Doa:

Sang Sabda yang hidup, Engkau selalu menyapa kami lewat sabda-sabdaMu. Kami mohon ya Tuhan bantulah kami untuk memahami setiap sabdaMu dan mau bergumul menggeluti apa yang Engkau sabdakan, dengan demikian hidup kami ini tetap terarah kepadaMu karena pewahyuan sabdaMu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Translate »